You are on page 1of 5

AQIDAH EMPAT IMAM MDZHAB "Apabila ada suatu hadits yang shohih, maka itulah madzhabku, dan apabila

ada (pendapatku yang bertentangan dengan) hadits yang shohih, maka buanglah perkataanku. Perjalanan sejarah ummat Islam setelah masa sahabat, pernah melahirkan suatu generasi ulama yang handal, baik di bidang ilmu, amal, maupun wawasan keislaman. Mereka adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal, yang semuanya dikenal dengan empat imam madzhab. Semoga Allah memberikan rahmat dan kedudukan yang mulia kepada mereka semua. Harus diakui, diantara keempat Imam madzhab terjadi perbedaan pendapat, Namun yang perlu disadari, perbedaan tersebut hanya dalam masalah-masalah furu' (cabang), dan bukan masalah ushul (pokok/aqidah). Keempat imam madzhab memiliki aqidah yang sama, tidak sedikitpun mereka berselisih dalam permasalahan aqidah. Oleh karena itu, bukan saat lagi kita saling menjauh hanya karena sedikit perbedaan dalam masalah fiqih. Bukan saatnya lagi kita saling menjatuhkan sesama muslim lainnya hanya karena menurutnya berbeda dalam masalah yang sebenarnya secara hukum syarI masih bisa ditolerir. Akan tetapi sebaliknya kita harus bersatu serta tolong menolong dalam hal kebaikan. dalam firman-Nya: Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam berbuat dosa. (QS. ) Melalui ayat ini seharusnya kita bersama-sama menyatukan langkah dan merapatkan barisan untuk mengarahkan umat islam ini supaya hanya Allah sajalah yang berhak di ibadahi, dan menjauhi selain-Nya yang dengannya diutus Para Rosul. Dan sembahlah Allah dan jauhi thoghut itu serta dengan tidak hanya menyibukkan diri mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dengan maksud untuk Inilah yang di maksud Allah SWT

menjatuhkannya atau menolak kebenaran yang dibawa. Nah, di manakah posisi kita?? Termasuk yang sibuk mengoreksi kesalahan orang lain?? Atau termasuk orang yang berusaha mengajak untuk mengarahkan agar hanya allah sajalah yang Berhak di Ibadahi?? Mereka (Imam Empat Madzhab) bersepakat untuk beriman kepada sifat-sifat Allah, beriman bahwa Al-Quran adalah kalamullah, bukan makhluk, dan bahwa Iman itu harus terdiri dari pembenaran dengan hati dan lisan. Syaikhul lslam Ibnu Taimiyah berkata : "Di antara rahmat Allah kepada para hamba-Nya adalah bahwa para imam yang mempunyai lidah kebenaran pada ummat, seperti empat imam dan selain mereka. (Al Iman 350-351). Beliau juga mengatakan "Seluruh imam yang terkenal menetapkan sifat-sifat pada Allah Taala. Mereka mengatakan banwa Al Quran adalah kalamullah, bukan makhluk, bahwa Allah akan dapat dilihat di akhirat. Ini adalah madzhab sahabat dan tabiin yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan seperti Ahli Bait dan yang lainnya. Juga merupaan madzhab para imam yang dilkuti seperti Imam Malik bin Anas, Ats Tsauri, Laits bin Saad, Al AuzaI, Abu Hanifah Asy Syafli, dan Ahmad ( Minhajus Sunnah II : 106). Untuk lebih memahami Kesepakatan para imam yang empat marilah kita sedikit mengkaji pendapat-pendapat mereka (Imamimam Madzhab) terutama seputar masalah aqidah. Tentang Tauhid Imam Abu Hanifah berkata Allah itu mempunyai wajah, tangan, dan diri sebagaimana Allah sebutkan dalam Alqur'an. Maka apa yang Allah sebutkan dalam Al-Quran tentang tangan, wajah, dan diri merupakan sifat-sifat-Nya dengan tidak ditanyakan hakikatnya. Kita tidak boleh mengatakan bahwa tangan Allah itu adalah kekuasaan atau nikmat-Nya, karena jika mengatakan demikian, berarti meniadakan sifat-sifat tersebut, dan inilah pendapat ahli Qadar

(Qodariyah) dan Mu'tazilah." (Fiqhul Akbar : 32) Abu Nu'aim mentakhrijkan dari Ja'far bin Abdillah berkata, "Ketika kami sedang berada di samping Malik bin Anas, datanglah seorang pria lalu bertanya, "Wahai Abu Abdillah, Ar Rahman (Allah yang Maha Pengasih) bagaimana bersemayamnya? Mendengar pertanyaan ini, Imam Malik menjadi berang dan marah. Lalu ia menundukkan muka ke bumi seraya menyandarkannya ke tongkat yang dipegangnya hingga tubuhnya bersimbah keringat. Setelah mengangkat kepalanya, ia lantas berkata, "Cara bersemayam-Nya tidak diketahui (tidak dapat digambarkan), sedangkan istiwa (bersemayam) telah jelas dan diketahui, beriman kepadanya adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid'ah. Aku menyangka engkau adalah pelaku bid'ah. Lalu beliau menyuruh orang itu keluar." (Hilyatul Auliya' : VI : 325-326). Sedangkan Imam Asy Syafi'I mengatakan: "Kita tetapkan sifatsifat yang disebutkan oleh Al Qur'an dan As Sunnah ini dan kita menafikan tasybih (penyerupaan dengan sifat makhluk) dari-Nya sebagaimana ia telah menafikannya dari diri-Nya." (Siyar A'lam Nubala XX: 341). Beliau juga mengatakan: "Barangsiapa yang mengatakan Al Qur'an itu makhluk, berarti ia kafir." Sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata: "Allah Azza wajalla tetap senantiasa berbicara sedang Al Qur'an adalah kalamullah, bukan makhluk dan ada di setiap arah. Dan Allah tidak boleh disifati dengan sesuatu lebih dari apa yang telah ia sifatkan untuk diri-Nya." ( Al Mihnah : 68) Tentang Sahabat Imam Abu Hanifah berkata: Manusia paling baik (utama) setelah Rosulullah Shalallhu 'alaihi wasallam adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Kemudian kita menahan pembicaraan tentang

seluruh sahabat Rosulullah kecuali

menyebut mereka dengan

sebutan yang baik." Beliau juga berkata: "Tinggalnya mereka (sahabat) bersama Rosulullah sesaat jauh lebih baik dari amal yang kita kerjakan selama hidup kita sekalipun panjang.". Imam Malik pernah menyatakan: "Barang siapa menghina atau mengurangi kedudukan seorang sahabat Rasulullah, atau membenci atau dengki kepada salah satu dari mereka, maka ia tidak berhak mendapatkan harta fai kaum muslimin." Lalu Imam Malik membaca firman Allah Surat Al Hasyr: 10. Sedangkan Imam Syafi'I mengatakan: " Mereka (sahabat) telah menyampaikan kepada kita sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka juga telah melihat Rasulullah secara langsung ketika wahyu turun kepadanya sehingga mereka mengetahui apa yang diinginkan oleh Rasulullah baik yang khusus maupun yang umum, baik tugas maupun bimbingan, dan mereka tahu betul tentang sunnah Rasulullah yang kita ketahui dan tidak kita ketahui " (Manaqib Asy Syafi'I 1:442). Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan dalam Kitab As-sunnah : "Yang termasuk sunnah ialah menyebutkan kebaikan-kebaikan para sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam, dan diam dari (menyebutkan) kejelekan mereka. Maka barang siapa mencaci maki para sahabat atau mencela salah satu dari mereka, berarti ia pelaku bid'ah, ia berarti golongan Rafidhah yang keji dan dzalim, maka mencintai para sahabat adalah sunnah, mendo'akannya termasuk ibadah, dan mengikuti mereka merupakan wasilah (jalan menuju ridho Allah), serta memegang teguh jejak yang ditinggalkannya adalah suatu fadhilah." Tentang Iman Dalam masalah iman, para imam madzhab bersepakat bahwa iman adalah ikrar dalam lisan dan pembenaran dengan hati. Iman itu ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.

Kesimpulan Dari gambaran di atas, jelaslah bagi kita kesamaan dan kesepakatan empat imam dalam ucapan mereka, karena aqidah mereka satu. Aqidah inilah yang patut menyatukan dalam satu suara dan memelihara mereka dari perpecahan dalam dien, karena aqidah inilah bermuara kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Maka sudah saatnya kita tinggalkan jidal (perdebatan) dalam masalah ad-diin yang dapat merusak ukhuwah. Sudah masanya kita mengembalikan pemahaman islam kita sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan para imam yang terpercaya. Semoga dengan demikian pertolongan Allah dan kemenangan dapat kita raih. Wallahu a'lam.

You might also like