You are on page 1of 25

BAB I MALNUTRISI PADA TODDLER A.

Latar Belakang Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause). Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi biasa dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan. Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. .

B.Definisi Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolute untuk periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002) Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni, 2004). C. Etiologi a. Penyebab langsung: 1. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. 2. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. Penyebab tidak langsung: 1. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan. 2. Kualitas perawatan ibu dan anak. 3. Buruknya pelayanan kesehatan. 4. Sanitasi lingkungan yang kurang.

b.

D.Manifestasi klinis Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut: 1. Kelelahan dan kekurangan energi 2. Pusing 3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi) 4. Kulit yang kering dan bersisik 5. Gusi bengkak dan berdarah 6. Gigi yang membusuk 7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat 8. Berat badan kurang 9. Pertumbuhan yang lambat 10. Kelemahan pada otot 11. Perut kembung 12. Tulang yang mudah patah 13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

E.Patofisiologi Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.

F.Klasifikasi Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor. a. Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut : 1. Intake kalori yang sedikit. 2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral. 3. Kelainan struktur bawaan. 4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates. 5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup. 6. Gangguan metabolism. 7. Tumor hipotalamus. 8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.

b.

Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah : 1. Intake protein yang buruk. 2. Infeksi suatu penyakit. 3. Masalah penyapihan. Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO : Klasifikasi Malnutrisi berat Malnutrisi sedang Berat badan kurang/ malnutrisi ringan Berat badan normal Berat badan kurang Dengan resiko Obes I Obes II IMT (kg/ m2) < 16,0 16,0 16,7 17,0 18,5 18,5 22,9 23 23 24,9 25 29,9 30

G.Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap: 1. Tahap awal

yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. a. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. b. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. c. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. d. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

2.

Tahap kedua yaitu penyesuaian.

Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan. Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.

BAB II I.PENGKAJIAN (03 April 2012)

A.

DATA DEMOGRAFI (UMUM) : Tn.Adniel : 35 tahun : SD : Pemulung : RT ; 29, RW : II Jln.Parapat Gg Horas Kelurahan Nagahuta

Nama KK Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat

Daftar Anggota Keluarga No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Adniel Debora Darma Meli J Ayu Henki Andiko L/P L P L P P L L Umur 35th 33th 17th 14th 10th 6th 3th Hub KK Istri Anak Anak Anak Anak Anak Pend SD SD SMA Pekerjaan Pemulung Pemulung Pelajar Status Kesehatan Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sakit Malnutrisi

Genogram

Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Anggota keluarga yang sakit

: Meninggal Laki-laki : Meninggal perempuan

1.

Tipe Keluarga Nuclear Family yang terdiri dari : Ayah, Ibu dan Anak.

2.

Kewarganegaraan/ Suku bangsa Indonesia / jawa

3.

Agama Islam

4.

Status social ekonomi keluarga Penghasilan keluarga bapak Dani Rp 450 ribu/bln dan Ibu Rosa Rp 200rb/bln terkadang uangnya < dari yang biasanya.

5.

Aktivitas rekreasi keluarga Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah hanya berkumpul dengan anakanak dan sanak saudara atau tetangga dekatnya.

B. 1. 2.

RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA Tahap perkembangan keluarga adalah tahap Sekolah. Riwayat kesehatan keluarga Riko menderita malnutrisi setelah control di Puskesmas Tarutung, 19 April 2012 dan mendapat cairan elektrolit, glukosa,protein,nutrisi dan karbohidrat.

3.

Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya ( yang lalu ) Bapak Dani pernah menderita malnutrisi 2 tahun yang lalu dan sampai dibawa ke RS.

C. 1.

KEADAAN LINGKUNGAN Karakteristik rumah Luas bangunan rumah yang ditempati sekitar 36 m2 ( 9 m x 4 m ), di depan ada teras rumah, satu ruang tamu seluas 3 x 4 m dengan 1 ventilasi, 1 kamar tidur yang memiliki ventilasi seluas 2 x 3 m, satu ruang dapur dan ruang makan seluas 2 x 4 m dengan 1 ventilasi. Di belakangnya kamar mandi yang menggunakan septic tank seluas 1 x 1,5 m, dan pembuangan limbah dibelakang rumah dengan jarak sekitar 1 m. Bangunan rumah berbentuk rumah persegi panjang. Lantai rumah terbuat dari semen dengan keadaan kurang bersih dan penataan alat/perabot rumah tangga yang tidak rapi, sumber air dan air minum menggunakan air PDAM.

Denah Rumah :

4m
TERAS

1m
4m Ventilasi Pintu

3m

Ruang Tamu

T
4m

9m 2m
kamar
V T

3m

U 2222
Ruang Makan +

2,5 m 2m
Dapur 2m Kamar Mandi

pintu

ven

1m 1m 1,5m
LIMBAH

2.

Karakteristik tetangga dan komunitas RW Keluarga bapak Dani hidup di lingkungan tempat tinggal yang merupakan perkampungan kumuh. Sebagian besar dari tetangga di lingkungan tempat tinggal keluarga bapak Dani adalah penduduk asli yang merupakan pemulung dan pedagang. Interaksi antar warga banyak dilakukan pada waktu sore dan malam hari karena pada siang hari umumnya pada bekerja.

3.

Mobilitas geografis keluarga Keluarga bapak Dani sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak berumah tangga sampai sekarang.

4.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga termasuk anggota masyarakat yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat, dan dengan keluarga di lingkungannya tampak tidak saling berinteraksi dengan baik.Istri bapak Dani juga kurang aktif.

5.

Sistem pendukung keluarga Keluarga Bapak Dani 7 orang, terdiri dari suami istri dan 5 orang anak. Fasilitas penunjang kesehatan dari Puskesmas Siantar

D. 1.

STRUKTUR KELUARGA Pola komunikasi keluarga Antar anggota keluarga terbina hubungan yang tidak terlalu harmonis, dalam menghadapi suatu permasalahan, bila ada masalah yang terjadi pada keluarga,jarang keluarga bermusyawarah kadang masalah di cuekin begitu saja, komunikasi di dalam keluarga kurang terbuka.

2.

Struktur kekuatan keluarga Keluarga Merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami istri dan 5orang anak yang satu sama lain kurang terbuka.

3.

Struktur peran keluarga a. b. c. Bapak Dani sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab mencari nafkah Ibu Rosa sebagai isteri yang bekerja sebagai pemulung. Ali sebagai anak pertama SMA, Siska tidak sekolah,Ani tidak sekolah,Riris tidak sekolah dan Riko belum sekolah.

4.

Nilai dan Norma keluarga Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dan agama Kristen yang dianutnya serta masyarakat disekitarnya, keluarga ini menganggap bahwa penyakit malnutrisi yang dialami oleh Riko adalah penyakit yang biasa saja. Upaya untuk mengendalikan dilakukan hanya dengan menyuruh anak nya untuk tidur-tiduran terus.

E. 1.

FUNGSI KELUARGA Fungsi Afektif Keluarga kurang rukun dalam membina rumah tangga, keluarga klien masih kurang dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Walupun demikian di dalam kelurga tetap diterapkannya demokrasi dalam mengatasi permasalaahn keluarga.

2.

Fungsi Sosial Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik, serta menerapkan etika atau sopan santun dalam berperilaku.

3.

Fungsi Perawatan Kesehatan a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan kurang,karena : Keluarga tidak mengenal masalah kesehatan tentang penyakit malnutrisi, hal ini ditunjukkan dengan keluarga tidak menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit malnutrisi. Keluarga tidak tahu bahwa penyakitnya bisa menyebabkan komplikasi dan kematian. Kelurga juga banyak bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit malnutrisi.

b.

Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan kurang, karena : keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi : sifat, berat dan luasnya masalah. Keluarga tidak mengetahui penyebab dari penyakitnya.

Keluarga tidak mengetahui bahwa asal penyakitnya berasal dari makanan yang gizi nya sedikit,dan lingkungan, atau kondisi rumah, alat-alat rumah tangga serta makanan yang kurang bersih/kotor. Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat mengenai tindakan yang dilakukan jika masalah kesehatan muncul dalam keluarga, sehingga tidak dapat mengambil keputusan.

c.

Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Pengetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas, keluarga tidak mengerti mengenai cara merawat anggota keluarga yang sakit. Jika ada anggota keluarga yang sakit keluarga hanya menganjurkan istirahat saja.

d.

Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan Keluarga tidak menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat mencegah timbulnya berbagai jenis penyakit Keluarga tidak mengerti tentang pentingnya hygiene sanitasi untuk menciptakan rumah yang sehat Keluarga tidak mampu mempertahankan : kondisi kesehatan, memenuhi gizi seimbang, istirahat, berkumpul bersama keluarga, rekreasi atau berkumpul bersama dan bersilaturahmi. Keluarga tidak terlalu peduli dengan kebersihan dan ventilasi di rumah nya.

e.

Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di masyarakat Keluarga mengetahui dengan jelas tentang fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tetapi penghasilan yang tidak memadai, sehingga mengakibatkan anggota keluarga yang sakit tidak dibawa berobat ke pelayanan kesehatan. Apabila penyakit yang diderita anggota keluarga parah, mereka hanya merawat di rumah dan tidak membawa ke RS.

4.

Fungsi Reproduksi Bapak Dani berusia 35 tahun dan Ibu Rosa 33 tahun merupakan usia produktif. Jumlah anak yang dimiliki Tn.Dani 5 orang yaitu : 2 laki-laki dan 3 perempuan Keluarga tidak merencanakan jumlah anggota keluarga,tetapi keluarga menjaga jarak kelahiran antara satu dengan anak yang lain.

5.

Fungsi Ekonomi Bapak Dani dan Ibu Rosa bekerja sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keluarga kurang mampu memenuhi sandang pangan dari pendapatan yang diterima perhari. Keluarga tidak mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.

F. 1.

STRES DAN KOPING KELUARGA Stressor yang dimiliki Stress jangka pendek yang dirasakan oleh keluarga bapak Dani adalah cara perawatan pada Riko, sedangkan Stress jangka pendek yang dirasakan adalah malnutrisi yang diderita oleh anaknya Riko.

2.

Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor Keluarga mengaku cemas dengan keadaan anaknya yang tidak dibawa ke RS meskipun demikian keluarga telah berusaha merawat Riko di rumah.

3.

Strategi Koping yang digunakan Koping yang digunakan jika ada masalah adalah musyawarah dengan anggota keluarga yang lain,walaupun hal tersebut jarang dilakukan.

4.

Strategi Adaptasi Disfungsional Dalam beradaptasi dengan masalah yang ada,keluarga menggunakan adaptasi yang posotif karena keluarga menyadari jika menggunakan kekerasan,dalam menyelesaikan masalah tidak akan menyelesaikan masalah tapi akan semakin berlarut-larut.

G.

PEMERIKSAAN FISIK Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga yang terutama yang didentifikasi sebagai klien atau sasaran

pelayanan asuhan keperawatan keluarga.

No 1.

PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS Nama Adniel Kepala Leher Mata Telinga Hidung Mulut Dada Abdomen Simetris, peristaltic Ekstremitas Tidak

Umum

Simetris, Tidak rambut kotor, kulit kepala tidak bersih. ada nodul,

Sklera tidak Simetris, Simetris, ikterik, tidak tidak secret, tidak

Tidak ada Bentuk normochest, tidak

ada BAB

ada gigi palsu, ada lidah

luka, bekas 1x/i, jahitan, TTV ada TD 120/80 jari mmHg, dan RR tidak :20x/i, fraktur Suhu : nyeri 370C, HR : :

Konjungtiva ada nyeri tekan

ada normal,

kelenjar stidak tiroid normal. anemis, kedua mata simetris, tidak ada

nodul, tidak tidak acites, tidak ada tekan, nyeri tidak tidak sikatrik. fraktur iga. ada kelainan pada tangan kaki, ada dan tekan.

pembesaran tidak polip, tidak kotor, ada tekan.

nyeri tidak ada ada stomatitis, tulang

nyeri tekan pada mata.

tidak ada Auskultasi : nyeri tekan terdengar vesukuler

120x/I, BB 60kg , TB :

160 cm

2.

Debora Simetris, Tidak rambut kotor, kulit kepala tidak bersih ada nodul,

Sklera tidak Simetris, Simetris, ikterik, tidak tidak secret, tidak

Tidak ada Bentuk normochest, tidak

Simetris, peristaltic

Tidak

ada BAB

ada gigi palsu, ada lidah

luka, bekas 1x/i, jahitan, TTV ada TD 120/80 jari mmHg, dan RR tidak :20x/i, fraktur Suhu : nyeri 370C, HR 90x/i, BB 58kg , TB : : :

Konjungtiva ada nyeri tekan

ada normal,

kelenjar tidak tiroid normal. anemis, kedua mata simetris, tidak ada

nodul, tidak tidak acites, tidak ada tekan, nyeri tidak tidak sikatrik. fraktur iga. ada kelainan pada tangan kaki, ada dan tekan.

pembesaran tidak polip, tidak kotor, ada tekan.

nyeri tidak ada ada stomatitis, tulang

nyeri tekan pada mata.

tidak ada Auskultasi : nyeri tekan terdengar vesukuler

154 cm 3. Darma Simetris, Tidak rambut kotor, kulit kepala kurang ada nodul, Sklera tidak Simetris, Simetris, ikterik, tidak tidak secret, tidak Tidak ada Bentuk normochest, tidak Simetris, peristaltic Tidak ada BAB

ada gigi palsu, ada lidah

luka, bekas 1x/i, jahitan, TTV ada TD 120/80 jari mmHg, :

Konjungtiva ada nyeri tekan

ada normal,

kelenjar tidak tiroid normal. anemis, kedua mata

nodul, tidak tidak acites, tidak ada tekan, nyeri tidak tidak sikatrik. ada kelainan pada

pembesaran tidak polip, tidak kotor,

bersih

simetris, tidak ada

ada tekan.

nyeri tidak ada ada stomatitis, tulang

fraktur iga.

tangan kaki, ada dan tekan.

dan RR tidak :20x/i,

nyeri tekan pada mata

tidak ada Auskultasi : nyeri tekan terdengar vesukuler

fraktur Suhu : nyeri 370C, HR 90x/i, BB 15kg , TB : 60 cm :

4.

Meli J

Simetris, Tidak rambut bersih, kulit kepala bersih ada nodul,

Sklera tidak Simetris, Simetris, ikterik, tidak tidak secret, tidak

Tidak ada Bentuk normochest, tidak

Simetris, peristaltic

Tidak

ada BAB

ada gigi palsu, ada lidah

luka, bekas 1x/i, jahitan, TTV ada TD 120/80 jari mmHg, dan RR tidak :20x/i, fraktur Suhu : nyeri 370C, HR 90x/i, : :

Konjungtiva ada nyeri tekan

ada normal,

kelenjar tidak tiroid normal. anemis, kedua mata simetris, tidak ada

nodul, tidak tidak acites, tidak ada tekan, nyeri tidak tidak sikatrik. fraktur iga. ada kelainan pada tangan kaki, ada dan tekan.

pembesaran tidak polip, tidak kotor, ada tekan.

nyeri tidak ada ada stomatitis, tulang

nyeri tekan pada mata

tidak ada Auskultasi : nyeri tekan terdengar vesukuler

BB 15kg , TB : 60 cm 5. Ayu Simetris, Tidak rambut kurang bersih, kulit kepala kurang bersih. ada nodul, Sklera tidak Simetris, Simetris, ikterik, tidak tidak secret, tidak Tidak ada Bentuk normochest, tidak Simetris, peristaltic Tidak ada BAB

ada gigi palsu, ada lidah

luka, bekas 1x/i, jahitan, TTV ada TD 120/80 jari mmHg, dan RR tidak :20x/i, fraktur Suhu : nyeri 370C, HR 90x/i, BB 10kg , TB : 58 cm : :

Konjungtiva ada nyeri tekan

ada normal,

kelenjar tidak tiroid normal. anemis, kedua mata simetris, tidak ada

nodul, tidak tidak acites, tidak ada tekan, nyeri tidak tidak sikatrik. fraktur iga. ada kelainan pada tangan kaki, ada dan tekan.

pembesaran tidak polip, tidak kotor, ada tekan.

nyeri tidak ada ada stomatitis, tulang

nyeri tekan pada mata

tidak ada Auskultasi : nyeri tekan terdengar vesukuler

6.

Henki

Simetris, Tidak rambut ada

Sklera tidak Simetris, Simetris, ikterik, tidak tidak

Tidak ada Bentuk normochest,

Simetris, peristaltic

Tidak

ada BAB

ada gigi

luka, bekas 1x/i,

kotor, kulit kepala kurang bersih.

nodul,

Konjungtiva ada nyeri tekan

secret, tidak

palsu, ada lidah

tidak

ada normal,

jahitan,

TTV ada TD 120/80 jari mmHg, dan RR tidak :20x/i, :

kelenjar tidak tiroid normal. anemis, kedua mata simetris, tidak ada

nodul, tidak tidak acites, tidak ada tekan, nyeri tidak tidak sikatrik. fraktur iga. ada kelainan pada tangan kaki, ada dan tekan.

pembesaran tidak polip, tidak kotor, ada tekan.

nyeri tidak ada ada stomatitis, tulang

nyeri tekan pada mata

tidak ada Auskultasi : nyeri tekan terdengar vesukuler

fraktur Suhu : nyeri 370C, HR 90x/i, BB 15kg , TB : 60 cm :

7.

Riko

Simetris, Tidak rambut lurus, kulit kepala kurang bersih. , kering, ada nodul,

Sklera tidak Simetris, Simetris, ikterik, tidak

lidah

Bentuk normochest,

Tidak Simetris,

Tidak luka, bengkak pada

ada BAB 1x/hari, TTV TD 110/80 ada mmHg, RR jari :20x/i, :

ada secret, kotor, tidak

Konjungtiva ada nyeri tekan

ada tidak ada tidak

ada peristaltic

kelenjar anemis, tiroid normal. mata simetris, tidak ada

pembesaran stomatitis, nodul, tidak meningkat polip, tidak tidak ada ada ada tekan. nyeri nyeri tekan tekan, ada tulang nyeri jika tidak diare,

terjadi tungkai, tidak tidak

fraktur acites, tidak kelainan iga. ada pada

nyeri tekan

halus, jarang dan mudah dicabut.

pada mata.

Auskultasi : sikatrik.perut tangan terdengar vesukuler kembung. kaki, ada dan

dan Suhu : tidak 370C,

fraktur HR

nyeri 120x/I, BB10 kg , TB : 60 cm

tekan.edema tungkai.

H.KEBUTUHAN DASAR ANDIKO


Nutrisi 2 x sehari Personal higiene Jarang dan tidak mandi menggunakan sabun Jarang Oral
higiene

Frekuensi makan Jenis makanan

BAB
Frekuensi:

Eliminasi BAK
Frekuensi:

Istirahat tidur 10 jam Lama tidur


malam Lama tidur siang

Nasi dengan ikan tanpa sayur Kurang

1 x sehari
Cuci rambut kuku

3 x sehari
BAK pada malam hari: Keluhan yg berhubungan dengan tidur

Jarang tidur siang

Nafsu makan Kebiasaan sebelum makan

jarang

Konsitensi:

padat Panjang dan kotor Jarang cuci tangan

Sering Tidak cuci tangan piring

Porsi makan

tangan

I.

HARAPAN KELUARGA Keluarga bapak Dani berharap petugas kesehatan dapat memberikan penjelasan dan informasi tentang kesehatan,khususnya

cara perawatan penyakit malnutrisi sehingga tidak timbul masalah lagi akibat malnutrisi dan keluarga juga berharap anaknya, bisa sembuh dari penyakitnya sehingga Riko kembali pulih dan bisa merasakan bermain bebas seperti anak-anak lainnya.

II.

ANALISA DATA ETIOLOGI Kurang pengetahuan tentang penyakit gizi buruk PROBLEM Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

NO SYNTOM 1. DS : -Bapak Dani mengatakan tidak tau penyebab penyakit yang diderita anaknya -Ibu Rosa mengatakan tidak tau dampak yang ditimbulkan penyakit yang diderita anaknya DO : -Bapak Dani tidak mampu mengenal tentang tanda dan gejala, etiologi, patofisiologi, dan komplikasi gzi buruk - Bapak dan Ibu lulusan SD - Ibu sering bertanya kepada perawat tentang penyakit anaknya - BAB 1x/hari, TTV TD : 110/80 mmHg, RR :20x/i, Suhu : 370C, HR : 120x/I, BB10 kg , TB : 60 cm

2.

DS : -bapak Dani mengatakan tidak membawa anaknya berobat. - bapak Dani mengatakan tidak sanggup memilih tindakan diantara pilihan. DO : -Usia Riko 3 tahun -Bapak dan Ibu lulusan SD -Keluarga tidak membawa Riko berobat ke RS DS : -ibu rose mengatakan tidak mempunyai banyak waktu untuk merawat riko kerumah sakit -Ibu Rosa mengatakan tidak ada uang untuk membeli susu tambahan dan vitamin, DO : Bapak Dani dan Ibu Rosa tampak panic melihat kondisi anaknya. Penghasilan keluarga Bapak Dani : 400rb/bln Ibu Rosa : 200rb/bln

Tidak mengetahui Ketidakmampuan keluarga penyakit berasal dari mengambil keputusan. makanan yang gizinya sedikit dan factor lingkungan.

3.

Ketidakseimbang Ketidak mampuan keluarga sumber-sumber merawat anggota keluarga dalam keluarga dalam yang sakit. hal keuangan dan tidak mengetahui cara merawat malnutrisi.

III.

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah b/d Kurang pengetahuan tentang penyakit gizi buruk d/d DS : Bapak Dani mengatakan tidak tau penyebab penyakit yang diderita anaknya,Ibu Rosa mengatakan tidak tau dampak yang ditimbulkan penyakit yang diderita anaknya.DO Bapak Dani tidak mampu mengenal tentang tanda dan gejala, etiologi, patofisiologi, dan komplikasi gzi buruk,Bapak dan Ibu lulusan SD, Ibu sering bertanya kepada perawat tentang penyakit anaknya,BAB 1x/i,TTV : TD : 110/80 mmHg, RR :20x/i,Suhu : 370C, HR : 120x/I, BB10 kg , TB : 60 cm. 2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.b/d Tidak mengetahui penyakit berasal dari makanan yang gizinya sedikit dan factor lingkungan.d/d DS :bapak Dani mengatakan tidak membawa anaknya berobat. bapak Dani mengatakan tidak sanggup memilih tindakan diantara pilihan.DO : Usia Riko 3 tahun, Bapak dan Ibu lulusan SD,Keluarga tidak membawa Riko berobat ke RS.

3. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit b/d Ketidakseimbang sumber-sumber dalam keluarga dalam hal keuangan dan tidak mengetahui cara merawat malnutrisi d/d DS : ibu rose mengatakan tidak mempunyai banyak waktu untuk merawat riko kerumah sakit ,Ibu Rosa mengatakan tidak ada uang untuk membeli susu tambahan dan vitamin. DO : Bapak Dani dan Ibu Rosa tampak panic melihat kondisi anaknya.Penghasilan keluarga: Bapak Dani : 400rb/bln dan Ibu Rosa : 200rb/bln Skoring Prioritas Masalah : 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah b/d Kurang pengetahuan tentang gizi buruk. NO. KRITERIA 1. a. Sifat masalah : Ancaman Kesehatan SKALA 2 BOBOT 1 SKORING 2/3x1 = 2/3 PEMBENARAN kurang informasi mendapat yang tepat

mengenai tindakan yang dilakukan jika masalah kesehatan muncul dalam keluarga b.Kemungkinan masalah dapat diubah: Hanya sebagian 1 2 1/2x2 = 1 Kurangnya sumber daya keluarga terhadap

keuangan,tenaga, sarana dan prasarana.

c. Potensial masalah 3 untuk dicegah : Cukup

3/3x1 = 1

Keluarga

mau

diajak

kerjasama (kooperatif)

d.Menonjolnya masalah 2 : Masalah berat, harus segera ditangani

2/2x1 =1

Bila

tidak

segera dapat kematian

ditangani, meyebabkan pada klien.

Total

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.b/d Tidak mengetahui penyakit berasal dari makanan yang gizinya sedikit dan factor lingkungan..

NO 2.

KRITERIA a. Sifat masalah : Ancaman Kesehatan

SKALA 2

BOBOT 1

SKORING

PEMBENARAN

2/3X 1 = Malnutrisi adalah penyakit 2/3 yang dapat menyebabkan kematian jika tidak diatasi dengan segera

b.

Kemungkinan 1 dapat hanya

1/2x2 = 1

Keluarga klien tidak tahu bahwa pentingnya

masalah diubah: sebagian

pemberian gizi pada klien

c. Potensial masalah 1 untuk Cukup dicegah :

1/3x 1 = 1/3 Keluarga kooperatif dalam penyuluhan penatalaksanaan dan

d.Menonjolnya masalah : Masalah tidak dirasakan

0/1x 2 = 0

Keluarga tidak mengetahui tentang penyakit mallnutrisi

Total

3. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit b/d Ketidakseimbang sumber-sumber dalam keluarga dalam hal keuangan dan tidak mengetahui cara merawat malnutrisi

NO 1.

KRITERIA a. Sifat masalah : kurang

SKALA 3

BOBOT 1

SKORING 3/3X 1 = 1

PEMBENARAN Keluarga kurang mampu memenuhi sandang pangan dari yang perhari pendapatan diterima

b.

Kemungkinan 1 dapat hanya

1/2x2 = 1

Keluarga mengetahui dengan jelas

masalah diubah: sebagian

tentang fasilitasfasilitas

c. Potensial masalah 1 untuk Cukup dicegah :

1/3x 1 = 1/3

kesehatan ada tetapi di

yang sekitar

penghasilan yang tidak memadai, d.Menonjolnya masalah : Masalah tidak dirasakan 0 1 0/1x 2 = 0 tidak mengetahui secara luas

tentang masalah yang Total 2 1/3 terjadi :

sifat, berat dan luasnya masalah.

Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan pada keluarga Bapak Pitung adalah sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah b/d Kurang pengetahuan tentang gizi buruk. 2. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit b/d Ketidakseimbang sumber-sumber dalam keluarga dalam hal keuangan dan tidak mengetahui cara merawat malnutrisi 3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.b/d Tidak mengetahui penyakit berasal dari makanan yang gizinya sedikit dan factor lingkungan..

DAFTAR PUSTAKA

Sry Setyowati dan Arita Murwani. Asuhan keperawatan keluarga, Konsep dan Aplikasi Kasus.

Wahit Iqbal Mubarak dkk. (2005). Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Teori dan Aplikasi Dalam Praktik.

You might also like