You are on page 1of 3

Hari Raya Siwaratri merupakan hari raya yang datangnya setiap setahun sekali yaitu tepatnya pada hari

ke-14 sasih kepitu (panglong ping 14 sasih kapitu) atau sehari sebelum Tilem Kapitu, sekitar bulan Januari - Februari. Uraian tentang Siwaratri terdapat dalam beberapa kitab seperti Siwa Purana (bagian Jnanasamhita), Skanda Purana (bagian Kedakarakanda), Garuda Purana (bagian Acarakanda), Padma Purana (bagian Uttarakanda). Perayaan Siwaratri di Bali banyak didasari oleh kekawin Siwaratrikalpa, yang lebih dikenal dengan kekawin Lubdhaka. Berdasarkan Kekawin Siwaratri Kalpa, pelaksanaan Brata Siwaratri yaitu: pada hari ke-14 tersebut, pagi harinya kita menghadap kepada Pendeta (Guru) untuk memaklumkan bahwa kita akan melakukan Brata. Setelah mandi dan membersihkan badan serta mengenakan pakaian putih, melakukan pemujaan kepada Siwa dilanjutkan dengan Mona Brata (tidak berbicara). Pada waktu siang hingga malam kita tidak tidur dan selalu memuja Sang Hyang Siwa dalam perwujudan Siwalingga yang bersemayam di alam Siwa, didahului dengan memuja Hyang Gana dan Hyang Kumara. Pada malam harinya melakukan Yamapat sesuai dengan kemampuan. Bunga yang dipergunakan untuk pemujaan antara lain bunga menuri, kanyiri, gambir, kecubung, widuri putih, putat, asoka, nagasari, tangguli, bakula, kalakma, cempaka, seroja merah putih biru. Yang utama adalah pucuk muda daun bila dan bunga sulasih untuk memuja Siwa. Segala wewangian, dupa, susu, lampu, sajen bubur dicampur susu, bubur kacang hijau dicampur gula merah, buah-buahan, nasi, lauk-pauk disiapkan untuk pemujaan Siwa. Pelaksanaan Brata tidak tidur (pajagran, atutur) bermakna agar kita selalu ingat/sadar akan jati diri kita, seperti yang diajarkan oleh Siwa kepada Bhagawan Wrehaspati dalam kitab Wrehaspati Tattwa. Jadi semua Brata Siwaratri yaitu puasa, tidak tidur, dan Mona Brata serta selalu memuja Siwa bukanlah untuk melebur/menghapus semua dosa kita, tapi dimaksudkan untuk melebur manusia yang Papa (lupa/tidur) untuk menjadi selalu ingat akan Sang Diri dan dapat menyatu dengan Tuhan.

Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Sebenernya Siwaratri bukanlah malam penebusan dosa..tapi malam penyadaran dosa..kenapa?? 1. Siwaratri artinya Siwa = Tuhan/ Bhatara Siwa; ratri = malam. Atau malamnya Bhatara Siwa/ Tuhan, saat yang tepat bagi manusia untuk merenungi kehidupan di masa lampau serta sadar/ eling pada dosa-dosa yang terlanjur, baik sengaja atau tidak sengaja telah terjadi. Kemudian berjanji dan menguatkan tekad untuk tidak mengulangi dosa. Demikian halnya dengan kisah Lubhdaka di mana setelah siwaratri dia tidak lagi berbuat dosa. 2. Dosa manusia tidak dapat dihapus/ dilebur, dan harus dipertanggungjawabkan oleh roh/ atman kepada Bhatara Yamadipati (Tuhan) di saat mantuk ke sunia. Namun demikian, dosa dapat diimbangi dengan perbuatan dharma. Ibarat sinar matahari yang tetap terik, namun bila ada angin segar berhembus atau matahari tertutup mega, maka sinarnya yang panas tidak terasa. Apa aja sih yang harus kita lakuin waktu Siwaratri?? Yup..Brata Siwaratri.. Brata Siwartri terdiri dari: Utama, melaksanakan: 1. Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara). 2. Upawasa (tidak makan dan tidak minum). 3. Jagra (berjaga, tidak tidur). Madhya, melaksanakan: 1. Upawasa. 2. Jagra. Nista, hanya melaksanakan: 1. Jagra. Monabrata berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai malam (12 jam). Upawasa berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok paginya (24 jam). Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bisa makan nasi putih dengan garam dan minum air putih (air tawar tanpa gula). Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam). Nah..klo udah tau makna dan caranya..kita bisa mulai buat ngerayain hari raya Siwaratri dengan baik..=)

You might also like