You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Salah satu ciri kependudukan abad 21 adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk lansia di seluruh dunia mencapai 426 juta jiwa atau sekitar 6,8% total populasi. Jumlah ini diperkirakan akan mencapai peningkatan lipat dua pada tahun 2025 dimana terdapat 828 juta lansia yang menempati 9,7% populasi.1 Secara demografi berdasarkan Sensus Pendudukan tahun 1980 penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 8 juta atau 5,5% dari jumlah penduduk dan 11,3 juta atau 6,4% pada tahun 1990. Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua pada tahun 2000 dengan proporsi usia lanjut mencapai 14,4 juta jiwa atau 7, 18% dari total jumlah penduduk (BPS, Sensus Penduduk Indonesia 2000). Pada tahun 2005 diperkirakan menjadi 19,9 juta jiwa atau 8,48% dan meningkat lagi menjadi 24 juta jiwa atau 9,77% dari total penduduk pada tahun 2010.2 Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan menimbulkan berbagai masalah tersendiri antara lain masalah medis teknis, mental psikologis dan sosial ekonomi. Kebutuhan pelayanan kesehatan akan mengalami peningkatan karena terjadinya pergeseran masalah/pola penyakit serta perubahan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pengalaman negara maju menunjukkan bahwa perawatan penderita usia lanjut memerlukan perhatian khusus dan lebih besar karena berbagai hal, antara lain

banyaknya penyakit yang diderita (multi patologi), fungsi organ yang sudah menurun, rentan terhadap penyakit dan stress, lebih sering membutuhkan bantuan serta pemulihan penyakit yang lama sehingga membutuhkan penanganan yang tepat, perhatian dan upaya khusus di bidang kesehatan.2 Menanggapi dilematika ini tentunya peran puskesmas menjadi sangat strategis, karena puskesmas berada pada lini pertama pelayanan kesehatan di masyarakat. Sehingga kemampuan untuk mendeteksi adanya suatu masalah (kesehatan) serta kemampuan untuk menganalisa masalah berikut strategi pemecahannya berada pada puskesmas. Dari uraian di atas terlihat perlu adanya suatu usaha pendekatan sistemik yang sistematis berbasis masyarakat dalam pemberdayaan kesehatan khususnya pada kaum lansia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Poyandu Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.3

II.2 Posyandu Lansia A. Pengertian Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya.1

B. Dasar Hukum

Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah: (1) UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan, (2) UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tantang kesehatan usia lanjut, (3) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, (5) UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, (6) peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi.1 C. Tujuan Tujuan umum dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan kesejahteraan Lansia melalui kegiatan Posyandu Lansia yang mandiri dalam masyarakat. Tujuan khususnya, meliputi: a. Meningkatnya kemudahan bagi Lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan b. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan Lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan c. Berkembangnya Posyandu Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan1 D. Sasaran Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu:

a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. b. sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas. 4

E. Standar Pembentukan Posyandu Lansia5 1. Jumlah Lansia mencapai 50-100 orang. 2. Kader Lansia minimal 5-10 orang. 3. Tempat/waktu tersendiri, berjalan rutin berkesinambungan 4. Petugas 3-5 orang : dokter, perawat/bidan, laboran, farmasi 5. Sarana : tempat/gedung, administrasi, meja/kursi, ruang pengambilan sampel, alat dapur 6. Kerjasama lintas sektoral RT/Kelurahan, tokoh masyarakat, instansi terkait. 7. Penanggung jawab lurah /RT setempat. 8. Pendanaan/Donatur tersendiri

F. Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan

pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. 6 Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Lansia di Posyandu adalah sebagai berikut:6,7 a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT). d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. e. Pemeriksaan hemoglobin f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus). g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan di atas.

i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau POKSILA. j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Publik Health Nursing). Selain kegiatan di atas, kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut. Dapat juga dilaksanakan kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.7 Kelompok dapat melakukan kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sector lain, contohnya kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain.1,7

G. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistim 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut: 1) Tahap pertama: pendaftaran Lansia sebelum pelaksanaan pelayanan. 2) Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

3) Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental. 4) Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana). 5) Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling.1,8

G. Kader a. Pengertian Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.8 b. Kader Posyandu Lansia Jumlah kader Posyandu Lansia di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau bilamana sulit mencari kader dari anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader.1,8 c. Syarat Kader Persyaratan untuk menjadi kader, antara lain:9 1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat 2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela

3. Bisa membaca dan menulis huruf latin 4. Sabar dan memahami usia lanjut d. Tugas Kader Posyandu Lansia8,9 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Melaksanakan pembagian tugas 3. Menyiapkan materi/media penyuluhan 4. Mengundang ibu-ibu untuk datang ke Posyandu 5. Pendekatan tokoh masyarakat 6. Mendaftar Lansia 7. Mencatat kegiatan sehari-hari Lansi 8. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan Lansia 9. Membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan status mental, serta mengukur tekanan darah Lansia 10. Memberikan penyuluhan 11. Membuat catatan kegiatan Posyandu 12. Kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di Posyandu 13. Evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan Posyandu

H. Upaya Pelayanan10 1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan

masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah : - Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya. - Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar. - Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang. - Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa - Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya. - Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial. - Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental. - Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar 2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan : - Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut - Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.

10

- Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna - Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut. - Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan: - Pelayanan kesehatan dasar - Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan 4. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Yang dapat berupa kegiatan : - Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan. - Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita - Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar rumah. - Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita. - Perawatan fisio terapi. Program Pembinaan Pembinaan diarahkan dengan cara antara lain :7 1. Menyelenggarakan paket pembinaan bagi kelompok usia 45-54 tahun yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan baik fisik, gizi maupun psikososialnya agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua.

11

2. Menyelenggarakan paket pembinaan bagi kelompok usia 55-64 tahun yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat mempertahankan kondisi kesehatan agar tetap produktif. 3. Menyelenggarakan paket pembinaan bagi lansia dengan risiko tinggi yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat mempertahankan kemandiriannya. 4. Menyelenggarakan paket pembinaan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta pembinaan edukatif pada keluarga, masyarakat termasuk organisasi kemasyarakatan yang ada mengenai usia lanjut. Komponen Pembinaan 7 1. Pembinaan ketenagaan, berupa peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi pengelola termasuk kader kesehatan di masyarakat. 2. Pembinaan wadah pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas, rumah sakit dan pelayanan profesional lainnya. 3. Pembinaan dukungan pendanaan program dengan memanfaatkan sumber dana dari APBN, APBD, swadaya masyarakat serta sumber-sumber lain yang mengikat maupun tidak mengikat. Indikator Keberhasilan 7 Penilaian keberhasilan upaya pembinaan kesehatan lansia dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. 1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah organisasi masyarakat lansia dengan berbagai aktivitasnya. 2. Berkembangnya jumlah lembaga baik pemerintah maupun swasta yang memberikan pelayanan (kesehatan) bagi lansia.

12

3. Berkembangnya jenis pelayanan serta jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia. 4. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia seperti : Hipertensi, DM, penyakit jantung baik di Puskesmas maupun di rumah sakit.

Tujuan 9 - Diperolehnya palayanan kesehatan dasar - Meningkatkan peran serta lurah, tokoh masyarakat dan tokoh informal lainnya untuk membantu kegiatan posyandu - Meningkatkan jumlah kader kesehatan dan kesejahteraan di posyandu - Meningkatkan utilisasi posyandu dalam hal ini kunjungan lansia Sasaran 9 Berbeda dengan Posyandu pada balita umumnya, sasaran ditujukan pada kaum lansia atau klien umur 55 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan. Strategi Pengembangan7,9 1. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan teknis, serta dedikasi kader di posyandu. 2. Memperluas sistem posyandu dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah 3. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarana kerja posyandu 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu 5. Menggunakan azas kecukupan dan urgensi dalam penetapan sasaran pelayanan

13

6. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan tekhnis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur LMS.

Komponen Kegiatan9 Dalam melaksanankan strategi yang ditetapkan, perlu dilakukan kegiatankegiatan yang langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu sebagai berikut: 1. Pelatihan kader 2. Meningkatkan jangkauan pelayanan melalui kegiatan pelayanan pada hari buka posyandu dan kunjungan rumah 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan membangun kemitraan 4. Optimalisasi kegiatan Posyandu

II.3 KMS Lansia Pengertian Umum Merupakan kepanjangan dari Kartu Menuju Sehat bagi Lanjut Usia. Hampir sama seperti pada KMS Balita, KMS Lansia adalah suatu alat untuk mencatat kesehatan lansia secara pribadi baik fisik maupun psikososialnya. KMS ini diisi oleh

14

petugas kesehatan tiap kunjungan (Posyandu/Puskesmas) dan disimpan atau dibawa oleh pemilik (sang Lansia) sendiri.10 Tujuan dibuatnya KMS adalah untuk memantau kesehatan lansia baik itu deteksi dini adanya penyakit atau menilai kemajuan kesehatan pada umumnya. Parameter yang dicatat/diamati meliputi Indeks Masa Tubuh (IMT), tekanan darah, kadar gula, pemeriksaan laboratorium sederhana, status mental psikososial, dan kegiatan sehari-hari.

BAB III KESIMPULAN

Kaum lansia merupakan bagian integrasi tersendiri dalam masyarakat. Seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan kenaikan angka harapan hidup

15

memungkinkan permasalahan tersendiri di segala bidang terutama dalam kesehatan masyarakat, dalam hal ini kesehatan lansia. Masalah lansia secara spesifik memerlukan penanganan dan perhatian khusus. Pendekatan komprehensif secara sistemik dan sistematis diperlukan untuk usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di dalam pembinaan kesehatan usia lanjut. Salah satunya adalah pendekatan di tengah masyarakat dengan

penyelenggaraan Posyandu Lansia.

16

You might also like