Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Heli Restiati
ELSDA Institute
ELSDA Institute
Diterbitkan Oleh:
ELSDA Institute
ISBN
ii
KATA PENGANTAR
David Suzuki, dalam film The 11th Hour, menyatakan adalah ketamakan
manusia yang menyebabkan krisis ekologi dan permasalahan global warming.
Sebuah ketamakan yang membuat kita buta dan tidak bijak. Andai pilihan itu
muncul antara hutan atau uang? Maka uanglah yang akan keluar dengan alasan
bahwa hutan adalah sumber daya yang dapat diperbaharui. Benarkah?
Ketamakan ini bukan sekedar agitasi mengingat efek dari pembangunan less
ecological sense yang telah berlangsung selama puluhan tahun akhirnya mulai terasa.
Di sisi lain, sementara umat manusia menghadapi dampak kerusakan lingkungan
yang semakin parah, kini justru semakin banyak dikejutkan bahwa ketamakan ini
juga ternyata bersimbiosis asimilasi dengan penyakit manusia lainnya: koruptif.
ELSDA institute sebagai Institusi yang peduli terhadap keadaan lingkungan hidup
dalam hal ini hutan, menilai bahwa untuk menghadapi rusaknya lingkungan hidup,
maka perlu juga memberikan suatu upaya untuk menghadapi penyakit masyarakat
yang menjadi salah satu underlying cause dari perusakan lingkungan.
Tidak hanya harapan ELSDA, tetapi juga seluruh umat manusia, agar
setiap manusia dapat bertahan hidup dalam suatu ekosistem yang berkelanjutan.
Harapan ini tidak akan terwujud selama korupsi masih menggerogoti sendi-sendi
pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi setiap stakeholder, untuk
termasuk Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Badan Pengawas Pasar modal & lembaga
iii
keuangan (BAPEPAM), Direktorat Jenderal Pajak dan lain‐lain untuk dapat
menindak lanjuti dan mengaplikasikan disclosure dalam kebijakan pengelolaan
lingkungan.
Sementara itu, saran, kritik dan tanggapan dari semua pihak sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan kajian ini. Semoga hutan di Indonesia dapat
kembali lestari secepatnya dan masyarakat sekitarnya menjadi makmur seperti yang
dituliskan pada pembukaan tersebut diatas. Kalau bukan sekarang kapan lagi dan
kalau bukan kita siapa lagi.
Derry Wanta
iv
DAFTAR ISI
Daftar Isi v
Pendahuluan 1
v
1 PENDAHULUAN
Hutan adalah perpektif lingkungan yang lebih sempit. Hutan adalah paru-paru
bagi kehidupan. Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar menempati urutan ketiga
dunia dan merupakan hutan tropis terbesar di dunia yang menempati 63,7% dari luas
daratan wilayah Indonesia. Dengan hutan seluas itu (1,3% dari luas permukaan bumi
dan 3,5% dari luas hutan di seluruh dunia), maka hutan Indonesia juga merupakan paru-
paru dunia, yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di
muka bumi ini. Disamping itu, dengan luas hutan tersebut Indonesia memiliki kekayaan
keanekaragaman hayati berupa flora, fauna dan tipe ekosistem yang sangat tinggi.
Sebagian diantaranya merupakan jenis dan tipe ekosistem yang bersifat endemik, hanya
terdapat di bumi Indonesia. Sebagian besar dari tumbuhan berbunga, reptilia dan
amphibi, binatang mamalia dan burung tersebut berada di hutan, terutama di hutan
hujan tropika. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang
menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies
burung dan 25% dari spesies ikan dunia.
Dengan rusaknya hutan bisa dibayangkan bagaimana penduduk dunia ini akan
kehilangan kualitas oksigen. Selain itu, fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga
akan terganggu, hilangnya flaura dan fauna akibat terjadinya pengrusakan hutan yang
terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di
musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Dengan semakin
berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah
menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun
tanah longsor. Catatan Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003, sejak tahun 1998
hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia
dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana
tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan.
Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat
mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72
persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak
terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis
secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar
per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini
menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan
tertinggi di dunia.
Halaman 2
1.2 Aset Lingkungan Bagi Kemakmuran Bangsa
Mengingat sumber alam sebagai daya saing dan sumber penerimaan negara,
maka pembangunan pun harus diarahkan pada sustainability yang berarti
berkelanjutannya fungsi lingkungan dan sumber daya alam dalam mendukung kehidupan.
Upaya meningkatkan penerimaan tapi tidak memperhatikan sustanaibility jangka
panjang ditambah dengan adanya pembakaran hutan, illegal lodging, dll serta
pencemaran akhir-akhir ini, disamping merusak lingkungan juga mengancam penerimaan
negara. Kerusakan hutan akan berdampak pada produktivitas dan kelangsungan usaha
karena ketersediaan bahan baku dan meningkatnya biaya produksi. Maraknya illegal
logging menyebabkan pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan tebangan kayu
yang tentunya berdampak pada penurunan kapasitas produksi industri kayu lapis, kertas,
dll.
Halaman 3
1.3 Meningkatnya Kesadaran Akan Kondisi Lingkungan
Kepedulian terhadap lingkungan memang tak bisa ditunda lagi. Harus segera
bergerak dari tataran konsep ke dalam rencana dan kebijakan yang lebih konkrit.
Memang perjuangan moral yang berat untuk memberi kesadaran bahwa perusaahan
perlu mempedulikan lingkungan karena manusia bergantung pada lingkungan dan karena
pelestarian lingkungan akan melestarikan ekonomi itu sendiri.
Dulu etika hanya dibicarakan oleh Plato, Socrates atau Imannuent Kant,
ataupun dibicarakan di gedung kuliah yang terkesan angker. Pelaku bisnis merasa bukan
menjadi bagian dari kelompok yang harus berperilaku etis. Namun kesan ini berkurang
apalagi sejak munculnya etika terapan. Bahkan mulai dijabarkan bahwa pelaku bisnis
harus bersikap adil dan baik kepada setiap stakeholders melalui sikap hormat kepada
lingkungan alam, menghindari pencemaran serta pengurasan sumber daya alam.
Perubahan sikap moral yang dituntut dalam perilaku dan etika perusahaan
dengan mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Ini menjadi langkah awal,
bahwa setidaknya perusahaan disamping mencari untung sebanyak-banyaknya, sudah
mulai memikirkan orang lain. Sekitar tahun 1992, Michael Porter menulis di Harvard
Business Review tentang pentingnya reformasi dalam pengelolaan bisnis, dari
stockholders oriented menjadi create system in which maximizes long term value of
companies. Konsep ini dikenal dengan stakeholders oriented.
Laju kerusakan lingkungan hutan dan sumber daya di dalamnya yang terjadi
memaksa Greenpeace menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menahan laju
kehancuran hutan tersebut. Caranya, dengan melakukan penghentian penebangan
sementara (moratorium) terhadap seluruh operasi penebangan hutan skala komersial di
seluruh kawasan hutan alam di Indonesia. Moratorium merupakan langkah awal yang
diperlukan untuk menghentikan laju deforestasi yang tak terkendali dan memberikan
kesempatan kepada hutan untuk memulihkan dirinya. Hal ini juga harus digunakan
untuk mengkaji ulang dan mengubah arah kebijakan terkait dengan hutan yang masih
tersisa di Indonesia.
Halaman 4
Departemen Kehutanan sebagai regulator juga telah menetapkan lima kebijakan
utama yang akan menjadi fokus penanganan pada periode tiga atau empat tahun ke
depan, yaitu:
Kebijakan ini antara lain ditujukan untuk merehabilitasi hutan dan lahan yang rusak
untuk meningkatkan produktivitas hutan dan lahan sehingga fungsinya dapat
kembali pulih. Pembangunan hutan tanaman hanya dilakukan pada lahan kritis dan
Halaman 5
padang alang-alang, oleh karena itu praktek konversi hutan alam untuk kegiatan
pengembangan hutan tanaman tersebut dihentikan. Pengalaman selama ini
menunjukkan bahwa sebagian besar lahan konversi dikelola secara serampangan,
karena banyak pemohon sebesanrnya lebih banyak bertujuan untuk memanfaatkan
kayunya melalui pemberian ijin pemanfaatan kayu (IPK) pada lahan tersebut.
Namun demikian tidak banyak kegiatan entitas bisnis dan dampaknya cukup
diungkapkan oleh perusahaan. Pengungkapan informasi lingkungan mendorong
perusahaan untuk mencapai kinerja lingkungan yang lebih bagus. Belum terdapat
peraturan khusus tentang pengungkapan informasi lingkungan dan pengelolaannya di
Indonesia. Walaupun sudah terlihat adanya upaya perusahaan untuk
mempublikasikannya, pengungkapan informasi lingkungan dalam laporan masih
merupakan isu yang baru, itupun masih terbatas pada beberapa hal saja.
Halaman 6
1.5 Perumusan Masalah
Bagian berikut dari tulisan ini akan mencoba menggali secara dalam ketiga
masalah tersebut. Pada bab 2 akan diuraikan beberapa kegiatan signifikan yang
mempengaruhi lingkungan. Selanjutnya, akan diuraikan sampai seberapa jauh standar
akuntansi yang ada sudah mengakomodasi pengungkapan dari berbagai kegiatan tersebut.
Sebagai bahan analisis untuk kondisi pengungkapan kondisi lingkungan yang ada di
Indonesia saat ini, bagian berikutnya akan menguraikan kasus pengungkapan kondisi
lingkungan pada perusahaan di sektor kehutanan. Berdasarkan bahan analisis tersebut,
pada bab 5 akan diuraikan bagaimana profesi akuntan dan pengawas pasar modal serta
regulator dapat meningkatkan perannya dalam membantu mengungkapkan kondisi
lingkungan dalam laporan tahunan atau laporan keuangan perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Tulisan ini akan ditutup dengan simpulan atas kecukupan pengungkapan
kondisi lingkungan dalam laporan keuangan dan saran penyempurnaan atas aturan yang
sudah ada guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup bagi semua
pelaku bisnis di Indonesia.
Halaman 7
2KEGIATAN PERUSAHAAN YANG
BERPENGARUH TERHADAP KEHUTANAN DAN
LINGKUNGAN
Bagi perusahaan pulp, kayu dan energi adalah biaya terbesar diantara bahan
baku yang digunakan sebagai input dalam proses produksi. Pulping adalah
proses dimana serat kayu dipisahkan dan digunakan untuk memproduksi pulp.
Tercatat penggunaan energi, kayu dan bahan kimia dari total biaya berturut-
turut adalah 17%, 15% and 6%, 2
1 Corporate Ethics and Sustanability: Building the bottom line through (good) corporate
citizenship, prepared by world bank/IMF annual meeting, September 2000.
2 Energy Efficiency and the Pulp and Paper Industry, Lars J. Nilsson, Eric D. Larson, Kenneth
Gilbreath, and Ashok Gupta
Halaman 8
2.1 Perolehan bahan baku kayu: HPH, HTI, sumber lainnya
Bagi perusahaan timber, pulp dan kertas, hutan merupakan sumber bahan baku
utama bagi proses produksi mereka. Industri perkayuan, pulp and paper di Indonesia
memiliki kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Bahkan
dikabarkan industri ini mengalami kekurangan pasokan bahan baku dibandingkan
kapasitas produksi mereka. (lihat tabel) Kekurangan bahan baku tersebut menjadi salah
satu penyebab yang disinyalir menjadi alasan penebangan tak terkendali dan merusak.
Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhir
tahun 1960-an. Kemudian penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970.
Dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya ijin-ijin pengusahaan hutan tanaman industri di
tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Memang pemerintah sudah
mengatur kapasitas produksi dan menurunkan jatah tebang tahunan untuk mengerem
laju kerusakan hutan. Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah
membagi-bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak
pengusahaan skala kecil.
Halaman 9
Dari total produksi kayu seluruh Indonesia juga terlihat mengalami penurunan.
Tahun 2005 adalah 30.276.903,28 m3 turun dari tahun 2004 sebesar 34.424.015,75
m3 (data dari CIFOR). Sementara bila dilihat kebutuhan kubik per tahun, kebutuhan
kayu usaha pulp and paper di Indonesia sudah lebih dari separuh hasil seluruh kayu di
Indonesia.
2.2 Penggunaan bahan kimia penyebab limbah padat dan limbah cair yang dalam
proses produksi yang merusak lingkungan
Limbah cair industri pulp and paper tersebar ke seluruh ekosistem di sekitarnya,
sementara efluen industri kertas menyebabkan penyimpangan reproduktif pada
zooplankton dan invertebrata yang merupakan prey dari ikan serta kerusakan genetik
dan reaksi sistem kekebalan tubuh pada ikan. Hal ini bisa berakibat pada penurunan
keanekaragaman hayati sungai dan terutama berbahaya bagi kehidupan.
2.3 Penggunaan energi (listrik, batubara, minyak, dsb) penyebab emisi karbon
dioksida.
Energi yang digunakan adalah bahan bakar dan listrik. Energi adalah biaya
terbesar kedua dalam industri pulp yang digunakan pada saat proses produksi.
Halaman 10
Kepentingan lingkungan adalah agar enegi tersebut tidak memberikan emisi yang
berbahaya bagi lingkungan.
Dalam proses produksinya industri pulp and paper membutuhkan air dalam
jumlah yang sangat besar. Hal ini dapat mengancam kelestarian habitat di sekitarnya
karena mengurangi tingkat ketersediaan air bagi kehidupan hewan air dan merubah suhu
air.
Halaman 11
3 DISCLOSURE KEHUTANAN DAN
LINGKUNGAN YANG SAAT INI DIGUNAKAN
DAN DIKEMBANGKAN
Halaman 12
• Pendapatan operasional meliputi pendapatan dari penjualan hasil hutan, baik
berupa kayu olahan, hasil tebangan maupun hasil hutan lainnya
• Harga Pokok Penjualan harus disajikan masing-masing untuk kayu tebangan
dan kayu olahan.
Halaman 13
Praktik laporan berkelanjutan di Indonesia memang masih belum banyak
apalagi belum adanya ketentuan perundangan yang mengatur tentang hal tersebut. Yang
saat ini telah berjalan, perusahaan masih dihimbau untuk mengungkapkan informasi
mengenai dampak lingkungan dan sosial dalam laporan tahunan atau laporan terpisah.
Negara Perusahaan
China Architectural Services Departement, British American Tobacco, CLP
limited, Ford Lio Ho motor, Mass Transit Railway, University of
Hongkong
Korea British American Tobacco Korea, Diageo, Hyundai Motor, Kia
Motors, Korea land corp, POSCO, Samsung
Malaysia British American Tobacco Malaysia, Ford Malaysia, Shah Alam
Assembly Plant.
Thailand Siam Cement Group, Siam Cement Industry, Siam Kraft Industry
Japan Daikin Industries, Fuji Electric, Fuji Photo flim, Furukawa, Electric,
Gunze, Hachijuni Bank, Hiroshima gas, Hitachi, Isuzu, komatzu,
Kyowa Hakko Group, Kyushu Electric power, Matsushita Electric
Industrial, Osaka Gas, Sapporo holding, Seiko Epson Sony, Yamatake
group.
Negara Perusahaan
China Architectural Service Departement, British American Tobacco, CLP
Limited, Ford Lio Ho motor, Mass Transit Railway, University Of
Hongkong
Korea British American Tobacco Korea, Diageo, Hyundai motor, Kia
motor, Korea land corp, POSCO, Samsung
Malaysia British American Tobacco Malaysia, Ford Malaysia, Shah Alam
Assembly Plant.
Thailand Siam Cement Group, Siam Cement Industry, Siam Kraft Industry
Japan Daikin Industries, Fuji Electric, Fuji photo Flim Furukawa, Electric,
Gunze, Hachijuni Bank, Hiroshima gas, Hitachi, Isuzu, Komatzu,
Kyowa Hakko Group, Kyushu Electric power, Matsushita Electric
Industrial, Osaka Gas, Sapporo holding, Seiko Epson Sony, yamatake
group.
Halaman 14
Komponen sustanaibilty reporting menurut GRI meliputi:
• CEO statement
• Organizational profile
• Scope
• Key impacts
• Governance
• Sustanability related policies
• Management system dan prosedur
• Stakeholders engagement
• Performance and compliance
• Target and achivement
• External assurance
GRI INDIKATOR
Economic Environment Social Performance
Performance Performance
1.Economic 1.Material 1.Emplyoment
performance
2.Market presence 2.energy 2.Labor/management relations
3.Indirect Economic 3.Water 3.Occupational health and safety
Impact
4.Biodiversity 4.Training and education
5.Emmisions, effluents 5.Diversity and equal opportunity
and waste
Halaman 15
6.Products and services
7.Compliance
8.Transport
9.Overall
Sejalan dengan tema tulisan ini, akan difokuskan pada aspek indikator
lingkungan. Dengan menggunakan standard GRI sebagai acuan dengan beberapa
penyesuaian, indikator lingkungan secara rinci terlihat di tabel, dikaitkan dengan isu
lingkungan dan indikator ekonomis yang relevan.
Halaman 16
No Kategori No Indikator
1 Bahan baku 1.1 Jumlah bahan baku yang digunakan
1.2 Sumber (asal) bahan baku
1.3 Material yang berasal dari proses recycled
2 Energy 2.1 Penggunaan energi langsung dari sumber energi
primer
2.2 Penggunaan energi tidak langsung dari sumber
energi primer
2.3 Energi yang tersimpan karena konservasi atau
perbaikan efisiensi
2.4 Initiatif penggunaan energi alternatif dan efisien
yang diperoleh
3 Water 3.1 Jumlah air yang digunakan sesuai sumbernya
3.2 Jumlah air yang digunakan kembali
3.3 Inisiatif untuk mengelola sumber air
4 biodiversity 4.1 Tanah yang dimiliki, disewakan yang memiliki
biodervisity yang dilindungi
4.2 Pengaruh proses produksi terhadap biodervisity
pada area yang dilindungi dan area lainnya
4.3 Habitats protected or restored
4.5 Upaya untuk mengelola dampak terhadap
biodervisity
5 Emmisions, Effluents and 5.1 Jumlah bahan kimia yang digunakan dalam proses
Waste produksi
5.2 Jenis bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi
5.3 Jumlah limbah yang digunakan proses produksi
5.4 Jenis limbah yang dikeluarkan
5.5 Upaya pengelolaan limbah yang dilakukan
perusahaan
5.6 Pengaruh limbah terhadap lingkungan sekitar
6 Products and Service 6.1 Jumlah produk yang dihasilkan
6.2 Pengaruh produk terhadap lingkungan
6.3 Pengaruh kemasan produk terhadap lingkungan
7 Compliants 7.1 Iuran yang harus dibayar karena peraturan
regulator
7.2 Klaim/denda yang dibayar karena ketidak
patuhan dengan peraturan
8 Transport 8.1 Pengaruh jenis moda transportasi yang digunakan
dalam proses produksi yang berpengaruh terhadap
lingkungan
9 Overall 9.1 Jumlah dan sumber pembiayaan pengelolaan
hutan dan lingkungan
Tabel 4: Kategori dan Indikator Lingkungan
Indikator lingkungan dalam tabel di atas yang akan digunakan untuk melihat
kecukupan pengungkapan pada kasus beberapa perusahaan yang dipilih.
Halaman 17
4 KASUS DISCLOSURE PERUSAHAAN
PERKAYUAN, PULP AND PAPER
Pembahasan pengungkapan untuk industri perkayuan, pulp dan paper dalam
paper ini dibatasi untuk masalah lingkungan, dengan mengambil indikator GRI
untuk environment indicator. Perusahaan yang akan menjadi cases untuk dikaji
pengungkapan lingkungan adalah perusahaan publik dengan petimbangan
kewajiban pengungkapan bagi perusahaan publik sudah lebih banyak dan
pentingnya pengungkapan tersebut bagi para investor dan calon investor. Selain
itu, sebagai perusahaan publik, walapun secara peraturan tidak diwajibkan
namun dorongan internasional yang semakin meningkat ke arah sustanaibility
reporting harusnya juga menjadi pendorong perusahaan publik di Indonesia
untuk menerapkan hal tersebut.
Tiga perusahaan yang akan dilihat adalah yaitu PT Barito Pasific Timber,
Indah Kiat, Toba Pulp Lestari, Daya Sakti Unggul, Corp. Laporan tahunan
yang digunakan adalah:
Dari laporan yang tersedia, terlihat masih sedikit sekali informasi tentang
lingkungan yang diungkap oleh perusahaan. Sebagai bahan analisis, informasi
dari laporan tahunan akan dikombinasikan dengan informasi yang diperoleh
dari media publik. Penggabungan tersebut diharapkan bisa memberi gambaran
bagaimana pengelolaan lingkungan oleh perusahaan.
Halaman 18
4.1 Penyajian dan Pengungkapan menurut PSA no 32
Dari perusahaan publik yang dikaji terlihat penyajian laporan keuangan sbb:
Kecuali Indah Kiat, perusahaan menyajikan rincian pendapatan operasional per jenis
kegiatan catatan laporan keuangan yaitu:
-kertas budaya
-kertas industri
TP x -bubur kertas
Pendapatan DSU 9 -kayu lapis
operasional
Penyajian meliputi -kayu gergajian
pendapatan dari
penjualan hasil -lain-lain
hutan, baik berupa BT 9 -kayu lapis &
kayu olahan, hasil gergajian
tebangan maupun
hasil hutan -partcle board
lainnya.
-kayu bulat
-perekat dll
Sementara untuk penyajian harga pokok, terlihat bahwa untuk perusahaan pulp, standar
ini belum begitu diikuti, dan sangat mungkin bahwa pulp and paper tidak tergolong
industri yang harus mengikuti PSA 32.
Halaman 19
Tabel 6: PSA no 32 – Harga Pokok Produksi
-upah buruh
TP x Tidak ada rincian beban
pokok penjualan perproduk
DSU 9 -kayu lapis
Harga pokok
disajikan masing- -kayu gergajian
Penyajian masing untuk
kayu tebangan -kayu bulat
dan kayu olahan. BT 9 -kayu lapis & gergajian
-partcle board
-kayu bulat
-perekat dll
Halaman 20
Tabel 7: Pengungkapan HPH
-perekat dll
Dari keempat perusahaan terlihat iuran yang harus dibayarkan kepada pemerintah dalam
catatan laporan keuangan hanya diungkap oleh DSU. Ketiga perusahaan yang lain tidak
secara gamblang mengungkap. Daya Sakti mencatat biaya reboisasi, provisi sumber daya
hutan Rp 1.257 juta dicatat sebagai kewajiban lancar dan sebesar (termasuk pajak)
senilai Rp 3.572.363.622 dibayar oleh anak perusahaan.
Halaman 21
4.2 Pengungkapan informasi lingkungan dengan kriteria GRI
Penggunaan bahan baku memiliki tiga indikator yaitu jumlah bahan baku,
sumber bahan baku dan bahan baku yang diperoleh dari proses recycled.
Tidak banyak informasi bahan baku kayu yang digunakan yang diungkap oleh
perusahaan, sementara informasi publik memperlihatkan bahwa industri ini secara
nasional kekurangan bahan baku dan lebih buruk lagi, disinyalir adanya pasokan bahan
Halaman 22
baku secara illegal. Informasi yang diperoleh untuk PT Indah Kiat Pulp and Paper
(IKPP) menyebutkan total kebutuhan bahan baku industri ini mencapai 8.615.880
ton/tahun, sementara kebutuhan areal tanaman netto 319.107 hektar. Menurut data
Dephut, total pasokan bahan baku dari hutan tanaman yang tersedia mencapai
5.377.428 ton/tahun. Ini artinya, masih ada kekurangan pasokan bahan baku
3.238.452 m kubik/tahun. IKPP menerima bahan baku dari PT Arara yang merupakan
anak perusahaan (dalam grup APP). Ulasan media massa mengatakan, IKPP terindikasi
kuat menerima kayu iilegal kaerna PT Arara hanya mensuplly 42% bahan baku sisanya
oleh beberapa perusahaan.
Kategori ini memiliki 4 indikator yang dilihat yaitu (1) Penggunaan energi
langsung dari sumber energi primer, (2) Penggunaan energi tidak langsung dari sumber
energi primer, (3) Energi yang tersimpan karena konservasi atau perbaikan efisiensi, (4)
Initiatif penggunaan energi alternatif dan effisiensi yang diperoleh.
Dari keempat laporan tahunan perusahaan, tidak ada informasi yang tersedia
tentang penggunaan energi. Informasi dalam catatan laporan keuangan juga tidak
tersedia karena energi bukan dicatat dan disajikan sebagai akun tersendiri. Informasi
keuangan yang kemungkinan terkait adalah biaya overhead yang salah satu komponennya
adalah biaya untuk pembayaran energi. Namun laporan perusahaan tidak memerinci
sampai sedetil itu. Selain tercatat sebagai bagian dari biaya, perusahaan tidak
mengungkap bagaimana penggunaan energi dalam proses produksi.
Tabel 9: Energi
DSU X
BT X
Halaman 23
Energi yang IK X Tidak Ada Informasi
tersimpan
karena TP X
konservasi
DSU X
atau
perbaikan BT X
efisiensi
Initiatif IK X
penggunaan
energi
TP X Tidak Ada Informasi
alternatif dan
efisiensi yang
diperoleh
DSU X
BT X
Kategori ini memiliki 3 indikator yang akan dilihat yaitu (1) Jumlah air yang
digunakan sesuai sumbernya, (2) Jumlah air yang digunakan kembali dan (3) Inisiatif
untuk mengelola sumber air
Halaman 24
Kategori 4: Biodiversity
Kategori ini memiliki 3 indikator yang akan dilihat yaitu (1) Tanah yang
dimiliki, disewakan yang memiliki biodiversity yang dilindungi, (2) Pengaruh proses
produksi terhadap biodervisity pada area yang dilindungi dan area lainnya, (3) Habitats
protected or restored, (4) Upaya untuk mengelola dampak terhadap biodiversity.
Informasi tentang biodiversity yang terlihat hanyalah luas hutan yang dimiliki
khususnya untuk perusahaan yang memiliki konsesi Hak Penguasaan Hutan (HPH).
Namun informasi bagaimana upaya menjaga biodiversity dalam HPH yang dikelola
serta bagaimana proses produksi berpengaruh terhadap hal itu tidak tersedia.
Tidak banyak informasi yang diungkap tentang indikator di atas. Dalam uraian
laporan tahunan hanya disebutkan pengelolaan limbah dan ketaatan pada standar ISO
14001:2004, serta tidak menemukan major non comformance dalam auditnya.
Informasi keuangan yang terkait adalah biaya produksi untuk bahan kimia namun
catatan laporan keuangan tidak menyebutkan jenis bahan kimia yang digunakan serta
jumlahnya apalagi pengungkapan berbahaya atau tidaknya bahan tersebut bagi
lingkungan hidup.
Halaman 25
Catatan Laporan PT Indah Kiat yang menyebutkan kebutuhan bahan kimia
dipasok oleh perusahaan dengan hubungan istimewa yang memasok kebutuhan
precipitated calcium carbonate megafill and albaglos. Informasi keuangan terkait
indikator ini yang tersedia adalah upaya pengelolaan limbah, dengan informasi yang
diperoleh dari catatan laporan keuangan sebagai berikut:
BT X
DSU X
BT X
BT X
Halaman 26
Jenis limbah IK X
yang
dikelurkan
DSU X
BT X
DSU X
BT X
Pengaruh IK X
limbah Tidak tersedia Informasi
terhadap
lingkunagan TP X
sekitar
DSU X
BT X
Jumlah dan jenis bahan kimia yang digunakan tidak diungkap dalam laporan
tahunan. Dari struktur biaya juga tidak terinci ke dalam biaya untuk pembelian bahan
kimia. Penggunaan bahan kimia sangat dominan pada industi ini, dan pengaruh terhadap
lingkungan sangat besar dan berbahaya bila perusahaan menggunakan bahan kimia yang
berbahaya. Laporan tahunan hanya menyebutkan bahwa perusahaan telah melakukan
Audit ISO dan tidak ditermukan non conformance aspek.
Halaman 27
Di lain pihak, Informasi publik yang diperoleh memperlihatkan IKPP diduga
mencemari sungai dan tambak karena IKPP membuang limbah beracun dan berbahaya
(B3). IKPP bekerja sama dengan pihak lain yang bersedia penyediakan lahan
pembuangan limbah.
Kriteria 6: Produksi
Indikator dalam kategori ini adalah (1) Jumlah produk yang dihasilkan, (2)
Pengaruh produk terhadap lingkungan dan (3) Pengaruh kemasan produk terhadap
lingkungan
Halaman 28
karena tdk ada bahan baku
BT Penjualan 485.372 M3 (Rp 1.278 M) turun 42% krn berkurangnya
pasokan akibat kuota jatah tebang kayu bulat
Kriteria 7: Compliance
Indikator dalam kategori ini adalah Iuran yang harus dibayar karena peraturan
regulator dan klaim/denda yang dibayar karena ketidak patuhan dengan peraturan.
Kriteria 8: Transport
Indikator dalam kategori ini adalah pengaruh jenis moda transportasi yang
digunakan dalam proses produksi yang berpengaruh terhadap lingkungan.
Informasi tentang transport dan jenis moda yang digunakan untuk mengangkut
baik bahan baku maupun bahan jadi tidak tersedia sama sekali baik dalam uraian laporan
tahunan maupun catatan atas laporan keuangan. Informasi yang tersedia hanyalah biaya
transportasi yang termasuk dalam biaya harga pokok produksi.
Halaman 29
Kriteria 9: Overrall
Indikator dalam kategori ini adalah jumlah dan sumber pembiayaan
pengelolaan hutan dan lingkungan. Informasi untuk pembiayaan pengelolaan hutan
terlihat dari laporan arus kas investasi penambahan hutan sbb:
Dari kategori dan indikator lingkungan yang dibahas di atas terlihat bahwa
perusahaan menyajikan informasi lingkungan bukan ditujukan secara khusus untuk
pengungkapan atas aspek lingkungan. Sebagian besar indikator lingkungan versi GRI
tidak tersedia dalam catatan laporan keuangan. Beberapa Informasi lingkungan dapat
diperoleh dalam catatan laporan keuangan ditujukan untuk memperjelas akun-akun
laporan keuangan neraca, laba rugi dan arus kas. Oleh karena tujuan penyajian adalah
menjelaskan laporan keuangan, informasi lingkungan tidak informatif dan lengkap dan
masih memerlukan analisis tambahan dari pembaca untuk memahaminya.
Halaman 30
5 PERAN PROFESI DAN REGULATOR UNTUK
PENINGKATAN KUALITAS PENGUNGKAPAN
KONDISI LINGKUNGAN
Halaman 31
Sementara secara praktik yang ada di lingkungan internasional diperkirakan
hanya 1% dari laporan yang berisi informasi lingkungan di Asia dan Australasia
yang berasal dari Indonesia. 3 Sementara upaya perbaikan disclosure dalam
annual report juga dilakukan melalui annual report award yang merupakan
inisiasi untuk perbaikan pengungkapan. Dengan kriteria informasi lingkungan
yang dinilai dalam annual report termasuk dalam informasi good corporate
governance yang meliputi uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan
berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan
lingkungan. Uraian mencakup jenis aktivitas berkaitan dengan:
• Konsumen: Deskripsi mengenai komitmen perusahaan terhadap
perlindungan konsumen.
• Karyawan: Uraian mengenai pengakuan hak-hak karyawan terutama
mengenai persamaan kesempatan kepada seluruh karyawan.
• Komunitas: Uraian mengenai “community development program” yang
telah diberikan dan policy perusahaan atas hal ini termasuk tersedianya
akses atas informasi yang relevan kepada komunitas.
• Lingkungan, kesehatan dan keamanan: Uraian mengenai standar yang
dipakai untuk aktivitas kelestarian lingkungan, kesehatan dan keamanan.
• Biaya yang telah dikeluarkan.
3 An Introduction to sustainality reporting for organization in Indonesia, ACCA, August
2004, p 13
Halaman 32
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
Halaman 33
Daftar Referensi
Corporate Ethics and Sustanability: Building the bottom line through (good)
corporate citizenship, prepared by world bank/IMF annual meeting, September 2000.
Daru Setyo Rini, S.Si, Minimalisasi Limbah dalam industri Pulp and Paper,
Lembaga Kajian Ekologi dan lahan basah, http: www.terranet.com/
TerraNet_MINIMASI LIMBAH DALAM INDUSTRI PULP AND PAPER.htm
diakses 21/5/07.
Energy Efficiency and the Pulp and Paper Industry, Lars J. Nilsson, Eric D. Larson,
Kenneth Gilbreath, and Ashok Gupta
Halaman 34
The GRI Guidelines, The Sustainability Reporting Guidelines help organizations
determine what they should report on and how they should report it, bahan seminar
Sustanability Reporting,2007.
Halaman 35