You are on page 1of 65

Trauma Muskuloskeletal

Definisi Fraktur Hilangnya kontinuitas tulang , tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun yang parsial Proses Terjadinya Fraktur Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan

rauma bersifat :

.Trauma langsung tekanan langsung pada tulang bersifat komunitif jaringan lunak rusak

. Trauma tidak langsung energi dihantarkan ke daerah yg lebih jauh dari fraktur jatuh dengan menahan dengan tangan ekstensi fr klavikula

Tekanan pada tulang dapat berupa : - Tekanan berputar fr spiral / oblik - Tekanan membengkok fr transversal - Tekanan sepanjang aksis tulang fr .impaksi, dislokasi atau fr dislokasi - Kompresi vertikal fr komunitif / memecah mis : vertebra , talus atau fr buckle pada anak - Fraktur karena remuk - Tarikan pada ligamen / tendo menarik sebagian tulang (avulsi)

Klasifikasi Fraktur Klasifikasi Etiologis - Fraktur traumatik trauma yg tiba-tiba - Fraktur patologis Kelemahan tulang kelainan patologis dalam tulang - Fraktur stres trauma terus menerus pd suatu tempat tertentu

Klasifikasi klinis - Fraktur tertutup (simple fracture) - Fraktur terbuka (compound fracture) dari dalam (from within) / dari luar (from without) - Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) delayed union, malunion, non union, infeksi

Klasifikasi Radiologis Klasifikasi ini berdasarkan atas : 1. Lokasi - diafisis - metafisis - intra-artikuler - Fraktur dengan dislokasi

2. Konfigurasi - fraktur transversal - fr segmental - fr oblik - fr epifisis - fr spiral - fr Z - fr komunitif lebih dari 2 fragmen - fr baji kompresi pada vertebra - fr avulsi - fr depresi trauma lgsg pada tengkorak - fr impaksi - fr burst fragmen kecil berpisah

3. Menurut Ekstensi - Fr total - Fr tidak total (crack) - Fr buckle / torus - Fr garis rambut - Fr greenstick

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya - Tidak bergeser ( undisplaced ) - Bergeser ( displaced )

Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara : a. Bersampingan b. Angulasi c. Rotasi d. Distraksi e. Over riding f. Impaksi

Gambaran Klinis Fraktur


Anamnesis - Penderita datang dgn riwayat trauma ringan atau hebat - Tidak dapat menggunakan anggota gerak - fraktur dapat terjadi didaerah bukan trauma - Keluhan : nyeri, bengkak, gangguan fungsi ekstremitas, deformitas, kelainan gerak, krepitasi.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan awal, perlu diperhatikan adanya :

1. Syok atau perdarahan/anemia

2. Kerusakan organ2 lain, mis : otak, sumsum tulang belakang, organ dalam thoraks,panggul dan abdomen

3. Faktor predisposisi, mis fraktur patologis

Pemeriksaan Lokal Inspeksi (LOOK) - Bandingkan dengan bagian sehat - Perhatikan posisi anggota gerak - Keadaan umum penderita - Ekspresi wajah karena nyeri - Lidah kering atau basah - Tanda anemia karena perdarahan

- Apakah terdapat luka pada kulit dan jar.lunak - Ekstravasasi darah subkutan - Deformitas angulasi, rotasi dan kependekan - Survey seluruh tubuh apakah ada trauma organ lain. - Perhatikan kondisi mental pasien - Keadaan vaskularisasi

2. Palpasi (FEEL) Dilakukan secara hati-hati karena penderita mengeluh sangat sakit Hal-hal yg perlu diperhatikan : - Temperatur setempat meningkat - Nyeri tekan - Krepitasi - Pemeriksaan vaskuler daerah distal trauma capillary refiling < 2 detik - Pengukuran tungkai

3. Pergerakan (MOVE) Melakukan pergerakan dengan mengajak penderita mengerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari trauma

4. Pemeriksaan neurologis Pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris 5. Pemeriksaan Radiologis Foto Polos Dengan pemeriksaan klinis sudah dapat mencurigai fraktur. Px radiologis diperlukan untuk : - menentukan keadaan fraktur - menentukan lokasi fraktur - menentukan ekstensi fraktur

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua : - Dua posisi proyeksi AP dan Lateral - Dua sendi - Dua anggota gerak pada anak-anak - Dua trauma trauma hebat menyebabkan fraktur pada dua tulang - Dua kali dilakukan foto fr tertentu ,ulang 10 - 14 hr

Pemeriksaan Radiologis lainnya Pemeriksaan khusus dengan : 1.CT-scan 2.MRI 3.Radio isotop scanning

Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan Fraktur - Suatu proses biologis yg menakjubkan - sembuh tanpa jaringan parut - Proses penyembuhan mulai terjadi setelah kerusakan - Faktor mekanis yg penting seperti Imobilisasi - Proses penyembuhan fraktur berbeda antara tulang kortikal dan kanselosa

Penyembuhan Fraktur pada Tulang Kortikal Terdiri atas lima fase : 1. Fase hematoma 2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal 3. Fase pembentukan kalus (clinical union) 4. Fase konsolidasi (radiologic union) 5. Fase Remodeling

Penyembuhan Fraktur pada Tulang Kanselosa Penyembuhan terjadi secara cepat karena beberapa faktor, yaitu : 1. Vaskularisasi yg cukup 2. Permukaan yg luas 3. Kontak yg baik memberikan kemudahan vaskularisasi yg cepat 4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur

Penyembuhan Fraktur pada Tulang Rawan Persendian Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi. Penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin tapi terbentuk melalui fibrokartilago.

Waktu Penyembuhan Fraktur Bervariasi secara individual dan berhubungan dgn beberapa faktor penting pada penderita, yaitu : 1.Umur penderita 2. Lokasi dan konfigurasi fraktur 3. Vaskularisasi pada ke 2 fragmen 4. Reduksi serta imobilisasi

5. Waktu imobilisasi 6. Ruangan diantara ke 2 fragmen serta interposisi oleh jar.lunak 7. Adanya infeksi 8. Cairan sinovia 9. Gerakan aktif dan pasif anggota gerak.

Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan Waktu penyembuhan pada anak secara kasar waktu penyembuhan dari orang dewasa

Penilaian Penyembuhan Fraktur Penilaian penyembuhan fraktur (union) Union secara klinis Union secara radiologis.

Penyembuhan Abnormal pada Fraktur 1. Malunion 2. Delayed union 3. Non union 1. Mal union Keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yg berbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan

Etiologi - Fraktur tanpa pengobatan - Pengobatan tidak adekuat - Reduksi dan imobilisasi yg tidak baik - Pengambilan keputusan serta teknik yg salah pada awal terapi - Osifikasi prematur pada lempeng epifisis karena trauma

Gambaran Klinis - Deformitas dengan bentuk bervariasi - Gangguan fungsi anggota gerak - Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi - Ditemukan komplikasi paralisis tardi nervus ulnaris - Daerah sendi Osteoartritis (OA) - Bursitis atau nekrosis kulit

Pengobatan - Konservatif Refrakturisasi dengan pembiusan umum Apabila ada kependekan anggota gerak dapat dipergunakan sepatu ortopedi - Operatif Osteotomi korektif dan bone graft disertai dengan fiksasi interna

2. Delayed Union Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 5 bulan Delayed Union Proses penyembuhan masih berlangsung !!! Etiologi Sama dengan etiologi pada non union

Gambaran klinis - Nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan - Pembengkakan - Nyeri tekan - Terdapat gerakan yg abnormal pada daerah fraktur - Deformitas

Px Radiologis - Tidak ada gambaran tulang baru - Gambaran kista pada ujung2 tulang - Kalus yg kurang di sekitar fraktur Pengobatan Konservatif pemasangan gips utk imobilisasi tambahan 2 3 bln Operatif union diperkirakan tidak terjadi fiksasi interna + bonegraft

3. Non Union Apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 8 bln dan tidak ada konsolidasi sehingga terjadi pseudoartrosis (sendi palsu) Proses penyembuhan sudah berhenti !!!

Beberapa jenis non union menurut keadaan ujung fragmen tulang : 1. Hipertrofik 2. Atrofik /Oligotrofik

Penyebab Non union dan Delayed union - Vaskularisasi yg kurang pada ujung fragmen - Reduksi yg tidak adekuat - Imobilisasi yg tidak adekuat - Waktu imobilisasi yg tidak cukup - Infeksi - Distraksi - Interposisi jaringan lunak

- Destruksi tulang tumor atau infeksi - Dissolusi hematoma fraktur oleh cairan sinovia - Kerusakan periost yg hebat - Fiksasi interna yg tidak sempurna - Delayed union yg tidak diobati - Pengobatan yg salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan

Prinsip dan Metode Pengobatan Fraktur Penatalaksanaan Awal : - Pertolongan pertama Yang penting dilakukan : - bersihkan jalan nafas - menutup luka dengan kassa bersih - imobilisasi fraktur - Penilaian klinis Luka tembus tulang, trauma pemb.darah atau saraf, trauma lain - Resusitasi

Prinsip umum pengobatan fraktur : Ada enam prinsip pengobatan fraktur : 1. Jangan membuat keadaan lebih jelek. iatrogenik oleh dokter 2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat Diagnosis tepat dapat menentukan prognosis pengobatan yg tepat

3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus - menghilangkan nyeri - memperoleh posisi yg baik dari fragmen - mengusahakan terjadinya penyambungan tulang - mengembalikan fungsi secara optimal 4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan 6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

Sebelum mengambil keputusan untuk dilakukan pengobatan definitif Ada 4 prinsip pengobatan fraktur (4R) yaitu : 1.Recognition,Diagnosis dan penilaian fraktur prinsip pertama mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, px fisik dan radiologis.

2. Reduction, reduksi fraktur apabila perlu 3. Retention , imobilisasi fraktur 4. Rehabilitation , mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin

Metode-metode pengobatan fraktur Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam : 1. Konservatif 2. Reduksi tertutup dgn fiksasi externa / perkutaneus dgn K-wire 3. Reduksi terbuka & fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang 4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dgn protesis.

Konservatif 1.Proteksi semata-mata (tanpa reduksi dan imobilisasi) 2. Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi) 3. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna menggunakan gips 4. Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi 5. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi

Fraktur Terbuka Dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit terjadi kontaminasi bakteri komplikasi infeksi Luka pada kulit : Tusukan tulang tajam keluar menembus kulit (from within) Dari luar misal oleh peluru atau trauma langsung (from without)

Klasifikasi Gustilo, Merkow dan Templeman (1990) Tipe I Luka kecil kurang dari 1 cm panjangnya, biasanya luka tusukan dari dalam kulit menembus keluar. Terdapat sedikit kerusakan jaringan lunak Fraktur biasanya simpel, transversal, oblik pendek

Tipe II Luka melebihi 1 cm panjangnya Terdapat kerusakan jaringan lunak yang sedang Kontaminasi minimal Tipe III Terdapat kerusakan hebat jaringan lunak otot, kulit dan neurovaskuler Kontaminasi hebat Mekanisme trauma kecepatan tinggi

Tipe IIIa : Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap Fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat Tipe IIIb : Perlu flap untuk menutup tulang yang patah

Tipe IIIc Terdapat kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

Tahap Tahap Pengobatan Fraktur Terbuka 1. Pembersihan luka irigasi dengan NaCl fisiologis secara mekanis mengeluarkan benda asing yg melekat 2. Eksisi jaringan mati dan tersangka mati (debrideman) pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fasia otot dan fragmen tulang yg lepas

3. Pengobatan fraktur itu sendiri Fiksasi interna atau eksterna 4. Penutupan kulit Jika diobati dalam periode emas (6 7 jam) sebaiknya kulit ditutup kulit tegang tidak dilakukan 5. Pemberian antibakteri Antibiotik diberikan sebelum, pada saat dan sesudah operasi 6. Tetanus

Komplikasi fraktur Dapat terjadi spontan, iatrogenik atau tindakan pengobatan Tiga faktor utama - penekanan lokal - traksi yg berlebihan - infeksi

Komplikasi terhadap organ 1. Komplikasi pada kulit - lesi akibat penekanan - ulserasi akibat dekubitus - ulserasi akibat pemasangan gips 2. Komplikasi pemb darah - lesi akibat traksi dan penekanan - Iskemik volkman - Gangren

3. Komplikasi pada saraf - Lesi akibat traksi dan penekanan 4. Komplikasi pada sendi - Infeksi (artritis septik) akibat operasi terbuka 5. Komplikasi pada tulang - Infeksi akibat operasi terbuka - Komplikasi pada lempeng epifisis

Fraktur dan Dislokasi pada Anak Gambaran Umum Fraktur pada anak berbeda dengan orang dewasa, karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologi tulang Perbedaan anatomi Terdapat lempeng epifisis yg merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat

Perbedaan biomekanik Biomekanik tulang Tulang anak sangat porous, korteks berlubanglubang oleh karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang elastis Perbedaan Fisiologis Pada anak-anak pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodeling yg lebih besar dibandingkan orang dewasa

Berdasarkan kelainan perbedaan anatomi, biomekanik dan fisiologis Maka fraktur pada anak-anak mempunyai gambaran khusus, yaitu : 1. Lebih sering ditemukan tulang relatif ramping 2. Periosteum sangat aktif dan kuat jarang robek saat fraktur bidai dari fraktur itu sendiri Bersifat osteogenesis yg besar

3. Penyembuhan fraktur sangat cepat 4.Terdapat problem khusus dalam diagnosis Gambaran radiologis epifisis sering membingungkan 5. Koreksi spontan pada suatu deformitas residual 6. Terdapat perbedaan didalam komplikasi Komplikasi fraktur pada anak mempunyai ciri khusus fraktur lempeng epifisis.

7. Berbeda dalam metode pengobatan Prinsip utama secara konservatif 8. Robekan ligamen dan dislokasi lebih jarang ditemukan ligamen pada anak sangat kuat 9. Kurang toleransi terhadap kehilangan darah

You might also like