You are on page 1of 1

Banyaknya

kalangan

akademisi

yang

berpandangan

bahwa

beberapa

praktek

yang

dilakukan

perbankansyariah tidak syariah, mengakibatkan adanya jurang antara akademisi dengan praktisi perbankan syariah. Hal ini tentunya menjadi hambatan tersendiri bagi perkembangan perbankan syariah. Dosen sekaligus praktisi perbankan syariah, Iman Sastra Mihajat mengungkapkan bahwa banyak paktisi perbankan syariah di Indonesia hanya melihat ekonomi syariah sebatas menghindari Magrib (maysir,gharar, dan riba). Sedangkan dari pihak akedemisi melihat ekonomi syariah sebatas teori saja. Masih ada gap antara praktisi dengan akademisi, dan menjadi suatu permasalahan karena akhirnya jadi tidak nyambung, tidak ada titik temu, ujarnya saat menjadi pembicara dalam seminar Capital Market Universitas Azzahra, Sabtu (23/7).

Sementara dalam acara seminar itu sendiri, Iman mencoba memaparkan beberapa hal yang terjadi di pasar modal syariah yang dalam prakteknya terkadang masih dianggap tidak syariah atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena pemahaman yang kurang terutama dalam pemahaman fikih muamalah. Konsep pasar modal syariah terbilang unik karena sistem yang digunakan adalah sistem modern. Sehingga penguasaan fikih muamalah dalam prakteknya sangat dibutuhkan, ungkap pria yang pernah bekerja di Bank Negara Malaysia ini.

Ia mengungkapkan bahwa beberapa kesalahan dalam praktek perbankan syariah berakar dari adanya gap tersebut. Perlu adanya ruang temu untuk saling diskusi antara praktisi dan akademisi. Aktif mengikuti serangkaian pelatihan maupun seminar dan tidak malu bertanya. Agar tidak ada pemahaman yang salah maka kita perlu mengupdate ilmu kita, jadi tak perlu malu untuk ikut kegiatan pelatihan dan coba untuk bertanya,tandasnya.

You might also like