You are on page 1of 6

APPENDISITIS AKUT KASUS

Posted on Maret 31, 2011 APPENDISITIS AKUT KASUS Pasien T, wanita, belum kawin, 17 tahun, MR 01-27-47, datang ke IGD RSUD Bangkinang, Senin, 22 September 2008, dengan : ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : Nyeri perut kanan bawah RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Sejak 3 hari sebelum masuk RS, pasien merasakan nyeri pada perut kanan bawah. Sekitar 6 jam sebelumnya, nyeri dirasakan di ulu hati. Nyeri bersifat terus-menerus semakin lama semakin kuat tidak tertahankan, bertambah dengan pergerakan dan batuk. Pasien merasakan mual dan muntah 5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas aqua sekali muntah Demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien tidak BAB sejak 3 hari yang lalu BAK tidak nyeri, tidak berdarah, berwarna kuning jernih, riwayat keluar batu (-). Riwayat nyeri pinggang (-), Riwayat nyeri panggul (-), Riwayat nyeri yang menjalar ke punggung (-). Riwayat menstruasi teratur, nyeri menstruasi (-), HPHT tanggal 16-9-2008 dan selesai menstruasi 1 hari sebelum masuk RS Riwayat keputihan (-) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Riwayat sakit maag (-) PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Keadaan umum : Tampak kesakitan, pasien berbaring dengan kaki kanan sedikit flexi Kesadaran : Komposmentis kooperatif Gizi : Baik Vital sign : TD : 130/90 mmHg Nadi : 128x/ Nafas : 20 x/ Suhu : 38,6 C KEPALA-LEHER : TAK THORAK : TAK ABDOMEN : Status lokalis

GENITOURINARIUS : TAK EKSTREMITAS : TAK STATUS LOKALIS: Abdomen Inspeksi : Perut tampak datar Palpasi : Nyeri tekan dan nyeri lepas Mc Burney, Rovsing sign (-), Blumberg sign (-), massa (), muscle rigidity (-) Perkusi : Timpani, nyeri ketok kuadran kanan bawah (+) Auskultasi : Bising usus (+) normal PEMERIKSAAN KHUSUS Psoas sign (+) Obturator sign (+) CVA KANAN KIRI Tanda radang - Ginjal teraba - Ballotement - Nyeri tekan - Nyeri ketok - RECTAL TOUCHER Anus tenang Tonus sphincter ani baik Mukosa licin Ampula berisi Nyeri tekan (+) jam 9-11 Tidak teraba massa Hand schoen feces (+) warna kuning, darah (-), lendir (-) DIAGNOSIS KERJA : Appendisitis akut DIAGNOSIS DIFFERENSIAL : Kista ovarium terpuntir RENCANA PEMERIKSAAN : Leukosit darah Urin rutin Plano test USG abdomen HASIL PEMERIKSAAN: Leukosit : 11.000/ml

HASIL PEMERIKSAAN USG (oleh Sp.OG) - Uterus besar biasa, adnexa kiri-kanan dalam batas normal - cairan kavum douglas tidak ada - Ginekologi tidak ada kelainan saat ini tidak ada kelainan emergensi di bagian obstetri dan ginekologi PENATALAKSANAAN: IVFD RL 20 gtt/i Antibiotik Rencana Appendectomy LAPORAN OPERASI Appendectomy emergency tanggal 23 September 2008, pukul 00.30-02.00 WIB Diagnosis preoperasi : appendisitis akut DO : Dilakukan insisi pada titik Mc Burney, buka peritoneum, keluar cairan serosa, kemudian dieksplorasi, keluar pus 25 cc. Luksir caecum, terdapat perlengketan appendix dengan posisi retrocaecal, appendix hiperemis, nekrosis, perforasi (+). Dilakukan pembebasan appendix secara antegrad. Panjang appendix 6 cm, diameter 0,5 cm. - Cuci lapangan operasi, tutup lapangan operasi lapis demi lapis. Diagnosis post operasi : appendisitis perforasi 28 tetes/menitTerapi Postoperasi : IVFD D5% : NaCL = 3 : 1 Injeksi Levofloxaxin 1 Fls Injeksi Dexketoprofen 31 gr Awasi vital sign Bila bising usus (+), minum sedikit demi sedikit FOLLOW UP Selasa, 24-9-2008 S : BAB encer, air > ampas, demam (-), nyeri pada luka operasi O : TD = 120/80 mmHg N = 88x/menit T = 36,4C RR = 20x/menit BU (+) A : post appendektomy hari I P : Terapi lanjut + boleh minum + ML Rabu, 25-9-2008 S : Nyeri ulu hati, mual, makan sedikit, nyeri pada luka operasi berkurang O : TD = 120/70 mmHg N = 86x/menit T = 36,4C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari II P : Terapi lanjut + gastrinal (komposisi : Mg trisilikat, Al(OH)3, gel, dimethylsiloxane) 32 C, injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam IV

Kamis, 26-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), perut kembung, demam (-), BAB N O : TD = 120/80 mmHg N = 88x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari III P : Aff infus dan injeksi Elsazym (komposisi : pancreatin, bromelain, dimethylpolysiloxan) tablet 21 Asam mefenamat 31 Jumat, 27-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), demam (-), BAB N O : TD = 110/60 mmHg N = 86x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari IV P : Terapi lanjut Sabtu, 28-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), demam (-) O : TD = 110/70 mmHg N = 86x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari V P : Terapi lanjut Senin, 30-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), demam (-) O : TD = 110/60 mmHg N = 86x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari VII P : Terapi lanjut Pasien boleh pulang DISKUSI Pasien didiagnosis appendisitis akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, 6 jam sebelumnya nyeri dirasakan di ulu hati disertai mual, muntah dan konstipasi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gejala klasik appendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau

periumbilikus1,2,3. Nyeri ini dirasakan di sekitar umbilikus atau periumbilikus karena persarafan appendix berasal dari thorakal 10 yang lokasinya di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Maka nyeri pada umbilikus atau periumbilikus merupakan suatu reffered pain4. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Dititik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat1,2,3. Nyeri bertambah jika pasien mengalami batuk. Hal ini menunjukkan telah terjadi inflamasi pada peritoneun parietal.5 Keluhan lain yang ditemukan adalah adanya rasa mual, bahkan muntah. Menurut literatur, keluhan mual ditemukan sekitar 75% dari pasien yang menderita appendisitis6. Pasien appendisitis dapat mengeluhkan konstipasi atau diare1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berupa demam yaitu 38,6 C , nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik Mc Burney, psoas sign (+), obturator sign (+), dan pada pemeriksaan RT didapatkan nyeri tekan pada arah jam 9-11. Demam yang terjadi disebabkan karena peradangan pada appendix. Nyeri tekan dan lepas pada titik Mc Burney merupakan salah satu kunci diagnosis apendisitis akut7. Pasien pada kasus ini berbaring dengan posisi kaki kanan fleksi pada sendi lutut, hal ini sesuai dengan teori yang mana tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah sikap penderita yang datang dengan posisi membungkuk dan bila berbaring kaki kanan sedikit ditekuk1,5. Pemeriksaan psoas dan obturator dilakukan untuk mengetahui letak appendix yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas dengan cara hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendix yang meradang menempel di m. Psoas mayor maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan uji obturator dilakukan dengan cara gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila appendix yang meradang kontak dengan m. Obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri1,2,3. Diagnosis diferensial KET dapat disingkirkan karena pasien baru selesai menstruasi 1 hari sebelum masuk RS, tetapi sebaiknya tetap harus dilakukan planotest. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan vagina toucher karena status pasien yang belum menikah, sedangkan penilaian status ginekologi melalui RT sulit dilakukan karena pasien merasa nyeri. Oleh karena itu untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan USG. USG dilakukan oleh SpOG, dan didapatkan hasil tidak ada kelainan obstetri dan ginekologi. DD/ pelvic inflamasi disease dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat keputihan dan nyeri panggul. BAK pasien normal ditambah pada pemeriksaan CVA tidak ada kelainan sehingga dapat menyingkirkan DD/ ke arah nefrolithiasis atau urolithiasis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang mana hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml, dan neutrofil diatas 75%8,9. Penatalaksanaan pada pasien adalah dilakukan apendektomi. Hal ini sesuai dengan teori yang mana bila diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan appendektomi1,9. DAFTAR PUSTAKA 1. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.

2. Zeller, J.L., Burke, A.E., Glass, R.M., Acute Appendicitis in Children, JAMA, http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482, 15 Juli 2007, 298(4): 482. 3. Simpson, J., Humes, D. J., Acute Appendicitis, BMJ, http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530, 9 September 2006, 333: 530-536. 4. -Appendisitis. http://ijul-fkua.blog.friendster.com/ [last update 5 Oktober 2007] 5. Alhadrami S. Acute Appendicitis. http://learningcenter.insancendekia org/artikel/acuteappendicitis [last update 16 januari 2007] 6. Schwartz I Samuor : Appendicitis In Principles of Surgery 7th. New York. McGraw-Hill Companies.1999, pp1191-1225 7. -Appendisitis. http://theeqush.workpress.com/ [last update 10 Maret 2008] 8. Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313. 9. Grace, Pierce. A., Neil R. Borley., At a Glance, Edisi 3. Erlangga, Jakarta, 2007, hlm.106-107.

You might also like