You are on page 1of 29

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. DEFENISI Merupakan penyakit yang terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Arif Mansjour dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 2001) B. ETIOLOGI Penyebab penyakit DBD ini adalah Virus Dengue termasuk group B Arthropodborn Virus (Arbovirusses) dan sekarang dikenal sebagai genus flavinus, family flaviridiae dan mempunyai 4 serotype, yaitu: DEN I, DEN II, DEN III, dan DEN IV. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain (Demam Berdarah Dengue, FK UI, Hal 80). C. CARA PENULARAN Terdapat 3 faktor yang berperan pada penularan infeksi dengue, yaitu: manusia, virus, dan faktor perantara. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polinesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat pula menularkan virus dengue tetapi kurang berperan. Nyamuk aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia, baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara tidak langsung yaitu setelah melalui masa inkubasi didalam tubuhnya selama 8-10 hari (Ekstrinsic Incubation Period). Pada manusia diperlukan waktu 46 hari (Instrinsic Incubation Period) sebelum menjadi sakit setelah virus masuk kedalam tubuh

Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk dan berkembang biak didalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Sedangkan pada manusia, penularan dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaaan viremia yaitu antara 3-5 hari. (Demam Berdarah Dengue, FK UI, hal 80-81) D. PATOGENESIS Virus ini merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup dalam sel hidup maka dalam kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (Host) terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh pejam, persaingan akan sembuh sempurna dan timbul antibody atau perjalanan penyakit menjadi berat dan bahkan dapat menyebabkan kematian

E. PATOFISIOLOGI Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Setelah manusia terkontaminasi oleh virus tersebut maka akan terjadi infeksi yang pertama kali yang dapat memberikan gejala sebagai DBD. DBD dapat tejadi bila seorang yang telah terinfeksi pertama kali dapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi dinodus limpatikus regional dan menyebar kejaringan lain, terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara brobkogen maupun hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilaktoksin C3a dan Csa sehingga permeablitas dinding pembuluh darah meningkat dan akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit. Faktor-faktor yang merangsang koagulasi intravaskuler. Terjadinya

aktivasi faktor homogen (faktor VII) akan menyebabkan pembekuan intravaskuler yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit (petechie) dan hal-hal yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa. Peningkatan Permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan kurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokensentrasi (peningkatan hematokrit 20%) menunjukkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga hematokrin menjadi lebih penting untuk menjadi ukuran patokan pemberian cairan intravena. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengakibatkan renjatan. Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama, maka akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada penderita DHF, menyangkut 3 faktor yaitu: 1. Perubahan vaskuler 2. Trombositopenia 3. Gangguan koagulasi F. MANIFESTASI KLINIS Masa inkubasi dari dengue antara 3-15 hari namun rata-rata 5-7 hari. Tanda dini infeksi dengue, adalah: 1. Demam tinggi

2. Facial flushing 3. Tidak ada tanda-tanda ISPA 4. Tidak tampak fokal infeksi 5. Uji tourniket positif 6. Trombositopenia 7. Hematokrit meningkat Indikator fase syok: 1. Hari sakit ke 4-5 2. Suhu turun 3. Nadi cepat tanpa demam 4. Tekanan darah turun/hipotensi 5. Leukopenia (< 5000/mm3) WHO memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis demam berdarah secara dini disamping menentukan derajat beratnya penyakit Klinis : Demam mendadak tinggi Perdarahan (termasuk uji rumpelleede +) seperti: petechie, epistaksis, hematemesis dan melena Hepatomegali Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan darah turun atau hipotensi disertai gelisah dan akral dingin

Klasifikasi Demam Berdarah Dengue:

Derajat I (Ringan): terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan ringan: uji Touniket + Derajat II perdarahan lain. Derajat III Derajat IV terukur. G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi Laboratorium: Trombositopenia (< 100.000/mm3) Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal) : ditemukan tanda-tanda dini renjatan : termasuk DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tidak : ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi

2. Air Seni, mungkin ditemukan albuminnya ringan 3. Uji Serologi memakai serum ganda yaitu:serum diambil pada masa akut dan konvalesen yaitu uji peningkatan komplemen (PK), uji netralisasi (MT), dan uji dengue Blok. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi (antidengue) minimal 4x 4. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah Klien dan jaringan H. Penatalaksanaan / Terapi Pada dasarnya penatalaksanaan DBD bersifat supportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Untuk merawat Klien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai, serta bank darah yang senantiasa siap jika diperlukan. (Demam Berdarah Dengue, FK, UI. Hal. 104). Menurut WHO: DBD derajat I o Minm banyak (1,5-2 liter perhari)

o Kompres hangat o Jika klien muntah-muntah infus RL / Asering. DBD derajat II o Minum banyak (1,5-2 liter perhari) o Infus RL / Asering DBD derajat III o Infus RL /Asering 20 ml atau 20 cc/kg/BB/jam DBD derajat IV o Infus RL / Asering tetapi diguyur atau dicor terlebih dahulu sampai nadi teraba dan tekanan darah sudah mulai terukur o Bila ada panas atau demam berikan kompres hangat dan paracetamol o Bila ada perdarahan, tes Hb, jika Hb < 10 berikan PRC(Pack Red Cell/Eritrosit) sampai Hb lebih dari 10. o Bila terdapat infeksi sekunder atau renjatan yang berulang-ulang berikan antibiotik o Bila terjadi kesadaran menurun dengan kejang-kejang berikan dexamethasone I. Proses Keperawatan 1. Pengkajian Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual muntah, anoreksia, nyeri uluhati dan nyeri sendi Tanda-tanda renjatan: nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, trauma pada ekstermitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran.

2. Diagnosa Keperawatan a. Hypertermi b/d viremia

b. Nyeri b/d proses patologis penyakit c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah dan anoreksia d. Gangguan aktivitas sehari-hari b/d kondisi tubuh yang lemah e. Gangguan pola tidur b/d sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh f. Gangguan mobilisasi b/d nyeri g. Risiko terjadinya perdarahan intra abdominal b/d trombositopenia h. Risiko terjadnya syok hipovolemik b/d kehilangan cairan tubuh i. j. Gangguan pola eliminasi b/d konstipasi Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan DBD b/d kurangnya informasi k. Ansietas b/d kondisi Klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami Klien l. Gangguan proses keluarga b/d anggota keluarga yang dirawat dirumah sakit m. Risiko infeksi b/dtindakan invasif n. Kurang volume cairan tubuh peningkatan permeabilitas dinding plasma o. Risiko terjadi plebitis b/d pemasangan infus p. Risiko terjadinya kelebihan cairan b/d pemberian cairan intravena

3. Intervensi NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1.

Perawat akan menangani dan meminimalkan terjadinya syk hipovolemik

1. Pantau status cairan dan evaluasi - Pemasukan (mulut dan intravena) - Pengeluaran dan kehilangan lain, seperti: urine dan muntah 2. Pantau tanda-tanda dan gejala syok, seperti: - Peningkatan frekuensi nadi disertai dengan tekanan darah yang normal atau sedikit menurun - Pengeluaran urine <30 cc/jam - Kelelahan, agitasi atau penurunan kesadaran - Penurunan frekuensi pernapasan dan kehausan - Penurunan nadi perifer - Kulit dingin, pucat, lembab atau sianosis - Penurunan Hb dan Ht 3. Jika syok terjadi, tempatkan Klien dengan posisi terlentang dengan kaki tinggikan

Deteksi kekurangan cairan dini akan dapat melakukan intervensi yang segera untuk mencegah syok

Respon komplikasi pada penurunan sirkulasi bertujuan meningkatkan pengiriman oksigen dengan cara peningkatan frekuensi jantung, pernapasan dan penurunan sirkulasi didaerah perifer (yang ditandai dengan nadi perifer tidak teraba dan kulit dingin) Nilai Hb dan Ht menurun jika terjadi perdarahan yang bermakna

Meningkatkan pengembalian darah ke jantung (reload)

4. Pasang infus dan gunakan jarum Misalnya dengan pengobatan yang besar jika pemberian darah vasopressor, meningkatkan sudah diantisipasi, lakukan penanganan sesuai dengan prosedur tahanan perifer dan meningkatkan tekanan darah

5. Kolaborasi dengan dokter untuk penggantian cairan yang hilang dengan jumlah yang cukup 6. Batasi penjelasan dan aktivitas klien 7. Berikan penjelasan yang singkat dan dukungan psikologis dalam menurunkan ansietas Membantu menurunkan kebutuhan O2 jaringan Ansietas yang tinggi meningkatkan 2. Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan 2. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alkohol Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara actual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit 3. Berikan anti piretik Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipothalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi 1. Pantau suhu tubuh Klien kebutuhan metabolisme akan O2 Suhu tubuh 38,9 C 44,1 C menunjukkan prosespenyakit infeksius Mengganti kehilangan cairan akibat evaporasi

4. Anjurkan Klien minum banyak Mengganti kehilangan cairan akibat evaporasi Dikutip dari: 1. Carpenito, Diagnosa Keperawatan. EGC 2. Dongoes, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC

Bakteri

Jamur

Virus

Invasi kedalam tubuh

Masuk sal. pencernaan Pengeluaran endotoksin Sekresi asam lambung Stimulasi saraf vagus Mual Muntah Inhibisi pusat lapar Klien tidak merasakan lapar

Agreegasi pada organ tubuh Cemas Aktivasi sel mononuklear Koping yang tidak adekuat

PENYIMPANGAN KDM
Pengeluaran Endogen Pyrogen

Reaksi fagositosis

Status psikologik menurun

Stressor meningkat Timbul persepsi salah pada penyakitnya Kurang pengetahuan Perubahan status kesehatan Suhu tubuh meningkat

Pelepasan As. Arakidonat di Hipothalamus

Intake yang inadekuat

Menjadi prostaglandin

Ggn. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Menstimulasi set point

Suhu tubuh meningkat

Terjadi terus menerus

Hiperthermi (Febris)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Christanti Effendy, 1995. Perawatan Pasien DHF. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta

2.

Doenges Marylinn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

3.

H.M. Sjaeffollah Noer, dkk., 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ketiga, balai penerbit FKUI, Jakarta.

4.

Sri Reseki H. Hadinegoro, dkk., 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. M DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI DBD/DHF DIRUANG TRIAGE RSUP SANGLAH DENPASAR Tgl. 09 11 Mei 2006

I.

Pengkajian Biodata A. Identitas Klien 1. Nama 2. Umur 3. JK 4. Alamat 5. Pendidikan 6. Pekerjaan 7. Status 8. Tgl. Masuk 9. Tgl. Pengkajian 10. Diagnosa Medik B. Identitas Penanggung Jawab 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Hubungan dgn Klien : Ny. A : 40 tahun : perempuan : Ibu klien : SMA : Wiraswasta : belum menikah : 09 Mei 2006 : 09 Mei 2006 : DHF : Tn M : 24 tahun : Laki-laki : Jl. Gunung Maliawan

II.

Keluhan Utama Klien mengatakan badannya panas

III.

Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kluhan Utama Klien demam selama 3 hari sebelum MRS (tgl 06 Mei 2006). Demam disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah. Kemudian demamnya turun setelah berobat ke bidan. Demam timbul kembali 1 hari yang lalu (tgl 08 Mei 2006), dimana demamnya tidak terus menerus (naik-turun). Karna keluarga klien sudah tidak dapat menangani maka klien dibawa ke RSUP Sanglah Denpasar untuk berobat. Nyeri tenggorokan (-), batuk pilek (-), perdarahan langsung (-), RL (+), mual dan muntah 3x selama klien masuk RS. Hal yang memperberat keluhan jika klien banyak beraktifitas dan hal yang memperingan jika klien beristrahat dan minum obat. b. Riwayat Keluhan Masa Lalu Klien mengatakan pernah menderita influenza, klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi pada obatobatan, klien tidak pernah masuk RS sebelumnya, dan klien tidak pernah dioperasi.

IV.

Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Klien lemah, ekspresi wajah tegang b. TTV Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu : 120/80 mmHg : 100 x/m : 28 x/m : 38 C

c. Sistem Pernapasan Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak menggunakan alat bantu pernapasan, dan tidak ada bunyi nafas tambahan

d. Sistem Kardiovaskuler Konjunctiva tidak anemis, bibir kering dan pecah-pecah, denyut nadi kuat, tidak ada perdarahan e. Sistem Pencernaan Sklera tidak ikterus, bibir kering, tidak ada stomatitis, kemampuan menelan baik, mual dan muntah 3x selama klien masuk RS. f. Sistem Indera Mata : bola mata simetris kiri dan kanan, grakan bola mata kesegala arah, dan ketajaman penglihatan baik Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak polip dan epistaksis, fungsi penciuman baik Telinga : daun telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, tidak massa dan nyeri g. Sistem saraf Fungsi serebral : orientasi baik, klien mampu mengenal waktu, tempat, dan orang. Mampu mengingat kejadian yang lalu dan mampu berbahasa dengan kata-kata yang jelas dengan kesadaran komposmentis Fungsi Cranial : Nervus I (olfaktorius) : fungsi penciuman baik, mampu membedakan bau Nervus II (optikus) : fungsi penglihatan baik, mampu melihat objek Nervus III, IV, VI (okulomotorius, trakhealis, abdusen) : klien dapat menggerakkan bola matanya kekiri dan kekanan refleks pupil + (isokor) Nervus V (Trigeminus): Klien dapat merasakan dan membedakan sensasi panas dan dingin Nervus VII ( Facialis) : klien dapat merasakan sensasi pada wajah Nervus VIII (Acustikus) : fungsi pendengaran baik yaitu mampu mendengar dan menoleh jika dipanggil matanya Nervus IX (Galssofaringeus) : fungsi pengecapan baik yaitu dapat membedakan rasa manis, pahit, asam dan asin

Nervus X (Vagus)

: kemampuan menelan baik

Nervus XI (Acesorius) : mampu menoleh dan menahan tahanan Nervus XII (Hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidahnya h. Sistem Muskuloskeletal Bentuk kepala mesocephal, klien dapat menggerakkan kepala kekiri dan kanan, tidak ada pembengkakan pada kaki dan lutut tidak kaku i. Sistem Integumen Tubuh klien teraba demam, bibir klien kering dan pecah-pecah, rambut hitam, tidak mudah rontok, kulit warna sawo matang dan kulit kepala bersih j. Sistem endokrin Tidak adanya pembesaran kelenjar tyroid. k. Sistem Perkemihan Klien tidak mengalami poliuri, nokturia dan disuri, tidak terpasang kateter. l. Sistem Imunitas Klien tidak allergi dengan makanan dan obat-obatan m. Status Neurologi 1. Tingkat kesadaran Composmentis (GCS : 15) E4 M6 V5 : membuka mata : mengikuti perintah : orientasi baik

2. Koordinasi klien baik, tidak terjadi gangguan keseimbangan 3. Memory klien baik, klien mampu mengingat kejadian-kejadian masa lampau 4. Orientasi baik, klien dapat membedakan orang, tempat dan waktu 5. Tidak terjadi gangguan sensasi, klien dapat membedakan suhu panas dan dingin

V.

Pemeriksaan Diagnostik Tanggal 09 Mei 2006 WBC RBC HGB HCT RDW PLT Hasil Laboratorium: Normal : 6.2 103 /ul : 4,85 m/ul : 12,0 : 49,1 % : 15,2 % : 138 k/ul : Tgl 09 Mei 2006 4,5 11,0 4,60 6,20 13,5 18,0 4,00 54,0 11,5 14,3 150 450 103/ul

Pemeriksaan Rontgen

Kesan : Tidak tampak adanya efusi pleura Uji tourniket (+) Tgl 09 Mei 2006 Terdapat Petechie > 20 disekitar lengan kanan yang diuji VI. Pengobatan dan Perawatan a. Pengobatan IVFD RL 28 tts/i Paracetamol 3x1 tabl. Cefotaxim 3x1 tabl. b. Perawatan Memberikan kompres hangat Menganjurkan Klien banyak minum Observasi TTV Membantu Klien minum obat paracetamol dan cefotaxim masing-masing 1 tabl.

VI.

Data Fokus DATA OBJEKTIF - Tubuh klien teraba demam - Terdapat Petechie pada lengan kanan - Klien nampak lemah terasa - Ekspresi wajah tegang - Bibir klien kering dan pecah-pecah - Tanda-tanda vital : Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu HGB HCT PLT : 120/80 mmHg : 100 x/m : 28 x/m : 38 C : 12,0 : 49,1 % : 138 k/ul

DATA SUBJEKTIF - Klien mengatakan badannya panas sebanyak 3 x selama klien masuk RS - Klien mengatakan sering haus - Klien kering penyakitnya mengatakan bibirnya

- Klien mengatakan mual disertai muntah - Uji RL (+)

- Klien mengatakan tidak mengerti akan - Klien mual dan muntah

- Pemeriksaan Laboratorium:

VII.

Analisa Data

Nama : Tn. M Umur : 24 tahun NO. 1. DATA DS: - Klien mengatakan badannya panas - Klien mengatakan bibirnya terasa kering - Klien mengatakan sering haus Merangsang sel-sel monosit, eusinofil, DO : - Tanda-tanda vital : Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu - RL (+) - Bibir klien kering dan pecah-pecah - Pemeriksaan Laboratorium: HGB HCT PLT 2. DS: : 12,0 : 49,1 % : 138 k/ul Kebocoran plasma Risiko terjadinya kekurangan Hypertermi Metabolisme tubuh meningkat : 120/80 mmHg : 100 x/m : 28 x/m : 38 C Impuls disampaikan ke bagian hipothalamus thermoregulator neutrofil, dan makrofag untuk mengeluarkan zat-zat pirogen-endogen ETIOLOGI MASALAH Invasi Virus Dengue melalui Peningkatan Suhu Tubuh gigitan nyamuk Aedes Aegypti

- Tubuh klien teraba demam

DO: - Tubuh klien teraba demam - Klien nampak lemah - Klien mual dan muntah - Tanda-tanda vital : Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu : 120/80 mmHg : 100 x/m : 28 x/m : 38 C Risiko terjadi kekurangan Timbul panas sebagai kompensasi tubuh akan terjadi evaporasi; penguapan air Permeabilitas meningkat kapiler

volume cairan

volume cairan

3.

DS: - Klien mengatakan tidak mengerti akan penyakitnya

Perubahan status kesehatan

Kecemasan

Kurangnya pengetahuan dan DO: - Ekspresi wajah tegang - Tanda-tanda vital: Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu : 120/80 mmHg : 100 x/m : 28 x/m : 38 C Cemas Stressor bagi klien informasi tentang penyakitnya

VIII.

Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemukan 09 Mei 2006 Tgl Teratasi

Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh b/d viremia DS: DO : Tanda-tanda vital : Tekanan darah Nadi : 120/80 mmHg : 100 x/m Klien panas Klien mengatakan bibirnya terasa kering Klien mengatakan sering haus mengatakan badannya

Pernapasan : 28 x/m Suhu : 38 C

Tubuh klien teraba demam RL (+) Bibir klien kering dan pecahpecah Pemeriksaan Laboratorium: HGB HCT PLT : 12,0 : 49,1 % : 138 k/ul

2. Risiko

terjadinya

kekurangan 09 Mei 2006

volume DS: DO:

cairan

b/d

peningkatan

permeabilitas dinding plasma

- Tubuh klien teraba demam - Klien nampak lemah - Klien mual dan muntah - Tanda-tanda vital : Tekanan darah mmHg Nadi Pernapasan Suhu : 100 x/m : 28 x/m : 38 C :120/80

3. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan 09 Mei 2006 tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat DS: - Klien mengatakan tidak mengerti akan penyakitnya DO: - Ekspresi wajah tegang - Tanda-tanda vital: Tekanan darah mmHg Nadi : 100 x/m : 120/80

Pernapasan : 28 x/m Suhu : 38 C

IX. NDX 1.

Rencana Tindakan RASIONAL 1. Untuk mengetahui perkebangan kesehatan 2. akan terjadi vasodilatasi yang dapat menurunkan suhu tubuh batas

TUJUAN INTERVENSI Klien akan menunjukkan 1. Observasi TTV demamnya dengan kriteria: Suhu tubuh normal 2. Berikan kompres hangat (36-37 C) TD normal dalam teratasi,

Menghindari terjadinya (110/90 3. Anjurkan klien untuk 3. banyak minum dehidrasi akibat metabolisme 130/90 mmhg) Ht normal (40-54 %) Trombosit (100.000400.000/mm3 normal 4. Anjurkan klien banyak 4. Memantau menurunkan demam istirahat 5. Kolaborasi pemberian 5. Membantu menurunkan demam obat Gangguan keseimbangan cairan Klien muntah Mulut lembab Turgor kulit baik 2. Anjurkan klien untuk 2. Mencegah dehidrasi banyak minum 3. Observasi intake dan out 3. untuk mengetahui pemasukan dan bibir dan tidak elekrolit mual 1. Observasi TTV teratasi dengan kriteria : 2. 1. Untuk menentukan selanjutnya mengetahui intervensi antipiretik dan dan infeksi antibiotik tubuh meningkat

perkembangan kesehatan dan

put

dan pengeluaran cairan lebih dini sehingga dapat dilakukan intervensi segera untuk mencegah syok

4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk memenuhi kebutuhan cairan infus 5. Kebutuhan : Klien 3. muntah Porsi dihabiskan Klien tidak lemah Nafsu meningkat makan 2. Hindari makanan yang merangsang mual muntah makan tidak mual 1. Anjurkan klien untuk makan sering 2. agar tidak merangsang lambung peningkatan muntah 3. Merangsang nafsu makan klien 3. Sajikan makanan dalam keadaan bervariasi hangat dan asam sedikit tapi 1. membantu memenuhi kebutuhan nutrisi nutrisi 5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium. terpenuhi dengan kriteria cairan sehingga terjadi dehidrasi Mengetahui kesehatan klien perkembangan

yang dapat menyebabkan mual

4. Mengawasi pemenuhan klien 4. Kontrol makanan pasien

sesuai diet 5. mencegah mual muntah 5. kolaborasi pemberian obat antiemetik

X. NDx 1.

Catatan Tindakan N.In 1. Tindakan Keperawatan Dan Hasil - Mengobservasi tanda vital dengan hasil : TD : 110/80 mmHg N : 100 x/mnt S : 38,5 o C P : 25x/mnt

Jam 07.30

07.35 07.40 07.45 2. 08.00

2. 3. 4. 1.

Menganjurkan pasien untuk banyak minum dengan hasil klien mau mium

sedikit - menganjurkan klien untuk banyak istirahat - Penatalaksanaan pemberian paracetamol 500 mg dan amoxcillin 500mg - Mengobservasi tanda vital dengan hasil : TD : 110/80 mmHg N : 100 x/mnt S : 38,5 o C P : 25x/mnt

08.05 08.10 3. 10.00 10.20

2. 4. 5. 1. 2 5

- Menganjurkan klien untuk banyak minum - Pemberian cairan infis RL 30 tts/mnt - Pengambilan darah untuk pemeriksaan lab. - Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dengan hasil klien tidak mau makan - Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang merangsang mual seperti makanan yang kecut atau asam - Penatalaksanaan pemberian obat antiemetik

XI.

Catatan Perkembangan

HARI/TGL Selasa, 09/05/06

NO. DX 1.

JAM 10.00

EVALUASI/SOAP S : Klien mengatakan badannya masih panas O : badan lien masih teraba panas, suhu 37,5 0C A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-5 1. Observasi TTV 2. Berikan kompres hangat 3. Anjurkan klien untuk banyak minum 4. Anjurkan klien banyak istirahat 5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotik

10.15

S : Klien mengatakan malas minum O : bibir klien nampak kering,nampak terpasang cairan RL 30 tts/mnt A : masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-5 1. Observasi TTV 2. Anjurkan klien untuk banyak minum 3. Observasi intake dan out put 4. Kolaborasi pemberian cairan infus 5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.

3.

10.20

S : klien mengatakan tidak ada nafsu makan O : klien nampak lemah A : masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-5 1. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering 2. Hindari makanan yang merangsang mual muntah

3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi 4. Kontrol makanan pasien sesuai diet 5. kolaborasi pemberian obat antiemetik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE DIRUANG TRIAGE RSUP SANGLAH DENPASAR TANGGAL 09 11 MEI 2006

DISUSUN OLEH: KELOMPOK IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2006

You might also like