You are on page 1of 7

Pahami Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit

Dalam banyak kasus, biasanya pasien datang ke dokter atau Rumah Sakit dalam keadaan pasrah menyerahkan sepenuhnya pengobatan dirinya kepada dokter atau Rumah Sakit yang merawatnya. Dia tidak perduli lagi dengan apa yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya berkenaan dengan penyakitnya. Dengan demikian hubungan pasien dan dokter lebih menyerupai hubungan orang tua dengan anak, atau bersifat paternalistik. Kerja sama pasien dan tim medis Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya, hubungan pasien dengan dokter atau pasien dengan Rumah Sakit mengalami perubahan yang cukup berarti. Saat ini pasien menyadari bahwa dia harus tahu tentang kondisi penyakitnya serta apa yang akan dilakukan dokter atau Rumah Sakit terhadap dirinya, bahkan sering kali pasien merasa perlu berdiskusi dengan dokter yang merawatnya. Dengan demikian hubungan pasien-dokter atau pasien-Rumah Sakit sudah bergeser menjadi lebih bersifat partnership atau kemitraan. Tanpa kerja sama dengan pasien, dokter tidak mungkin melakukan pemeriksaan dan memberikan pengobatan secara optimal, dan keberhasilan seluruh perawatan dan pengobatan seringkali tergantung kerjasama pasien dokter-tim medis. Hak-hak Sebagai pasien di Rumah Sakit setiap orang memiliki hak-hak tertentu yang perlu Anda ketahui. Hak-hak pasien tersebut di antaranya adalah:

Hak untuk mendapatkan pelayanan yang manusiawi, Hak memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik, Hak untuk memilih dokter yang merawat, Hak untuk meminta dokter yang merawat agar mengadakan konsultasi dengan dokter lain, Hak atas privacy dan kerahasiaan berkenaan penyakit yang diderita, Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang: penyakit yang diderita; tindakan medis apa yang akan dilakukan dan kemungkinan timbulnya penyulit sebagai akibat tindakan tersebut; alternatif pengobatan lain; prognosis atau perjalanan penyakit; serta perkiraan biaya pengobatan, Hak meminta untuk tidak diinformasikan tentang penyakitnya kepada orang atau pihak lain, Hak untuk menolak tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya, Hak untuk mengajukan keluhan-keluhan dan memperoleh tanggapan segera, Hak untuk didampingi keluarga pada saat kondisi kritis, Hak mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggung jawab sendiri Hak untuk menjalankan ritual agama dan kepercayaannya di Rumah Sakit, selama tidak mengganggu pengobatan dan pasien yang lain. Kewajiban Namun perlu diketahui dan dipahami bahwa selain hak-hak yang Anda miliki seperti tersebut di atas, sebagai pasien di Rumah Sakit Anda juga harus memenuhi kewajiban-kewajiban pasien yaitu antara lain:

Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib di Rumah Sakit, Pasien wajib untuk menceritakan secara jujur tentang segala sesuatu mengenai penyakit yang dideritanya, Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dalam rangka pengobatannya, Pasien dan, atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian yang ditandatanganinya. Dokter dan Rumah Sakit juga memiliki hak dan kewajiban-kewajibannya, sehingga dengan memahami hak dan kewajiban masing-masing diharapkan proses perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit bisa berjalan dengan baik.

Kewajiban pasien :

1. 2.

Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya.

3.

Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.

4. 5. 6. 7.

Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi kewajiban finansial yang disepakati. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan. Memperhatikan sikap menghormati dan tenggang rasa.

Hak Pasien adalah : hak hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien, sebagai berikut :

1. 2.

Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.

3. 4.

Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data data medisnya. Pasien berhak menyetujui / memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

5. 6.

7.

Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

8. 9.

Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. Pasien berhak mengajukan usul, saran,perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.

10. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi pasien meliputi :

Penyakit yang diderita. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya. Terapi alternative lainnya. Prognosanya. Perkiraan biaya pengobatan. Sumber : Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2, 2010

UUD 1945 yang telah diamandemen, secara jelas dalam pasal 28 H menyebutkan, bahwa setiap warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan yang layak. Dan terkait hak hak pasien sendiri sudah diatur diantaranya dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, sebagian juga di atur dalam UU Perlindungan Konsumen, UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Selain itu hak-hak pasien juga diangkat dalam Surat Edaran Direktorat Jendral Pelayanan Medis Depkes RI No YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan RS; serta Deklarasi Muktamar IDI mengenai Hak dan Kewajiban pasien dan Dokter. Sementara untuk kewajiban pasien diatur dalam UU Praktik Kedokteran dan UU Perlindungan Konsumen. Hak Pasien memang harus diatur dalam rangka melindungi kepentingan pasien yang seringkali tidak berdaya. Demikian juga hak tenaga medis diperlukan untuk melindungi kemandirian profesi. Sementara kewajiban tenaga medis diatur untuk mempertahankan keluhuran profesi dan melindungi masyarakat. Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang

Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas, hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual. Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak atas Informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi. Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan; akses atas sumber daya; pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan; lingkungan yang sehat; info dan edukasi kesehatan yg seimbang dan bertanggungjawab; dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi: 1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat). 2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan ybs, kepentingan masyarakat). 3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat). Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi: 1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3). 2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain 3. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis 4. Menolak tindakan medis 5. Mendapatkan isi rekam medis Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12 menyebutkan: 1. 2. 3. 4. Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan. Isi rekam medis merupakan milik pasien. Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

Hak Pasien dalam UU No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32 UU 44/2009) menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; 5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; 6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; 7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; 8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang mempunyai Surat ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit; 9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; 10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; 11. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; 12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; 13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit; 15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya; 16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; 17. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan 18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi: 1. 2. 3. 4. Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada pesan implisit terkait hal itu, diantaranya:

Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus selalu memberi informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun sesudah tindakan (preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif) Keputusan di tangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya (kecuali keadaan darurat yang tak bisa ditunda) Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya

PERLUNYA MENGETAHUI HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, DOKTER DAN RUMAH SAKIT MENJELANG BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
I NENGAH SUMERTA, SH, MH (BAGIAN HUKUM DAN HUMAS) I. PENDAHULUAN Bahwa sudah tidak bisa dipungkiri lagi di mana kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan manusia, yang salah satunya diantaranya di bidang teknologi informasi. Informasi menjadi kebutuhan pokok setiap orang dalam rangka pengembangan pribadi di lingkungan sosialnya. Dengan perubahan/amandemen UUD 1945, sebagaimana diatur dalam Pasal 28 F dan 28 J bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia. Atas dasar tersebut, pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang akan diberlakukan terhitung mulai tanggal 30 April 2010. Dalam Pasal 2 ditentukan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik, dan hanya informasi publik tertentu/terbatas yang dikecualikan/dirahasiakan yang sifatnya ketat.Itu artinya bahwa informasi publik tersebut menjadi hak setiap warga negara untuk mengetahuinya, kecuali yang harus dirahasiakan. Di bidang pelayanan kesehatan di Rumah sakit ada 3 (tiga) pelaku utama yang berperan, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Ketiga pelaku utama tersebut adalah Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah ditentukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktek Kedoktetan, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Mengacu kepada UU KIP tersebut, maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yaitu Pasien, Dokter dan Rumah Sakit secara terbuka mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing yang mungkin selama ini belum diketahui secara utuh. Berikut Hak dan Kewajiban tersebut: II. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN 2. 1. HAK PASIEN 1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; 3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; 4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; 5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; 6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; 7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; 8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun luar Rumah Sakit; 9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; 10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatife tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; 11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; 12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; 13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya; 14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit; 15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya; 16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; 17. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan 18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan el,ektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.2 KEWAJIBAN PASIEN 1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit; 2. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya; 3. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat; 4. Melunasi/memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah sakit/dokter; 5. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya. III. HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER 3.1. HAK DOKTER 1. Memperaleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar prafesi dan standar prosedur aperasional. 2. Memberikan pelayanan medis menurut standar prafesi dan standar prasedur aperasianal. 3. Bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak atanami. 4. Menalak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan, prafesi dan etika. 5. Menghentikan jasa prafesianalnya kepada pasien apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk pasien kepada dokter lain. 6. Berhak atas privacy (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan aleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan). 7. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya. 8. Berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya. 9. Berhak untuk diperlakan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun aleh pasien. 10. Menerima imbalanjasa. 3.2. KEWAJIBAN DOKTER 1. Mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara dokter terse but dengan rumah sakit. 2. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar prafesi dan standar prosedur aperasianal serta kebutuhan medis pasien. 3. Merujuk pasien ke dokter atau dakter gigi lain, yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengabotan. 4. Memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai keyakinannya. 5. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. 6. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bertugas dan mampu melakukannya.

7. Memberikan informasi yang adekwat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya. 8. Membuat rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien. 9. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedakteran atau kedakteran gigi. 10. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya. 11. Bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien. 12. Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.

Informed Consent
Kata consent berasal dari bahasa latin "consensio" atau "concentio" kemudian dalam bahasa Inggris menjadi "consent" yang berarti persetujuan, izin, menyetujui, persetujuan, memberi wewenang. Informed consent atau real consent di Indonesia dikenal dengan " Persetujuan Tindakan Medik " berarti pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapat informasi dari dokter dan sudah dimengerti oleh pasien. Informed consent tidak hanya diperlukan sebelum dilakukan tindakan medik karena Informed consent adalah suatu proses bukan suatu yang sekali selesai. Jenis Informed consent adalah dinyatakan secara lisan atau tertulis atau tersirat dalam keadaan biasa atau darurat. Dalam perkembangan terakhir Informed consent dibuat penjelasan secara tertulis dalam hal-hal tertentu informasi tertulis diwajibkan oleh hukum. Secara yuridis, kewajiban memberikan informasi kepada pasien dibebankan kepada dokter untuk memperoleh persetujuan sebelum melakukan tindakan. Hak pasien dalam doktrin Informed consent antara lain : 1.Hak untuk memperoleh informasi mengenai penyakitnya dan tindakan yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya . 2.Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan. 3.Hak untuk memilih alternative lain (jika ada) 4.Hak untuk menolak usul tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi antara dokter dengan pasien sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan yang akan mempererat hubungan berdasarkan kepercayaan. Manfaat Informed consent dari segi hukum adalah beban komplikasi/ risiko yang mungkin timbul akan beralih dari dokter kepada pasien. Jika hubungan antara dokter dengan pasien sudah sedekian erat, maka jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan maka pasien tidak akan begitu mudah menuntut dokternya. Pasien dapat menuntut dokter apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa meminta persetujuan terlabih dahulu dan hal ini digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP pasal 351. Selain itu jika persetujuan yang diberikan tidak berdasarkan atas pemberian informasi yang cukup dan adekuat pasien dapat melakukan tuntutan berdasarkan lack of Informed consent. Informed consent terdiri dari tiga bagian : 1.Pengungkapan dan penjelasan kepada pasien dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien tentang : penegakkan diagnosis, sifat dan prosedur atau tindakan medic yang diusulkan, kemungkinan timbulnya risiko, manfaat, dan alternative (bila ada). 2.Memastikan bahwa pasien mengerti dengan apa yang telah dijelaskan kepadanya, pasien telah menerima risiko-risiko tersebut dan pasien mengizinkan dilakukan prosedur tindakan. 3.Harus didokumentasikan. Pasien harus mempunyai kesempatan untuk berfikir dan mempertimbangkan informasi yang diberikan oleh dokter. Informasi atau penjelasan diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien dan hindari menggunakan bahasa medic. Tidak dibenarkan memberikan informasi saat pasien akan dibawa ke Kamar Bedah. Keputusan pasien mengenai tindakan medic atau perawatan medic harus dilakukan secara kolaboratif antara pasien dengan dokter. Pada prinsipnya Informed consent adalah suatu proses bukan hanya sekedar meminta pasien untuk menandatangani suatu formulir tetapi merupakan suatu kelanjutan atau pengukuhan yang sebenarnya sudah disepakati antara dokter dengan pasien.

Doktrin Informed consent adalah suatu prinsip dalam bidang etika yang direfleksikan ke dalam peraturan hukum. Dari segi hokum medic, memperoleh informasi adalah hak pasien dan kewajiban dokter untuk memberikannya. Pasien berhak tanpa harus diminta untuk memperoleh informasi mengenai panyakitnya serta tindakan medic yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya. Pada umumnya seorang dokter melihat pasien hanya dari segi medic, sedangkan pasien memiliki factor-faktor yang harus dipertimbangkan, misalnya keuangan, keluarga, pasien, agama, psikis, sosial, dan lain-lain. Merupakan hak azasi pasien (HAM) untuk menrtukan apa yang akan dilakukan terhadap dirinya. Dokter yang akan melakukan tindakan medik bertanggung jawab dan diwajibkan untuk memberikan penjelasan tentang Informed consent kepada pasien. Dokter bisa dituntut karena membocorkan rahasia kedokteran, materi tentang Informed consent diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik.Dasar hukum Informed consent adalah hubungan dokter dengan pasien atas dasar kepercayaan, hak pasien untuk menentukan apa yang dikehendaki terhadap dirinya sendiri, dan adanya hubungan kontrak terapeutik antara dokter dengan pasien. Tujuan doktrin Informed consent adalah memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter dan memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negative karena setiap tindakan medic terdapat suatu risiko. Walaupun sudah ada Informed consent tertulis, dokter tidak bebas dari tuntutan bila melakukan kelalaian. Persetujuan pasien tidak dapat dilakukan setelah prosedur atau tindakan medik dilakukan karena menyalahi prinsip utama dari Informed consent yang bersifat pro-aktif. Tidak semua tindakan medic selalu harus dimintakan Informed consent, untuk tindakan rutin atau berisiko minimal seperti pengukuran tensi, pemeriksaan darah tidak perlu diperlukan. Rekaman foto dan video yang merupakan bagian dari tindakan pengobatan atau foto radiologi menggunakan kontras harus meminta izn terlebih dahulu. Demikian pula jika foto dan rekaman video akan dipergunakan untuk pendidikan, publikasi atau penelitian harus meminta izin khusus kepada pasiennya.

Sumber Pustaka Guwandi, J., 2006. Informed consent dan Informed Refusal. Ed 4th. . Jakarta. FKUI.

You might also like