You are on page 1of 5

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JERUK SIEM DI LUWU UTARA Warda


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

ABSTRAK
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas jeruk adalah serangan hama dan penyakit utama. Untuk mengetahui kehadiran hama dan penyakit jeruk, dilakukan survei di kecamatan Malangke Barat dan Malangke, kabupaten Luwu Utara pada bulan Desember 2004 dengan metode survai. Hasil menunjukkan bahwa hama dan penyakit jeruk yang ditemukan dengan populasi dan tingkat serangan yang cukup tinggi adalah kutu daun (Toxoptera spp.), vector CVPD (Diaphorina citri), penggorok daun (Phyllocnistis citrella), hama thrips, tungau, penyakit busuk batang (Diplodia sp.), busuk pangkal batang (Phytophthora sp.) dan CVPD. Namun dari hama dan penyakit tersebut, CVPD merupakan penyakit yang berbahaya dan menyebabkan banyak tanaman jeruk yang mengalami kematian. Kata kunci : Penyakit tanaman jeruk Siem, Luwu Utara

PENDAHULUAN Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan penting yang mendapat prioritas utama untuk dikembangkan secara nasional. Hal ini disebabkan antara lain, usahataninya dapat memberikan sumbangan besar dalam peningkatan pendapatan petani, disukai oleh konsumen karena kandungan gizi yang tinggi, dan permintaan pasar (domestik dan luar negeri) yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Abuhaerah (1987), dengan pengelolaan yang baik, usahatani jeruk memberikan nilai hasil di atas Rp. 10 juta per ha per tahun. Permintaan buah jeruk untuk konsumsi segar meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat akan gizi. Berdasarkan konsumsi buah-buahan per kapita pada tahun 1995, konsumsi jeruk menempati urutan keempat, setelah pisang, mangga, salak, yaitu 2,96 kg/ tahun (Satuhu, 1997). Pada tahun 2001, konsumsi meningkat 3,8 kg/kapita/ tahun, dan diharapkan meningkat menjadi 5 kg/kapita/tahun pada tahun 2004/2005 (Anonim, 2004a). Menurut Pusat Kajian Buah Tropika IPB, kebutuhan jeruk nasional sebanyak 1,2 juta ton per tahun

(5,1 kg/kapita/tahun), sementara produksi jeruk tahun 2000 baru mencapai 644.052 ton (Anonim, 2004b). Oleh karena itu setiap tahun masih diperlukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Impor buah jeruk rata-rata per tahun (1996-2000) mencapai 43.341 ton atau senilai kurang lebih Rp. 180 milyar dan diprediksikan akan terus meningkat di masa datang (Dimyati, 2003). Peningkatan permintaan yang makin besar mengharuskan upaya yang lebih serius dalam peningkatan produksi jeruk, baik melalui peningkatan luas panen maupun peningkatan produktivitas tanaman. Namun upaya tersebut dihadapkan kepada beberapa kendala utama antara lain tingkat produktivitas jeruk selama ini masih rendah. Sementara di Sulawesi Selatan dari tahun 1996-2001, masing-masing 153.922 ton dan 41,67 kg/phn (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulsel, 2002) Salah satu penyebab rendahnya produktivitas jeruk adalah serangan hama dan penyakit utama terutama penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Bahkan sampai sekarang CVPD masih selalu menjadi ancaman usahatani jeruk. Di sisi lain, strategi pengendaliannya seperti yang tertuang dalam konsep Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat

146

Warda : Hama Dan Penyakit Tanaman Jeruk Siem Di Luwu Utara

(PTKJS) belum diterapkan secara benar dan utuh di beberapa wilayah pengembangan (Dimyati, 2003). Di Indonesia, CVPD menyebabkan kehancuran beberapa sentra produksi jeruk antara lain di Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Punten (Jawa Timur) dan Tejakula, Bali (Ekowarso, 1994). Di samping CVPD, beberapa hama dan penyakit utama lainnya juga dilaporkan menyerang dan menimbulkan kerugian besar pada tanaman jeruk di beberapa sentra utama di Indonesia. Khusus di Sulawesi Selatan, informasi tentang insiden, tingkat serangan dan penyebaran hama dan penyakit penting pada tanaman jeruk masih terbatas. Oleh karena itu, identifikasi dan monitoring hama dan penyakit tersebut setiap saat perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang terkait dengan upaya pengendaliannya. Dalam pengendalian hama terpadu (PHT) yang berdasarkan atas konsepsi agroekosistem dan kelestarian lingkungan, salah satu kegiatan yang mutlak dilakukan adalah identifikasi atau pengenalan jenis hama dan penyakit. Made Oka (1994) melaporkan bahwa tahapan pertama dalam penyusun program PHT adalah menentukan status hama dan penyakit, identifikasi dan informasi tentang ekobiologinya. Identifikasi merupakan kunci keberhasilan pengendalian hama dan penyakit BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2004 dengan mengambil lokasi kabupaten Luwu Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan : 1) potensi sebagai sentra produksi jeruk siem di Sulawesi Selatan dan 2) tanaman jeruk di daerah tersebut telah terserang hama dan penyakit utama sejak beberapa tahun yang lalu. Kriteria yang sama juga digunakan untuk memilih unit lokasi penelitian yang lebih kecil yaitu kecamatan Malangke Barat dan Malangke.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan observasi langsung di lapangan dan wawancara. Pengambilan data meliputi data primer yang diambil secara langsung dari 10 petani/kelompok tani yang dipilih secara acak sederhana. Pengambilan data sekunder dilakukan melalui wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang telah disusun dalam kuesioner sederhana. Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan secara deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jenis Hama Jeruk yang Ditemukan Serangan hama merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman jeruk. Selain menyebabkan kerusakan langsung pada tanaman, hama dapat juga sebagai vektor penyakitpenyakit berbahaya seperti kutu loncat jeruk (Diaphorina citri). Beberapa jenis hama yang ditemukan dengan populasi yang cukup tinggi adalah kutu daun (Toxoptera spp.), vector CVPD (Diaphorina citri), penggorok daun (Phyllocnistis citrella), hama thrips dan tungau (Tabel 1). Sementara hama jeruk lainnya yang ditemukan dengan populasi yang sangat rendah dan tidak ditemukan dicantumkan pada Tabel 2. a. Ulat Penggorok Daun (P. citrella) Ulat menyerang daun muda, meninggalkan bekas seperti alur melingkar transparan atau keperak-perakan. Serangan berat terjadi pada tanaman sedang bertunas (flushing), mengakibatkan tunas atau daun muda berkerut, menggulung, mudah rontok dan tumbuh tidak normal. b. Kutu Dompolan (Planococcus citri) Kutu menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning kemudian kering sehingga banyak buahbuah yang gugur. Pada bagian tanaman

147

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

yang terserang tampak dipenuhi oleh kutukutu putih seperti kapas. c. Thrips (Scirtothrips citri) Serangan thrips pada tangkai dan daun muda mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi tepi daun agak menggulung ke atas dan pertumbuhannya tidak normal. Daun pada ujung tunas menjadi hitam, kering kemudian gugur. Serangan pada buah terjadi ketika buah masih sangat muda (sebesar biji kacang hijau) dengan meningalkan bekas luka berwarna coklat keabu-abuan yang kadang-kadang disertai garis nekrosis disekeliling luka pada buah tua. 2. Jenis Penyakit Jeruk yang Ditemukan Serangan penyakit juga merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman jeruk, terutama beberapa penyakit berbahaya. Jenis penyakit yang ditemukan dengan tingkat serangan yang cukup tinggi adalah busuk batang (Diplodia sp.), busuk pangkal

batang (Phytophthora sp.) dan CVPD. (Tabel 1). Namun dari hama dan penyakit tersebut, CVPD merupakan penyakit yang berbahaya dan menyebabkan banyak tanaman jeruk yang mengalami kematian. Hasil uji PCR menunjukkan bahwa CVPD teridentifikasi di beberapa kabupaten yaitu Jeneponto, Sidrap dan Selayar. Sementara hasil pengamatan terhadap tanaman jeruk yang memperlihatkan gejala klorosis (yellowing) dan beberapa gejala lainnya termasuk kehadiran vector di lapang di kecamatan Malangke, Luwu Utara menunjukkan bahwa penyakit CVPD sudah ada di daerah tersebut. Hasil uji PCR memastikan keberadaan penyakit CVPD di daerah tersebut. Serangan CVPD diperkirakan sudah mencapai 10,40 ha (setara 4.217 pohon jeruk). Selanjutnya pada tahun 2003, di kecamatan Malangke Barat dan Malangke, Luwu Utara, dilaporkan luas pertanaman jeruk yang terinfeksi CVPD masing-masing 119,5 ha dan 104,2 ha.

Tabel 1. Hama dan Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Jeruk di Malangke, Luwu Utara No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. Jenis Hama dan Penyakit Hama Kutu loncat / vector CVPD (Diaphorina citri) Kutu daun (Toxoptera spp.) Kutu dompolan (Planococcus spp.) Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) Ulat daun (Papilio sp.) Lalat buah (Bactrocera dorsalis) Penyakit CVPD (Liberobacter asiaticum) Busuk batang / Diplodia (Diplodia natalensis) Busuk Pangkal batang (Phytophthora sp.) Embun Jelaga (Capnodium sp.) Jamur Upas
Keterangan : + : Kurang , ++ : Sedang , +++ : Tinggi

Status Serangan + +++ + ++ + + ++ +++ ++ ++ ++

a. Penyakit CVPD Tanaman jeruk dapat terserang pada setiap stadia pertumbuhan, mulai dari pembibitan sampai umur produktif lebih dari 10 tahun. Tanaman yang

terserang mengalami penguningan (yellowing) atau daun-daun nampak belang-belang seperti kekurangan mineral (Zn, Mn dan Fe), daun-daun gugur,

148

Warda : Hama Dan Penyakit Tanaman Jeruk Siem Di Luwu Utara

kemudian diikuti mati ranting (die back) pada serangan berat. Secara umum, gejala pada daun terdiri dari dua tipe, yaitu: gejala primer dan gejala sekunder. Gejala primer ditandai dengan menguningnya daun-daun yang berukuran normal di sekitar tulangtulang daun, dan kadang-kadang muncul belang-belang pada daun-daun tua. Sedangkan gejala sekunder muncul pada tunas-tunas yang tumbuh pada cabangcabang dengan gejala primer. Daun-daun pada gejala sekunder mengecil, tumbuh tegak dan memperlihatkan gejala klorosis seperti kekurangan mineral. Buah yang terserang mengecil, berukuran tidak normal dan rasanya tidak manis. Beberapa buah gugur (premature), sementara yang masih di pohon warnanya tidak sempurna (hijau pada bagian yang terlindung). Biji dalam buah yang terserang mengalami abortus (berwarna coklat kehitaman). b. Busuk Akar dan Pangkal Batang Gejala mula-mula terlihat jelas pada daun, terutama daun-daun paling

ujung yang berukuran lebih kecil berwarna kuning dan pertunasannya kurang segar. Cabang-cabang yang terserang menjadi kering dan biasanya tidak terjadi pertumbuhan baru. Pada perakaran utama, luka memanjang tampak sangat jelas dengan pusat coklat gelap dan coklat muda. Pada pangkal batang, diawali dengan munculnya luka kecil berwarna coklat kemudian berkembang secara cepat, menyebar dan memproduksi gum berwana coklat pucat. Kulit yang terinfeksi mengelupas dan bila ditarik mudah jatuh dan hancur. c. Penyakit busuk batang/blendok/ Diplodia Tanaman yang terserang tampak adanya luka-luka pada batang atau cabang-cabang yang sering disertai getah (gum) yang berwarna kuning emas. Kulit yang sakit mengelupas dan mudah jatuh. Jaringan kayu di bawahnya juga terinfeksi. Pada stadium lanjut, timbul piknidia jamur. Akibatnya daun-daun menguning, kering dan terjadi mati ranting. Penyakit ini biasanya ditemukan di kebun-kebun yang tidak dikelola dengan baik.

Tabel 2. Hama dan penyakit jeruk lainnya yang ditemukan pada tanaman jeruk di Malangke, Luwu Utara
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Hama dan Penyakit Tungau (Tenuipalpus sp. Tetranychus sp.) Ulat Penggerek Buah (Citripestis sadittiferella) Kutu Sisik (Lepidosaphes beckii dan Unaspis citri) Lalat buah (Dacus spp.) Kumbang Belalai (Maleuterpes dentipes) Kutu loncat (Diaphorina citri) Kutu daun (Toxoptera sp., Aphis sp. Ulat daun (Papillio sp.) Penyakit Kanker Bakteri (Xanthomonas campestris cv. citri) Penyakit Kudis (Sphaceloma fawcetti) Gejala Kulit buah kusam, berwarna hijau kecoklatan. Daun muda mengeriting dan kusam Tetesan-tetesan blendok pada bagian bawah separuh buah (terutama jeruk berkulit tebal) Bercak coklat sampai ungu pada buah yang merupakan koloni kutu Daging buah busuk, gugur dan terdapat lubang kecil bekas tusukan Lubang-lubang kecil pada daun-daun tua, bekas gerekan kasar Kuncup keriting dan terdapat sekresi berbentuk spiral putih transparan. Kuncup keriting dengan disertai koloni kutu daun Daun berlubang-lubang Bercak-bercak kuning seperti gabus pada daun-daun. Bercak-bercak seperti gabus hanya pada permukaan atas daun, tanpa pecahan pada bagian tengah bercak. Pada buah juga terdapat bercak.

149

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

KESIMPULAN Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa hama dan penyakit jeruk yang ditemukan dengan populasi dan tingkat serangan yang cukup tinggi adalah kutu daun (Toxoptera spp.), vector CVPD (Diaphorina citri), pengorok daun (Phyllocnistis citrella), hama thrips, tungau, penyakit busuk batang (Diplodia sp.), busuk pangkal batang (Phytophthora sp.) dan CVPD. Namun dari hama dan penyakit tersebut, CVPD merupakan penyakit yang berbahaya dan menyebakan banyak tanaman jeruk yang mengalami kematian. Selain hama dan penyakit tersebut juga ditemukan hama dan penyakit lainnya dengan tingkat serangan yang rendah DAFTAR PUSTAKA Abuhaerah, 1987, Strategi Pengembangan Jeruk di Indonesia. Risalah Lokakarya Implementasi Rehabilitasi Jeruk, Malang 21-22 Agustus 1987. Sub Balithorti Tlekung dan UNDP/FAO Anonim. 2004a. Penelitian Pengkajian Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu Jeruk Siam. Disampaikan pada Rapat Evaluasi dan Perencanaan PTT Cabai dan Jeruk. Surabaya, 17 Juni 2004. 14 hal. Anonim. 2004b. Pengembangan Inovasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS). Disampaikan pada Rapat Evaluasi dan Perencanaan PTT Cabai dan Jeruk. Surabaya, 17 Juni 2004. 16 hal.

Dimyati, A. 2003. Strategi penelitian dan pengkajian jeruk di Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya dan Kontes Buah Pamelo Nasional, Batu-Jawa Timur, 13 14 Mei 2002 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel. 2002. Data Luas Panen dan Produksi Buah-Buahan di Sul-Sel. Ekowarso, J. 1994. Peningkatan produksi hortikultura berwawasan lingkungan. Dalam Prosiding Rapat Kerja Penyusunan Prioritas dan Desain Penelitian Hortikultura. Solok, 17-19 Nopember 1994. Made Oka A., I. Manwan, S. Saenong, M.N. Noor dan Y. Makmun. 1994. Penelitian pengembangan: prosedur pelaksanaan dan evaluasi hasil penelitian. Disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Manajemen Sumberdaya Manusia di BLPP Wonocatur, Yogyakarta. Satuhu, S. 1997. Penanganan Mangga Segar untuk Ekspor. Penebar Swadaya, Jakarta.

150

You might also like