You are on page 1of 15

[balita-anda] Artikel ; Keracunan Pada anak

Evi Eryani Fri, 14 Jan 2005 23:19:54 -0800


Keracunan Pada Anak A. Latief Azis, dr., Sp.A(K) Pendahuluan Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya didalam masyarakat. Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama kematian anak-anak. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap tahun,yang sebagian besar karena keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlambatan dalam memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal. Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda dengan pada dewasa, tapi oleh karena secara alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian, jenis, lokasi serta motif dari keracunan. Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan keracunan pada anak. Keracunan pada anak Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, terdapat perbedaan perbedaan baik fisik, fisiologis maupun psikologis dengan orang dewasa. Fungsi organ-organ tubuh belum matang, demikian pula dengan fungsi pertahanan tubuh yang belum sempurna. Pada anak terdapat faktor-faktor

yang mempermudah terjadinya keracunan,yaitu : Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam fase oral sehingga ada kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang kedalam mulutnya. Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya ( termasuk disini anak dengan retardasi mental. Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu selalu menentang perintah atau melanggar larangan. Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering karena kecelakaan (accidental poisoning ),sedang pada dewasa keracunan lebih sering karena pekerjaannya (occupational poisoning) dan pembunuhan atau usaha bunuh diri. Pada anak kecil jarang terjadi keracunan karena usaha bunuh diri atau pembunuhan, walaupun pernah dilaporkan melalui media massa adanya pembunuhan anak dengan jalan memberi racun oleh ibu yang putus asa sebelum kemudian dia bunuh diri. Penyebab keracunan Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah : Makanan Bahan-bahan kimia Obat-obatan Bahan-bahan keperluan rumah tangga ( Household poison )

Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada dirumah atau sekitar rumah. Di RSUD dr. Soetomo keracunan yang paling sering terjadi adalah keracunan minyak tanah ( > 45% ) sama seperti laporan dari center-center lain. Penatalaksanaan keracunan

I. Tindakan emergensi : Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi. Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat. Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan. II. Identifikasi penyebab keracunan. Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan. III. 1. Eliminasi racun. Racun yang ditelan

1. Rangsang muntah Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan : 1. Sirup Ipecac Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml 1- 12 tahun 15 ml > 12 tahun 30 ml Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat diulangi. 2. Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat menyebabkan muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan. Kontraindikasi rangsang muntah : 1. Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida. 2. Keracunan bahan korossif

3. Keracunan bahan-2 perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti strichnin ) 4. Penderita kejang

5.

Penderita dengan gangguan kesadaran lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :

1. Kumbah Kumbah lambung bahan beracun, pengosongan lambung. Kumbah lambung

Keracunan bahan korosif Keracunan hidrokarbon Kejang

Pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita- penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa endotracheal. Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri, kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran 24 - 36 Fr, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau normal saline 100 ml atau kurang berulang-ulang sampai bersih. 3. Pemberian Norit ( activated charcoal ) Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan, diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik. Indikasi pemberian norit untuk keracunan : Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non steroid,morphine,propoxyphene. Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine, chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate. Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti - depressants Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan alkohol. 4. Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal,diare yang berat ( severe diarrhea ), ileus paralitik atau trauma abdomen. 5. Diuretika paksa ( Forced diuretic ) Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ). Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis

paksa. Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal 6. Dialysis Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol dan lithium. Dialysis dilakukan bila : 7. 2. Asidosis berat Gagal ginjal Ada gejala gangguan visus Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan. Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan. Racun yang disuntikkan atau sengatan Immobilisasi Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan Berikan antidotum bila ada

3. Racun pada kulit dan mata Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram dengan air yang mengalir selama 15 menit. Jangan diberi antidotum.

4. Racun yang dihisap melalui saluran nafas Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun. Berikan oksigen. Kalau perlu lakukan pernafasan buatan. IV. V. Pemberan antidotum kalau mungkin Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan elektrolit Perhatikan nutrisi penderita

Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.) Diagnosa

Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab keracunan atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila penderita tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya. Diagnosa dari keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil dari orang tua, keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya. Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian dan kalau mungkin mencari penyebab keracunan. Ditanya pula kemungkinan penggunaan obat-obatan tertentu atau resep yang mungkin baru didapat dari dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar tempat bekas bahan beracun diminta untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian diselidiki lebih lanjut. Pemeriksaan fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang belum jelas penyebabnya. Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus pada keracunan-keracunan tertentu seperti : B A U : Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid Coal gas : Carbon monoksida Buah per : Chloralhidrat Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat Alkohol : Ethanol, methanol Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak K U L I T : Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat Kering : Anticholinergik Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur Purpura : Aspirin,warfarin, gigitan ular Sianosis : Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain

SUHU TUBUH : Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin, fenothiazin Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin,theofilin

TEKANAN DARAH : Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, betablocker N A D I : Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain, aspirin, theofilin Arithmia : Anticholinergik,organofosfat,fenothiazin,carbonmonoksida,cyanida,beta-blocke r SELAPUT LENDIR : Kering : Anticholinergik Salivasi : Organofosfat, carbamat Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan RESPIRASI : Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik SUS. SARAF PUSAT: Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid, organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene. Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ),fenothiazin, diazepam,organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur. Midriasis : Anticholinergik,simpatomimetik,cocain,methanol,lSD, glutethimid. Buta,atropi optik : Methanol Fasikulasi : Organofosfat Nistagmus : Difenilhidantoin,barbiturat,carbamazepim,ethanol,carbon monoksida,ethanol Hipertoni : Anticholinergik,fenothiazin,strichnyn Mioklonus,rigiditas : Anticholinergik,fenothiazin,haloperidol Delirium/psikosis : Anticholinergik,simpatomimetik,alkohol,fenothiazin,logam berat,marijuana,cocain,heroin,metaqualon Koma : Alkohol,anticholinergik,sedatif hipnotik,carbonmonoksida,Narkotika,anti depressi trisiklik,salisilat,organofosfat Kelemahan,paralise: Organofosfat,carbamat,logam berat SAL.PENCERNAAN : Muntah,diare, : Besi,fosfat,logam berat, jamur,lithium,flourida,organofosfat nyeri perut Berikut akan kami bahas beberapa keracunan khusus yang sering dijumpai : KERACUNAN HIDROKARBON Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api.

Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari irritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat. 1. Irritasi pulmonal : batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru. 2. Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai koma,kadang-kadang disertai kejang. 3. Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.

Penatalaksanaan : 1. Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih merupakan kontroversi karena bahaya terjadinya aspirasi pneumonia, karena itu rangsang muntah tidak dianjurkan pada keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang ditelan cukup banyak > 1 ml/kg BB atau bila hidrokarbon yang ditelan tercampur atau merupakan bahan pelarut dari bahan beracun yang berbahaya seperti pada pestisida maka rangsangan muntah atau kumbah lambung harus segera dilakukan dengan perlindungan jalan nafas. 2. Berikan norit 1 gram/kg BB

3. Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau berat bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan ventilator. 4. Antibiotika Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada keracunan hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-anak dengan immunocompromized. 5. Kortikosteroid Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan kontroversi, hanya diberikan pada keadaan-keadaan yang sangat berat,sangat sesak atau udema paru. KERACUNAN INSEKTISIDA Seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan insektisida dalam usaha intensifikasi pertanian maka kejadian keracunan insektisida juga semakin banyak dijumpai. Pembahasan disini akan dibatasi lebih banyak pada keracunan organofosfat yang lebih banyak dipakai dan dijumpai.Racun serangga organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah sehingga pada keracunan organofosfat harus pula diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan keracunan minyak tanah selain organofosfatnya sendiri. ORGANOFOSFAT

Organofosfat menyenabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase ( sebagai choline esterase inhibitor ) yang bersifat irreversibel sehingga enzim ini menjadi inaktif dengan akibat terjadi penumpukan acetylcholine. Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang berlebihan oleh acetylcholine. Gejala klinis : 1. emesis 2. SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan Miosis

3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan banyak mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang tertelan ( bawang putih/garlic ) 4. Bradikardia sampai AV block

5. Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran sampai koma. 6. Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular

Penatalaksanaan : 1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6 jam. 2. Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic

3. Atropinisasi Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB IV pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila : Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan Pupil dilatasi Mukosa mulut kering

Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis penderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik ( kelumpuhan otot ) organofosfat. 4. Pralidoxim

Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular junction dan tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain barrier. Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan. Dosis pada anak < 12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 - 2 jam,kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila gejala masih ada. 5. Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ), methylxanthine ( menurunkan ambang kejang ), loop diuretic. 6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan pernafasan buatan. 7. Pengobatan supportif : Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV. Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.

Keracunan carbamate ( Baygon ) Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus blood brain barrier. Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan waktunya lebih singkat. Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat KERACUNAN MAKANAN Keracunan makanan dapat terjadi karena : 1. Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya ( singkong, jamur dsb.) 2. Timbul zat beracun dalam makanan tersebut karena proses pengolahan dan penyimpanan 3. Makanan tercemar oleh zat beracun baik disengaja ( pengawet,zat warna,penyedap ) ataupun tidak disengaja (salmonella, staphylococcus dsb.) KERACUNAN KETELA POHON Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine ( mengandung HCN ). Gejala klinis : Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan cepat sesak Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan

Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond ) Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis Mulut berbusa bercampur darah Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis

Penatalaksanaan : Bebaskan jalan nafas,perbaiki sirkulasi dan beri oksigen. Eliminasi racun ( rangsang muntah, kumbah lambung, pemberian norit ) Pemberian antidotum Sodium thiosulfat 10 % 0,5 ml/kg/BB/kali IV pelan-pelan Sodium nitrit 3 x 10 ml IV pelan-pelan KERACUNAN JENGKOL Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli,ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol. Gejala klinik : Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan terasa sakit Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol Dapat terjadi gagal ginjal akut

Penatalaksanaan : Rangsang muntah Kumbah lambung Beri norit

Alkalinisasi : Nabic 3 - 5 meq /kgBB, bila penderita masih bisa minum dapat diberi Nabic per oral 4 x 500 mg Pemberian cairan Tidak ada antidotum spesifik

BOTULISME Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut. Gejala klinik : Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata

Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik Dysphagia, dysarthria Kelumpuhan ( general paralyse )

Penatalaksanaan : Tindakan emergensi ( ABC ) Eliminasi racun Antitoksin terhadap botulisme 10 - 50 ml IV pelan-pelan

Guanidine hidrochloride 15 - 35 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, berguna untuk melawan efek blokade neuromuskular. SALISILAT Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah : Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media massa. Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat. yang murah. Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga

Dosis toksis salisilat : 150 - 200 mg/kgBB Dosis fatal salisilat : 250 - 400 mg/kgBB Salisilat dapat menyebabkan : Irritasi G I Tract Stimulasi CNS Mempengaruhi metabolisme karbohidrat Meningkatkan kecepatan metabolisme Gangguan pembekuan darah Kelainan ginjal,bisa menyebabkan gagal ginjal akut Kelainan asam basa dan elektrolit Udema paru

Hiperthertmia

Gejala klinik : Sal.pencernaan : mual,muntah nyeri perut,dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan. Sus saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam,tinnitus, disorientasi, delirium,kejang sampai koma. BMR meningkat : tachipnea,tachikardia,panas dan berkeringat Gangguan metabolisme karbohidrat : Ekskresi asam organik dalam jumlah besar,hipoglikemia atau hiperglikemia, ketosis. Gangguan koagulasi : Gangguan aggregasi thrombosit Thrombositopenia Faktor VIII menurun Kapiler lebih fragil

Gangguan elektrolit : hiponatremia,hipernatremia,hipokalsemia atau hipokalemia Pemeriksaan laboratorium : Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine. Tes positif bila urine kemudian berwarna ungu Pemeriksaan darah lengkap,urinalysis,gula darah,analisa gas darah, BUN-kreatinin serum, elektrolit serum (termasuk kalsium) dan LFT. X foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.

Penatalaksanaan : norit. Rangsang muntah dilanjutkan dengan kumbah lambung dan pemberian

Pemberian cairan : tujuannya adalah untuk mendapatkan diuresis 3 6 ml/kgBB dengan pemberian cairan maintenance 100 ml/jam. Kontraindikasi forced diuresis : udema otak dan udema paru. n n n n n Alkalinisasi : pH urine optimal yang diingikan adalah 8,0 - 8,5 Terapi supportif : Hipoglikemia : Glukosa 40 -50 % 1 - 2 ml/kgBB IV. Kejang : Diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV. Tetani : Gluconas Calcicus 10% 0,5 ml/kgBB IV.

Hiperpireksia : Kompres dingin

n Dialisis dilakukan hanya pada kasus-kasus berat yang tidak berhasil dengan tindakan-tindakan diatas. UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN Karena anak-anak lebih sering berada dirumah maka keracunan pada anak lebih sering terjadi dirumah atau lingkungan sekitar rumah dan disebabkan oleh bahan-bahan yang banyak didapat dirumah. Menurut tempat terjadinya maka keracunan pada anak lebih sering terjadi di : Dapur ( 40% ) Kamar mandi ( 21% ) Kamar tidur ( 12% ) Tempat lain ( 26% )

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada keracunan pada anak dalam upaya pencegahan keracunan adalah : Keracunan yang terjadi pada umumnya adalah kecelakaan. Keracunan terjadi didalam atau sekitar rumah.

Bahan-bahan yang menyebabkan keracunan adalah bahan-bahan yang banyak didapatkan dirumah atau disekitar rumah. Dari hal-hal tersebut diatas maka keracunan pada anak bisa dikatakan terutama terjadi akibat kelalaian orang tua atau pengasuh anak. Oleh karena itu peran orang tua atau pengasuh anak dalam usahapencegahan keracunan sangat penting. Upaya-upaya pencegahan keracunan pada anak : I. Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau orang yang bertanggung jawab dalam perawatan anak dan kepada masyarakat mengenai : Keracunan pada anak, bagaimana terjadinya,akibat- akibat yang terjadi serta bagaimana mencegahnya Bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan yang terdapat didalam atau sekitar rumah yang seringkali tidak diketahui oleh orang tua. Pengetahuan sederhana bagaimana memberikan pertolongan pertama bila terjadi keracunan.

II. Produsen bahan-bahan beracun Para produsen bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan agar membuat label dan keterangan serta peringatan yang jelas mengenai isi,bahaya, gejala klinis yang timbul dan tindakan yang harus segera dilakukan bila ada tanda-tanda keracunan. III. Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan anak-anak : Menyimpan obat-obatan serta bahan berbahaya ditempat khusus yang terkunci dan tidak bisa dijangkau anak-anak. Bahan-bahan beracun dan obat-obatan jangan diletakkan dalam satu tempat dengan makanan. Obat-obatan dan bahan beracun harus mempunyai label yang jelas. Bila tidak berlabel atau bila sudah tidak diperlukan lagi sebaiknya dibuang. Selalu harus dilihat kembali label obat-obatan sebelum diminum. Jangan meletakkan larutan-larutan berbahaya dalam gelas minum.

Bahan-bahan rumah tangga seperti minyak tanah,detergent,semir cair, cairan pembersih kaca, obat pemutih dsb.jangan diletakkan disembarang tempat yang mudah dijangkau anak-anak. 75% dari keracunan bahan-bahan rumah tangga terjadi karena kelalaian mengembalikan bahan-bahan beracun atau obat-obatan ketempat semula. Dokter dan tenaga farmasi hendaknya memberikan obat-obatan secara hati-hati dengan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya keracunan. Obat-obatan yang berbahaya hendaknya diberikan dalam jumlah yang terbatas dan hanya cukup untuk satu kali pengobatan,terutama pada anak dengan keterbelakangan mental. Harus ada perhatian khusus terhadap obat-obatan berbahaya yang dikemas dalam bentuk yang menarik dengan rasa yang enak karena hal ini akan mempermudah terjadi nya keracunan. Ini merupakan 87% dari penyebab keracunan karena aspirin,meskipun angka kematian karena keracunan aspirin lebih banyak karena bentuk tablet dewasa. Oleh karena obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil dapat memberi dampak pada janin yang dikandungnya, maka pemberian obat-obatan dan bahan-bahan berbahaya pada ibu hamil harus hati-hati.

You might also like