You are on page 1of 5

Ilmu yang mempelajari penyakit tanaman disebut Phytopathology.

Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu phyton (tanaman), pathos yang berasal dari pathein (menderita sakit atau penyakit), serta logos (ilmu). 1. Penggolongan berdasarkan tipe penyakit Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu sebagai berikut. a. Penyakit lokal Penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian tanaman tertentu, misalnya pada bunga, buah, daun, cabang, batang, atau akar. b. Penyakit sistemik Penyakit ini menyebar ke seluruh tubuh tanaman sehingga tanaman akan menjadi sakit. Pengobatannya harus seluruh tubuh tanaman, misalnya dengan infus. Obat dalam infus tersebut dapat segera menyebar ke seluruh tubuh tanaman. 2. Penggolongan berdasarkan penyebab penyakit Penyakit tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu penyakit parasit dan penyakit nonparasit atau penyakit fisiologis. a. Penyakit parasit Dalam ilmu penyakit yang dimaksud parasit adalah tanaman atau binatang yang hidup di dalam atau pada makhluk lain dan memperoleh makanan tanpa memberikan kompensasi sedikit pun. Tanaman atau binatang yang ditempati parasit disebut inang atau tuan rumah. Parasit penyebab penyakit tanaman sebagai berikut.
1) Cendawan. 2) Bakteri (ukurannya sekitar 0,15-6 mikron). 3) Riketsia (ukurannya lebih kecil dari bakteri tetapi lebih besar dari virus).

4) Mikoplasma (ukurannya lebih kecil dari riketsia, tetapi lebih besar dari virus)
5) Virus (ukurannya kira-kira 5,5-30 milimikron, hanya dapat dilihat dengan

mikroskop elektron). 6) Viroid (ukurannya lebih kecil dari virus) 7) Ganggang. 8) Benalu dan tali putri. b. Penyakit fisiologis

Penyakit nonparasit atau penyakit fisiologis yaitu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan unsur hara, air, sinar matahari, dan temperatur. Keadaan sekeliling tanaman harus dibuat sedemikian rupa sehingga cocok untuk tanaman. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH CENDAWAN 1. Semai Roboh Tanaman yang baru disemai jika terserang penyakit ini akan roboh, lalu busuk dan mati. Gejala serangan: Hipokotil (bagian batang yang letaknya di bawah keping) yanng semula sehat dan kelihatan segar, jernih, dan bersih, warnanya berubah menjadi pucat karena kerusakan klorofil jika terkena infeksi dari tanah. Jaringan tanaman yang diserang menjadi putih kotor. Selain itu, jaringan mengerut atau mengecil di atas garis tanah sehingga batangnya tidak bisa menahan berat keping dan batang atas. Akhirnya, semai akan roboh. Jika serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah. Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi jika temperatur dan kelembapan udara cukup tinggi. Kerugian karena penyakit inii cukup besar. Pengendalian: a. Penyiraman tanaman dengan air bersih, misalnya air sumur yang belum tercemar penyakit. b. Pemberian air jangan terlalu banyak. Penyiraman dilakukan sesudah tanah mulai kering. c. Pesemaian selalu dibuka pada waktu pagi dan sore hari. Tujuannya untuk mengurangi kelembapan. d. Permukaan tanah pesemaian ditabur selapis tipis pasir bersih yang bebas penyakit.
e. Penyemaian dilakukan dengan penggunaan pasir murni yang telah dicuci bersih air

panas (71-72o C). Selain itu, media semai tersebut dilarutkan cairan zat hara. f. Tanaman dikecambahkan dengan lumut sphagnum. Setelah berkecambah, tanaman baru dipindahkan ke pesemaian.
g. Sterilisasi tanah. Caranya dengan mempergunakan air panas untuk merendam tanah

pesemaian dengan temperatur 98-100o C, uap panas, atau tanah dipanasi dengan oven. Sterilisasi dapat juga dengan menggunakan bahan kimia, misalnya formaldehid cair, formaldehid tepung dicampur dengan tanah, tepung tembaga oksida merah dicampur dengan biji, atau menyiram tanah sesudah menyemai dengan larutan tembaga karbonat. 2. Penyakit bercak kering

Cendawan: Alternaria solani (E. and M.) Jones and Grout Penyakit ini disebut juga bercak daun dan penyakit alternaria. Selain itu, sering disebut early blight. Gejala serangan: Daun terlihat ada bercak-bercak cokelat tua sampai hampir hitam. Bentuknya bulat dengan lingkaran-lingkaran yang konsentris. Dalam keadaan tertentu, bercak-bercak itu tetap kecil dan bersudut serta tidak memiliki lingkaran konsentris dibatasi beberapa tulang daun yang lebih kecil. Bercak-bercak ini jika membesar akan bergabung menjadi satu. Serangan biasa dimulai dari daun bawah, kemudian naik ke atas, kadang juga menyerang batang. Daun yang diserang tepinya menjadi tidak rata, bergerigi, atau pecah tidak teratur. Kadang daun berlubang karena bercak-bercak itu mengering, lalu jatuh. Daun kadang menggulung atau keriting. Jika serangan menghebat, daun akan menguning dan kering. Sementara itu, ujung tunasnya masih berwarna hijau. Daur hidup: Spora banyak dibentuk pada waktu banyak hujan dan embun. Konidia tersebar karena lebah, angin, atau serangga pemakan daun. Infeksi terjadi lewat kulit epidermis dan bercakbercak akan kelihatan dalam waktu 2-3 hari. Setelah 3-4 hari, spora sudah akan terbentuk. Pembentukan spora terjadi jika garis tengah bercak telah mencapai 3 mm. Miselium cendawan A.solani dalam daun yang kering masih dapat bertahan hidup selama 1-1,5 tahun. Konidianya masih bisa berkecambah 10% meskipun telah disimpan selama 17 bulan pada temperatur kamar. Temperatur minimum untuk pembentukan spora 1,5o C, sedangkan temperatur optimum 26,1o C, dan temperatur maksimum 34,5o C. Pengendalian: a. Penyemprotan dengan bubur Bordeaux atau dengan kalsium arsenat. b. Rotasi tanam. c. Tanaman yang sakit dicabuti dan dibakar. d. Penanaman dengan jenis yang resisten. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI 1. Penyakit layu bakteri Penyakit layu bakteri juga disebut penyakit lendir, penyakit liyer, penyakit lengger, atau penyakit klenger. Penyakit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis, seperti Afrika, Asia, Australia, Amerika, dan Eropa. Gejala serangan:

Patogen menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi tanaman inang. Akibatnya adalah tanaman menjadi layu, menguning, dan kerdil. Jika tanaman cabai yang diserang, akan terjadi kerontokan daun. Jika batang tanaman yang diserang dipotong melintang, penampangnya akan terlihat berwarna cokelat. Selanjutnya, dari bekas potongan tersebut akan keluar lendir yang berwarna putih kotor yang berisi jutaan bakteri jika dipijat. Jika batang dibelah memanjang, akan terlihat garis-garis berwarna cokelat, kadang garis ini mencapai sampai ke daun. Sementara itu, akar tanaman yang sakit berwarna cokelat. Untuk membedakan penyakit ini dengan layu cendawan, batang tanaman yang sakit dipotong, lalu dimasukkan ke dalam air. Jika tidak mengeluarkan lendir maka layu tersebut disebabkan cendawan. Pengendalian:
a. Rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak terserang penyakit, misalnya Mimosa

invisa selama lebih kurang 2 tahun.


b. Pesemaian disterilisasi dengan air panas 100o C dan tanah difumigasi dengan metil

bromide. c. Penggunaan air siraman yang bebas dari penyakit. d. Biji yang disemai bebas dari penyakit. e. Penyiangan dan penggemburan dilakukan dengan hati-hati. Perlakuan tersebut jangan sampai merusak atau melukai sistem perakaran karena luka ini bisa menjadi tempat masuknya patogen. f. Tanaman yang sakit dicabut dan dibakar. Selain itu, bekas tanaman sakit jangan sampai tersebar kemana-mana. g. Penanaman dengan jenis tanaman yang resisten terhadap penyakit layu. h. Solarisasi, yaitu setelah dicangkul, tanah ditutup dengan plastik transparan beberapa minggu atau beberapa bulan. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS 1. Penyakit ujung keriting Penyakit virus ini menyebabkan ujung daun cabai menjadi keriting. Penyakit ujung keriting sangat merugikan petani. Gejala serangan:

Tanaman muda yang terkena infeksi daunnya menguning dan mengeriting. Selain itu, tanaman menjadi kerdil. Jika tanaman yang lebih tua terinfeksi, daunnya menggulung ke atas dan memutar atau memilin daun yang muda. Penyebaran: Umumnya yang menularkan penyakit ini serangga keluarga Yassidae. Kutu daun loncat ini dari tingkatan muda sampai dewasa bisa menularkan penyakit. Sekali memakan tanaman yang sakit, virus akan masuk ke dalam tubuh dan bisa keluar lagi jika kutu daun loncat itu mengisap tanaman yang sehat. Ludah kutu loncat banyak mengandung virus. Oleh karena itu, semakin banyak kutu loncat daun sebagai penular maka semakin efektif penularannya. Virus tidak berkembang biak dalam badan kutu loncat daun, tetapi menyebar ke seluruh badan dalam darah, ludah, alat pernapasan, dan kotoran. Jadi, kutu ini hanya sebagai pembawa saja (carrier). Pada waktu kutu loncat daun mengisap cairan tanaman, alat pengisap sampai ke jaringan floem dan virus ikut masuk. Selanjutnya, virus masuk sepanjang jaringan floem, lebih cepat ke bawah daripada ke atas. Jika jumlah populasi kutu semakin banyak, serangan permulaan penyakit juga makin hebat. Pengendalian: a. Tanamlah bibit yang resisten (tahan penyakit) b. Semprotlah tanaman secara rutin seminggu sekali dengan insektisida sebagai pengendali vektor penular sehingga populasinya bisa ditekan seminimum mungkin. c. Lakukan rotasi tanaman dan jangan menanam tanaman yang bisa terkena penyakit virus ujung keriting. d. Jagalah kebersihan sekeliling kebun dari kemungkinan tumbuhnya tanaman liar yang bisa terserang penyakit. e. Cabut, lalu bakar tanaman yang sudah terlanjur terserang. Sumber : Ir. Pracaya. Hama dan Penyakit Tanaman. 2007. Jakarta: Penebar Swadaya

You might also like