You are on page 1of 11

LATAR BELAKANG Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu.

Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain (Wasitaatmadja, 1997). Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi. Pemerah pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok. Pemerah pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum maupun sesudah menggunakan bedak (Depkes RI, 1985). Zat pewarna sintesis yang sering ditambahkan adalah rhodamin B, yaitu merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Uji toksisitas rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan secara IV didapatkan LD50 89,5 mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal, dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organnya (Merck Index, 2006).

Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2005 dan 2006 di beberapa provinsi, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2 %, zat warna Rhodamin B dan Merah K.3. Penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/ MENKES/ PER/V/1998 Tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada Kosmetik. Bahan pewarna Merah K.10 ( Rhodamin B ) dan Merah K.3 (CI Pigment Red 53 : D&C Red No. 8 : 15585) merupakan zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai

zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Anonim, 2006).

Untuk mengatasi masalah penyalahgunaan kosmetik, disini kami akan melakukan kadar rhodamin B untuk mengetahui seberapa besar kadar rhodamin tersebut dalam sediaan liquid blush on.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik 2.1.1 Pengertian Kosmetik Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang tedapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, 2007). 2.1.2 Pengertian Blush on Pemerah pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah (Depkes RI, 1985). Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi. Pemerah pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok. Pemerah pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum maupun sesudah menggunakan bedak (Depkes RI, 1985). 2.1.3 Jenis-Jenis Blush On Jenis kulit menjadi salah satu pertimbangan ketika akan membeli atau menggunakan perona pipi. Hendaknya ketahui terlebih dahulu jenis kulit wajah, termasuk yang berjenis kulit berminyak, normal atau kering sebelum memilih jenis blush on yang tersedia. Ada beberapa jenis perona pipi atau blush on yang ada saat ini: Padat/ Kompak

Merupakan perona pipi yang paling umum dikenal. Digunakan dengan bantuan blush brush/ kuas pada bagian pipi. Serbuk warna perona pipi yang dipadatkan ini akan menghasilkan warna yang sangat nyata. Jenis ini dapat dipakai untuk semua jenis kulit, terutama untuk yang memiliki kulit berminyak karena akan mengurangi minyak yang ada selama dipakai. Dalam penggunaannya, blush on ini tidak boleh diaplikasikan terlalu tebal karena dapat menyebabkan tampakan cakey.

Krim Bentuknya tidak sepadat blush on padat dan memiliki tekstur lebih basah. Karena tekstur inilah, maka warna yang dihasilkan dapat lebih menyatu alami dengan warna kulit wajah. Jenis ini kurang cocok digunakan seseorang yang berjenis kulit berminyak karena dapat membuat wajah terlihat lebih basah atau berminyak. Namun demikian, cream blush ini sangat cocok digunakan pada daerah zona T wajah berminyak dan memberikan kilau natural. Cara pengaplikasiannya adalah dengan menggunakan jari.

Liquid/Cair Liquid blush sangat mirip konsistensinya dengan cream blush, hanya saja liquid blush sedikit lebih encer. Jenis ini hanya boleh diaplikasikan di daerah pipi dan cocok untuk kulit normal dan kering.

Gel Berbentuk gel dan warna yang dihasilkan tidak terlalu nyata sehingga cocok untuk pemakaian sehari-hari atau bila ingin diaplikasikan dandanan yang natural. Perona pipi gel ini cocok untuk kulit kering. Balls

Menyerupai bola-bola kecil. Cara menggunakannya adalah dengan menggunakan kuas yang diputar-putar di atas bola-bola tersebut. Serbuk yang menempel pada kuas kemudian dapat disapukan pada pipi. Dapat digunakan untuk semua jenis kulit. Stick Bentuk stik ini seperti lipstick dan cocok untuk semua jenis kulit. Cara pemakaiannya adalah dengan mengaplikasikannya secara lurus pada pipi, kemudian diratakan dengan jari.

Adapun jenis blush on yang paling marak digunakan saat ini adalah bentuk padat dan creamnya. 2.1.4 Komposisi Pemerah Pipi/ Rouge 1. Basis Basis yang digunakan pada pembuatan blush on kompak sama dengan basis yang digunakan pada pembuatan bedak kompak. Basis tersebut bertujuan untuk memberikan struktur yang baik dan memberikan rasa licin, misalnya : Talc. Basis yang digunakan pada pembuatan Liquid blusher mirip dengan basis yang digunakan dalam pembuatan liquid foundation.

2. Pigmen warna

Beberapa pewarna yang masih dapat digunakan adalah besi (III) oksida, titanium dioksida, dan beberapa pewarna lain seperti: D&C Red No.6 Ba Lake D&C Red No.7 Ca Lake D&C Red No.30 Al Lake D&C Red No.34 Ca Lake D&C Red No.36 Al Lake D&C Yellow No.10 Al Lake FD&C Yellow No.5 Al Lake FD&C Yellow No.6 Al Lake FD&C Red No.3 Al Lake FD&C Red No.40 Al Lake Daftar tabel Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/ MENKES/ PER/ V/ 1985 tentang zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Zat Warna Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Auramine (*CI basic yellow 2) Alkanet Butter yellow (CI solvent yellow) Black 7984(Food black) Burn amber (Pigment brown 7) Chrysoidine (CI basic orange 2) Chrysoidine S (CI food yellow B) Citrous red No.2 Chocolate brown FB (Food brown 2) Fast red E (CI food red 4) Fast yellow AB (CI food yellow 2) Guinea breen B (CI acid green 3) Indhantrene blue RS (CI food blue 4) Magenta (CI basic violet 14) Indeks warna 41000 75520 11020 27755 77491 11270 114270 22156 16045 13015 42085 69800 42510

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Methanyl yellow (ext DC yellow 1) Oil orange SS (CI solvent orange 2) Oil orange XO (CI solvent orange 7) Oil yellow AB (CI solvent yellow 5) Oil yellow OB (CI solvent yellow 6) Orange G (CI food orange 4) Orange GGN (CI food orange 2) Orange RN (CI food orange 1) Orchil dan orcein Ponceau 3R (CI food red 6) Ponceau SX (CI food red 1) Ponceau 6R (CI food red 8) Rhodamin B Sudan I (CI solvent yellow 14) Scarlet GN (food red 2) Violet 6B

13065 12100 12140 11380 11390 16230 15980 15970 16135 14700 16290 45170 12055 14815 42640

3. Pengikat (Binder) Material-material yang digunakan sebagai pengikat dapat meningkatkan gaya kohesi. Terdapat beberapa macam zat pengikat, yakni: zat kering/powder, minyak, silicon, dan emulsi. Powder contohnya metalik stearat seperti Zn-stearat dan Mg-stearat. Pati juga biasanya dipilih sebagai pengikat yang baik, namun perlu peninjauan khusus agar tidak terbentuk cake yang keras. Pengikat minyak dapat digunakan pada beberapa formulasi blush on padat/kompak. Contoh: minyak mineral, isopropyl myristate, dan derivat lanolin. 4. Pengawet Pengawet diperlukan dalam sediaan pemerah pipi untuk mencegah kontaminasi produk oleh mikroba selama produksi, distribusi, maupun setelah sampai dan digunakan oleh konsumen. Pengawet yang biasa digunakan adalah metil paraben dan propil paraben dengan konsentrasi 0,05 -0,20 % . 5. Fragrance Parfum merupakan konstituen yang penting dalam pemerah pipi agar dapat menutupi bau yang tidak sedap dari bahan serta menciptakan suatu ketertarikan

tersendiri bagi konsumen. Beberapa jenis parfum kadang mengandung bahan yang sangat mudah teroksidasi sehingga penambahan antioksidan dapat membantu. Namun demikian, antioksidan dapat menyebabkan iritasi. Oleh karena itu, parfum yang paling sering digunakan adalah soft floral fragrance.

2.1.5 Pengertian Rhodamin


Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B sering diselahgunakan untuk pewarna pangan (kerupuk,makanan ringan,es-es dan minuman yang sering dijual di sekolahan) serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen. Rhodamine B (C28N31N2O3Cl) adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya yang berfluorensi dalam sinar matahari (coms, Hj, 1969).

Rhodamin B Rhodamin termasuk senyawa atau molekul yang memberikan warna akibat adanya gugus kromofor, dimana gugus kromofor tersebut yaitu quinoid. Kuantitas warna yang ditimbulkan rhodamin B sangat tajam, hal ini disebabakan oleh adanya dua gugus auksokrom, dimana gugus auksokrom tersebut adalah dimetil ammin. Proses pembuatan zat warna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat dan asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh logam berat seperti arsen, atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir harus melalui suatu senyawa antara dulu, yang kadang-kadang berbahaya. Sering kali dalam proses reaksi tersebut terbentuk senyawa baru yang berbahaya yang lebih tertinggal sebagai residu dalam bahan pewarna tersebut. Rhodamin B Termasuk golaongan xanthenes dyes :

Terlihat bahwa semua jenis rhodamin mengandung gugus auksokrom, ini mengakibatkan intensitas warna dari rhodamin sangat tajam bila dibandingkan dengan jenis pewarna lain.

2.1.6.Dampak Rhodamin terhadap tubuh Rhodamine 6G menyebabkan kerusakan sel yang parah dan rhodamine B secara signifikan mengurangi jumlah sel. Rhodamine 123 tidak memiliki efek yang berarti, sedangkan. Lebih jauh lagi, rhodamine B mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak berlebihan jika studi ini menyimpulkan bahwa rhodamine B menghambat proses proliferasi lipo fibroblast pada manusia.

2.1.7 Contoh Formula blush on tipe bubuk kompak

R/

kaolin ringan 50 g CaCO3 endap 50 g MgCO3 50 g Zn Stearat 50 g talkum 750 g pigmen 50 g parfum 2,0 g zat pengikat qs zat pengikat tdd isopropil miristat & dsr salep lanolin

DAFTAR PUSTAKA

1. Cristiani, R. S. (1877). Perfumery and the kindred arts. Philadelphia: Henry Carey Baird & Co. 2. The duties of a ladys maid; with directions for conduct and numerous receipts for the toilette. (1825). London: James Bulcock. 3. Haskell, G. (1936). Chemicals and Toilet Preparation Industry. London: Author. Reprinted 2010. 4. Martin, M. (2009). Selling beauty: Cosmetics, commerce and French society, 1750-1830. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. 5. The mirror of the graces. (1831) Boston: Frederic S Hill. 6. Poucher, W. A. (1932) Perfumes, cosmetics and soaps, Vols. 1-2 (4th ed.). London: Chapman and Hall. 7. The ugly-girl papers; or, hints for the toilet. (1875). New York: Harper & Brothers. 8. Hasanah,U. (2010). Jurnal Pemeriksaan zat warna rhodamin B pada Kosmetik Jenis Pemerah Pipi yang Dijual di Pusat Pasar Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 9. http://www.beautysorbet.com/

You might also like