You are on page 1of 33

GeotropismeGeotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi (geo= bumi).

Jika arah geraknya menuju rangsang disebut geotropisme positif,misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika arah geraknya menjauhi rangsangdisebut geotropisme negatif, misalnya gerak tumbuh batang menjauhi tanah.

PENDAHULUAN Tumbuhan merupakan makhluk hidupyang tidak dapat berpindah tempat secaraaktif. Pergerakan tanaman dilakukan olehsebagian organ-organnya atau seluruh organtumbuhan. Pergerakan ini dipengaruhi olehfaktor rangsangan dari luar seperti cahaya,sentuhan dan gravitasi bumi juga dari dalambagian tumbuhan sendiri seperti pergerakansitoplasma sel. Fototropisme adalah gerakbagian tumbuhan karena rangsangan cahaya.Gerak bagian tumbuhan yang menuju ke arahcahaya disebut fototropisme positif. Misalnyagerak ujung batang tumbuhan yangmembelok ke arah datangnya cahaya (A nonim,2009). Pada banyak spesies dapatdiketahui bahwa tanaman dapat mengaturpemunculan daunnya secara aktif menujuarah datangnya cahaya. Fenomena inilah yangdisebut dengan fototropisme (K ahlen,2009).Permasalahan yang akan dibahaspada praktikum kali ini adalah bagaimanamengetahui arah perkecambahan karenapengaruh cahaya.Praktikum ini bertujuan untukmengetahui arah perkecambahan karenapengaruh cahaya. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan tanaman dipengaruhipanjang gelombang, durasi ( lama penyinaran),intensitas, dan arah datangnya sinar cahaya (C hory, 1997). Secara fisiologis, cahayamempengaruhi baik langsung maupun tidaklangsung bagi tubuh tanaman. Pengaruhnyapada metabolisme secara langsung melaluifotosintesis. Sedangkan pengaruh tidaklangsungnya melalui pertumbuhan danperkembangan tanaman yang merupakanrespon metabolik dan lebih kompleks ( Fitterdan Hay, 1991) ( Sulistyaningsih, 2005).Pancaran energi yang dibutuhkan olehtanaman terbatas seluruhnya pada spektrumcahaya tampak ( panjang gelombang 400-700nm). Setiap warna cahaya memiliki panjanggelombang yang berbeda. Semakin panjanggelombangnya, maka energi yangdikandungnya semakin kecil. Energi cahayadari tinggi ke rendah berturut-turut adalahinfra merah (IR ), merah, oranye, kuning, hijau,biru, violet, ultra violet (UV )

( Suseno, 1974) ( Sulistyaningsih, 2005).Sitokrom p450 berperan langsungdalam fototropisme sebagai sistemrangsangan cahaya biru ( Sperry, 1999

R espon pertumbuhan dapatmengakibatkan suatu bagian tumbuhan lebihcepat tumbuh dari bagian yang lain. R espontersebut menghasilkan gerakan yang pastinamun relatif lambat. Salah satu gerakanpertumbuhan sebagai respon terhadaprangsangan dari luar dari tropisme. Tropismemerupakan gerakan pertumbuhan sebagiananggota tubuh tanaman yang ditentukan oleharah datangnya rangsang yang mengenainya.Bila bagian tubuh tersebut mengarah kearahasal rangsang maka dinilai sebagai responyang positif dan bila berlawanan arah makadinilai sebagai respon yang negatif (K imball,1992). Fototropisme kuncup utama padakebanyakan tanaman yang tumbuh di tempatterbuka dilakukan untuk berkembang kearahvertikal, meskipun batangnya sering tumbuhsecara horizontal. Jika sebuah kotak diisitanaman yang tumbuh secara vertikal danlubang dibuat agar cahaya dapat masuk darisalah satu sisi, maka ujung taaman mulaimembengkok kearah cahaya. Pada beberapasaat bila kotak tersebut dipindahkan dengankompensasi pertumbuhamn pembengkokandikarenakan ujung tanaman tumbuh secaravertikal. Pergerakan pertumbuhan kearahcahaya disebut fototropisme positif,sedangkan pergerakan tumbuhan menjauhicahaya disebut fototropisme negatif. Pucukdan kuncup ujung beberapa tanamanmerupakan fototropisme positif, namun akansangat sensitif dengan cahaya ( Salisbury,1995)

PEMBAHASAN Praktikum fototropisme bertujuanuntuk mengetahui arah perkecambahankarena pengaruh cahaya. Bahan yangdigunakan adalah biji kacang hijau ( Phaseolusradiatus ) dan biji kedelai ( Soya max ).Penggunaan dua jenis biji ini digunakan untukmengetahui pengaruh cahaya pada arahperkecambahan kedua macam biji . Praktikum dilakukan denganperendaman biji kacang hijau dan kedelai kedalam air selama 1 jam, hal ini bertujuanuntuk mematahkan masa dormansi biji, mempermudah proses imbibisi air yangmerupakan awal proses perkecambahan, danmempercepat aktifnya enzim endogen yangada dalam biji. Pemilihan biji sangatmenentukan apakah biji tersebut dapattumbuh atau tidak. Pemilihan biji yang baikdilakukan dengan cara mengambil biji yangtenggelam pada saat direndam pada airselama 1 jam. Biji yang tenggelam disebutsebagai biji yang baik karena pada biji yangtenggelam tidak ada ruang kosong di dalambiji tersebut dan sebaliknya pada biji yangtidak tenggelam bagian dalam biji ada ruangkosong.Botol Nescafe sebanyak enam buahdisiapkan dan dibersihkan. Tiga gelas untukbiji kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) dan tigagelas untuk biji jagung ( Soya max) . Masing-masing gelas diberi tiga perlakuan yangberbeda, yaitu gelas dibiarkan terbuka dantidak ditutup dengan kertas karbon ( sebagaicontrol), gelas yang lain ditutup dengan kertaskarbon pada seluruh sisi gelas dan gelasterakhir ditutup dengan kertas karbonseluruhnya namun bagian tengahnyadilubangi. Pemberian tiga perlakuan yangberbeda bertujuan untuk mengetahuiperbedaan arah pertumbuhan pada masing-masing biji and membandingkan morfologimasing-masing tanaman. Biji ditanam padamedia kapas yang telah dibasahi air. K apasdigunakan sebagai media perkecambahan biji,dan air yang berada di kapas digunakansebagai sumber air bagi biji tersebut untukproses perkecambahan, karena untuk dapatberkecambah biji membutuhkan air dancahaya. Pemberian air tidak boleh terlalubanyak agar tidak terjadi pembusukan padabiji. K emudian biji kacang hijau dan biji jagungdimasukkan pada gelas Nescafe masing-masing 10 biji. Setelah semua biji dimasukkan,gelas ditutup dengan aluminium foil padabagian mulut gelas. Hal ini bertujuan untukmencegah penguapan air dari kapas. K

emudian diberi label pada masing-masingbotol supaya tidak tertukar dan mudah untukdiketahui. Pertumbuhan biji diamati selamasatu minggu tanpa membuka tutup aluminiumfoil.Pada praktikum botol yang tidakditutup dengan kertas karbon berfungsisebagai kontrol digunakan untukmembandingkan arah pertumbuhan antarabiji yang terkena cahaya matahari secaralangsung ( terbuka) dengan biji yang tidakterkena cahaya matahari ( tertutup penuhataupun sebagian). Gelas yang dilapisi kertaskarbon pada semua sisinya ( tertutup penuh)berfungsi untuk mengetahui prosesperkecambahan yang terjadi, arahpertumbuhan dan pergerakan tumbuhantanpa adanya cahaya matahari, sedangkangelas yang dilapisi kertas karbon yang padabagian tengah kertas dilubangi ( tertutupsebagian), berfungsi untuk mengetahui prosesperkecambahan, arah pertumbuhan danpergerakan tumbuhan yang mendapat sedikitpengaruh cahaya matahari.Pada pengamatan yang dilakukanselama tujuh hari didapatkan pada biji kacanghijau ( Phaseolus radiatus ) kontrol terjadipertumbuhan pada semua biji, dimanaperkecambahan yang paling panjang terjadipada biji ke-9, yaitu sebesar 12,5 cm.Sedangkan panjang kecambah yang palingpendek terjadi pada biji ke-4 adalah 2,5 cm. Dari pengamatan morfologi didapatkan daunberwarna hijau segar semua, batang bewarnaputih dengan struktur batang halus, akarberupa akar tunggang yang bercabang, danarah pertumbuhan lurus ke atas.

Pada pengamatan yang dilakukanselama tujuh hari didapatkan pada biji kedelai ( Soya max) ditanam pada gelas yang dilapisikertas karbon pada semua sisinya ( tertutuppenuh) terjadi pertumbuhan pada 8 biji,dimana perkecambahan yang paling panjangterjadi pada biji ke-3, yaitu sebesar 25, 6 cm.Sedangkan biji yang terpendek sebesar 19,5cm. 2 biji yang lainnya berjamur. Daripengamatan morfologi didapatkan daunberwarna kuning, batang berwarna putihdengan struktur batang halus, akar bercabangdari pangkal, dan arah perkecambahan keatas dengan batang tengah yang melengkung. Mekanisme Fototropisme Fototropisme kuncup utama padakebanyakan tanaman yang tumbuh di tempatterbuka dilakukan untuk berkembang kearahvertikal, meskipun batangnya sering tumbuh 00.10.20.30.40.50.61 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0

K .H I J AUK EDEL AI

secara horizontal. Jika sebuah kotak diisitanaman yang tumbuh secara vertikal danlubang dibuat agar cahaya dapat masuk darisalah satu sisi, maka ujung taaman mulaimembengkok kearah cahaya. Pada beberapasaat bila kotak tersebut dipindahkan dengankompensasi pertumbuhamn pembengkokandikarenakan ujung tanaman tumbuh secaravertikal. Pergerakan pertumbuhan kearahcahaya disebut fototropisme positif,sedangkan pergerakan tumbuhan menjauhicahaya disebut fototropisme negatif. Pucukdan kuncup ujung beberapa tanamanmerupakan fototropisme positif, namun akansangat sensitif dengan cahaya ( Salisbury,1995).Tabel 3 : K acang Hijau Dan K edelai Di TempatGelap A danya biji jagung yang tidak tumbuh ( membusuk) atau tidak mengalamiperkecambahan dimungkinkan karena kualitasbiji yang tidak bagus, sehingga tidak dapatmelakukan penyerapan air dengan baik. K ematian pada biji ini dapat disebabkankarena beberapa hal, yaitu:V iabilitas biji yang rendah.- Perendaman biji yang terlalu lama,menyebabkan masuknya air berlebih ke dalambiji.-

K apas yang digunakan tidak sterilK apas terlalu basah sehingga kondisi didalam gelas terlalu lembab dan mempercepattumbuhnya jamur.Dari hasil pengamatan yang dilakukanterlihat bahwa pada gelas terang ( kontrol),rata-rata pertumbuhan kacang hijau tumbuhpaling panjang dibandingkan dengan gelapseluruhnya dan gelap sebagian. Seharusnyayang mengalami pertumbuhan paling panjangadalah biji yang berada dalam tempat gelapkarena hormon auksin dapat bekerjamaksimal pada tempat yang berkosentrasirendah yaitu ruang yang gelap dan cahayamatahari yang tidak terlalu banyak.Hormonauksin dapat menghambat pertumbuhantanaman apabila berada pada daerah dengankonsentrasi tinggi dan auksin dapat rusak. Halinilah yang menyebabkan batang membelokke arah datangnya sinar bila diletakkanmendatar, karena bagian yang tidak terkenasinar pertumbuhannya lebih cepat dari bagianyang terkena sinar sinar, akibatnya batangmelengkung ke arah datangnya sinar. Gambar 6. Peranan auksin terhadapfototropismeWarna daun berbeda pada tiapperlakuan terbuka, tertutup sebagian dantertutup penuh yaitu hijau, hijau kekuningandan kuning menunjukkan adanya perbedaanterhadap penyerapan cahaya pada masing-masing tumbuhan. Warna kuning pada daunterjadi karena kurangnya cahaya yang masuksehingga kecambah mengalami etiolasi, yaitumenguningnya daun dan batang tumbuhanakibat pertumbuhan di tempat gelap ( kurangcahaya), sedangkan warna hijau dan hijaukekuningan menunjukkan adanya penyerapancahaya yang dilakukan oleh daun tanaman. K otiledon masih ditemukan pada beberapakecambah yang telah tumbuh sebagaicadangan makanan selama daun belumtumbuh dan dapat melakukan fotosintesissecara sempurna. 0510152025301 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 K .H I J AUK EDEL AI

Gambar 6. FotosintesisTanaman yang berada di tempat gelaptidak dapat melakukan berfotosintesis karenatidak mendapatkan cahaya matahari samasekali, sehingga tidak ada energi yangdihasilkan dan tanaman menjadi pucat.Tanaman di tempat gelap hanya mendapatenergi dari kotiledon/endosperm, tetapiterbatas. Jika energi sudah habis digunakandan tanaman tetap belum dapatberfotosintesis maka tanaman akan mati.Perkecambahan biji bergantung padaimbibisi. A ir yang berimbibisi menyebabkanbiji mengembang dan memecahkan kulitpembungkusnya dan juga memicu perubahanmetabolik pada embrio yang menyebabkanbiji tersebut melanjutkan pertumbuhan.Organ pertama yang muncul dari biji yangberkecambah adalah radikula, yaitu akarembrionik.Faktor dari luar yang mempengaruhipertumbuhan dan perkembangan tanamanantara lain: air dan mineral, kelembaban,suhu, reproduksi dan cahaya. Faktor dari dalam yang menentukanpertumbuhan dan perkembangan tanamanantara lain: faktor hereditas, hormon asamabsisat, auksin, sitokinin, etilen, giberelin. Gambar 7. Fototropisme A rah perkecambahan menuju arahlubang cahaya menunjukkan adanya peristiwafototropisme. Fototropisme adalah geraktropisme yang disebabkan oleh rangsanganberupa cahaya matahari. Selain itu,fototropisme ini berkaitan erat dengan zattumbuh yang terdapat pada ujung tumbuhanyang disebut auksin. Pada sisi batang yangterkena cahaya, zat tumbuh lebih sedikitdaripada sisi batang yang tidak terkenacahaya. A kibatnya, sisi batang yang terkenacahaya mengalami pertumbuhan lebih lambatdaripada sisi batang yang tidak terkenacahaya sehingga batang membelok ke arahcahaya karena auksin di

bagian yang terkenasinar matahari mengalami penguraiansehingga pertumbuhan pada bagian tersebutterhambat. Sebaliknya, auksin pada sisi yangtidak terkena sinar tetap bekerja normal. K ecepatan pembelahan yang tidak sama antarkedua sisi tanaman tersebut menyebabkantanaman membelok ke arah cahay

geotopisme

latar dlakamg Arah pertumbuhan (pergerakan) tanaman sangat dipengaruhi oleh stimulus lingkungan yang diterima oleh tanaman, seperti cahaya matahari, sentuhan, ketersediaan air. Stimulus yang ada akan diterima oleh tanaman melalui sensor-sensor yang dimilki tanaman sehingga tanaman dapat merespon stimulus yang datang. Sebagai conyoh, pada pucuk tanaman sensor yang ada akan merespon datangnya cahaya, sehingga pucuk tanaman akan tumbuh ke arah cahaya, yang dikenal dengan fototropisme. Di ujung akar tanaman terdapat sensor yang memungkinkan tanaman merespon adanya gravitasi bumi, yang karenanya arah pertumbuhan akar membelok ke arah pusat bumi. Gerakan tanaman ini disebut geotropisme.

Tinjauan Pustaka Geotropisme adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang-cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik. Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife. Teori cholodny went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa auksin dipindahkan dari belahan atas batang kebelahan bawah bila batang diubah dari posisi vertikal keposisi horizontal. Sebagian geotropisme diarahkan pada akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Darwin (1980) Lentil (lens) memberikan respon terhadap garvitasi bila pucuk akarnya dipotong, sampai meristem akar dan tudung akar terbentuk kembali. Bila tudung akar jagung atau spesies lain dihilangkan dengan menggunakan teknik bedah menghambat pertumbuhan akar, tidak terjadi respon gravitropik sampai tudung yang sama atau tudung lain diganti atau tudung baru tumbuh kembali. Seperti halnya makhluk hidup lainnya, tumbuhan juga melakukan gerak. Namun gerak tumbuhan tidak seperti gerak pada makhluk hidup lain berupa perpindahan tempat. Tumbuhan tinggi hanya bergerak pada bagian bagian tertentu dari tubuhnya, seperti bengkoknya batang, dahan dan akar, melipatnya daun. Secara garis besar, gerak dibagi menjadi gerak Autonom atau Endonom yaitu gerak yang terjadi secara spontan tanpa rangsangan dan gerak Etionom akibat adanya rangsangan.

Geotropi adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang-cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik. Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife. Gravitropisme dibagi menjadi dua, yaitu gravitropisme positif (gerakan pertumbuhan akar menuju arah gravitasi bumi dan gravitropisme negatif (gerakan pertumbuhan akar menjauhi gravitasi bumi. Namun pada umumnya akar bersifat gravitropisme positif. (Dwidjoseputro, D. 1985) Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah. (Heddy, S. 1996) Jika kita letakkan suatu pot berisi kecambah dalam posisi mendatar, maka ujung kar akan membelok ke pusat bumi (geotropi yang positif), sedang ujung batang akan membelok keatas (geotropi yang negatif). Kejadian ini ada hubungannya dengan distribusi auksin juga. Kesimpulannya adalah kadar auksin yang tinggi menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan tetapi menghambat sel-sel akar. Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah. Gaya berat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar dan batang. Hal in dapat terlihat dengan meletakkan kecambah tanaman secara horizontal. Setelah beberapa lama, akar akan melengkung ke bawah. Sedangkan ujung batang akan bengkok ke atas (Sutarmi, 1985). Batang utama atau batang tanaman biasanya tumbuh 180 o dari pusat gravitasi bumi. Sedangkan cabang, tangkai dauun, rimpang dan stolon biasanya lebih mendatar. Perbedaan arah tumbuh tersebut menyebabkan tumbuhan dapat mengisi ruang sehingga dapat menyerap CO2 dan cahaya sangat efektif. Hal ini merupakan suatu bentuk respon tanaman terhadap kondisi lingkungan (Salisburry and Ross, 1995).

Pembahasan Dari hasil pengamatan maka dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan pada perlakuan dipotong lebih cepat pertumbuhannya dari pada perlakuan tanpa dipotong. Karena perlakuan pengukuran yang tidak sama panjang mengakibatkan sulit terdeteksi dengan jelas pertambahan panjang, banyaknya kesalahan praktikan mengakibatkan data yang dihasilkan tidak lengkap, diantaranya tidak diukurnya sudut pembengkokan, sehingga tidak dapat melihat besarnya sudut geotropisme yang terjadi. Pada pengamatan untuk sampel didapatkan hasil seperti yang tertera pada table hasil pengamatan. Meskipun tidak diukur besarnya sudut yang terjadi tetapi dapat mengamati pembengkokan yang terjadi. Pada perlakuan ujung benih dipotong akan terjadi pembengkokan. Pembengkokan disebabkan oleh penyebaran subtansi pendorong tumbuh yang tidak merata, sisi yang menerima lebih banyak akan tumbuh lebih cepat. Jika ujung batang dipotong dan tidak dikembalikan maka pertambahan panjang benih akan terhenti. Ini menunjukkkan bahwa subtansi yang mendorong pertumbuhan berfungsi sebagai hormon. Sisi bawah dari ujung batang menerima lebih banyak hormon daripada sisi sebelah atas sebagai akibat dari pengaruh gaya berat. Jadi sel-sel pada sisi bawah itu lebih giat mengadakan pengembangan daripada sel-sel sebelah atas. Maka sebagai hasil akhir pembelokan ujung batang kearah atas. Namun pada akar akibat dari konsentrasi hormon auksin atau hormon tumbuh yang efektif bagi ujung batang itu justru menghambat pertumbuhan akar, dengan kata lain dosis auksin yang terlalu banyak disisi bawah malah menghambat pertumbuhan sel-sel akar. Perbedaan reaksi jaringan akar dan batang terhadap konsentrasi auksin yang tinggi dan rendah merupakan dasar dari perbedaan respon tumbuh pada kedua organ tersebut. Sebab dari perbedaan respon jaringan akar dan batang terhadap auksin belum diketahui. Dapat disimpulkan bahwa pembengkokan disebabkan oleh pertumbuhan differensiasi pemanjangan didaerah ujung tepatnya dibelakang. Maka respon tumbuh pada tumbuhan yang diletakkan horizontal. Batang adalah geotropi negatif, sedangkan akar adalah geotropi positif.

Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu geotropisme adalah reaksi tumbuhan terhadap rangsangan gaya berat. Reaksi tumbuh pada tumbuhan yang diletakkan horizontal. Batang adalah geotropisme negatif sedangkan akar adalah geotropi positif. Pembengkokan pada akar terjadi karena efek dari auksin yang penyebarannya tidak merata pada sisi akar tersebut. Dalam akar, pengaruh auksin biasanya menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah. Akibat dari adanya gaya geotropi auksin banyak dipindahkan dari atas batang belahan bawah bila batang diubah dari posisi vertikal ke posisi horizontal. Gerak geotropisme pada tumbuhan berhubungan langsung dengan distribusi dan tingkat konsentrasi auksin dalam akar dan batang.

Daftar Pustaka Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta. Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Salisbury dan Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung. Suharjo, Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Universitas Bengkulu: Bengkulu.

Fototropisme adalah pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme adalah pertumbuhan koleoptil rumput menuju arah datangnya cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari tanaman monokotil yang berfungsi sebagai pelindung lembaga yang baru tumbuh. Beberapa hipotesismenyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat dibandingkan dengan selsel pada sisi lebih terang karena adanya penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptor yang memicu respons pertumbuhan.

geotropisme
ini laporan geotropisme dengan acc termantapp, ambil aja ni dari sini :D

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pergerakan tumbuh tanaman menuju atau menjauhi gravitasi bumi merupakan contoh dari geotropisme. Akar merupakan geotropisme positif, akar primer lebih umum daripada akar sekunder. Akar tersier dan bulu akar sangat geotropik dan oleh karena itu tumbuh hampir

horizontal. Ini berbeda antara variasi jenis akar yang tumbuh tegak ke bawah di dalam tanah (Salisbury and Ross, 1991). Akar tanaman tumbuh atau berkembang pada tunas dengan pertumbuhan ke bawah dan ke atas. Pertumbuhan tersebut adalah respon nornal terhadap kekuatan gravitional. Pertumbuhan yang jauh dari pusat bumi adalah geotropisme negatif dan pertumbuhan akar yang menunjukkan beberapa respon geotropik ialah pada pertumbuhan batang seperti rimpang dan stolon pada sudut kanan medan gravitasi yang disebut disgeotropik. Cabang lateral sering menjadi berorientasi pada sudut 900, sebuah gerakan pertumbuhan dalam menanggapi gravitasi tersebut plagiogeotropisme. Organ tanaman sedikit yang benar-benar geotropik (Ting, 1982).

Pengaruh gaya berat terhadap arah pertumbuhan akar dan batang dapat diperlihatkan dengan meletakkan kecambah suatu tanaman secara horizontal, tunas batangnya akan melengkung ke bawah. Gerakan geotropik ini juga disebabkan karena pengaruh auksin terhadap pertumbuhan (Tjitrosomo, 1990). Fenomena geotropisme ini juga terjadi pada ketidakseimbangan distribusi hormon. Bagian ujung pertumbuhan akar dan batang merespon gravitasional. Sel-sel yang berperan dalam geotropisme ini adalah amyloplast, termasuk butir pati, yang berada pada bagian bawah sel. Saat butir pati berat, amyloplast terakumulasi pada bagian bawah (Nadakavkaren and McKane, 1990). Respon dari geotropik terjadi secara universal. Saat seluruh tubuh tanaman berada pada posisi horizontal, batangnya akan segera mengarah ke atas dan akarnya mengarah ke bawah. Dahulu pembengkokan akar tanaman ke arah bawah diketahui akibat berat dari akar tanaman tersebut. Tapi, sekarang telah ditetapkan bahwa pembengkokan ke arah bawah hanya mungkin terjadi akibat geotropik (Pradhan, 2001).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh rangsangan gravitasi bumi terhadap pembengkokan akar tanaman jagung (Zea mays L.) Kegunaan Percobaan

Adapun kegunaan dari percobaan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Petanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Gravitropisme adalah gerakan petumbuhan oleh organ tanaman, diorientasikan pada gaya akselerasi gravitasi. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pertumbuhan batang mengarah ke atas sedangkan pertumbuhan akar berlawanan, yaitu mengarah ke bawah. Orientasi ini tidak hanya berlaku pada posisi vertikal permukaan bumi (Mohr and Schopfer, 1995). Betapa besar pengaruh cahaya terhadap geotropi akar, dapat dilihat dengan percobaan perkecambahan di dalam pemiaraan air. Hormon yang ada di bagian batang dilemahkan oleh cahaya, sedang hormon yang terdapat di dalam bagian akar dipergiat oleh cahaya (Dwidjoseputro, 1980).

Dari percobaan Charles Darwin menunjukkan bahwa jika ujung akar dipotong, tidak ada respon pada rangsangan gravitasi dan asal persepsi dari rangsangan (ujung) berbeda dengan asal respon (daerah pemanjangan sel) 1995). Bila respon akar dan batang tumbuhan yang diletakkan horizontal diperbandingkan, akar akan bereaksi geotropisme positif, sedang batang geotropisme negatif. Pada kedua keadaan tersebut, posisi horizontal mengakibatkan perpindahan IAA ke belahan bawah batang dan akar. Konsentrasi yang tinggi pada bagian bawah akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan konsentrasi IAA di belahan atas mendorong pemanjangan sel. Hasil akhir dari kedua pengaruh ini, akar mebengkok ke bawah. Penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda dari IAA. Sisi tanaman yang disinari mengandung IAA lebih rendah daripada sisi gelap. Akibatnya sel-sel pada sisi yang gelap tumbuh lebih memanjang daripada sel-sel yang disinari (Heddy, 1989). Auksin bersama dengan hormon pertumbuhan tanaman (ZPT), dapat berpengaruh pada gravitropisme. Pada akar muda, jika tudung akar dibuang, maka akar tidak akan membengkok ke bawah. Jika tudung akar dikembalikan, maka akar akan membengkok ke bawah menuju pusat bumi. Perpanjangan sel akar tidak akan berhenti jika hanya tudung akar dibuang, bisa saja, selnya tumbuh menjadi lebih cepat (Starr, 2001). hingga tudung akar terbentuk kembali (Pandey and Sinha,

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada ketinggian 25 m dpl, dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Desember 2011 pada pukul 08.00 WIB sampai dengan hari Senin, 19 Desember 2011 pukul 08.00 WIB. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji jagung yang telah dikecambahkan selama 3 hari sebagai objek yang akan diteliti, kertas tissue sebagai media perkecambahan, dan air untuk melebabi kertas tissue.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah lempeng kaca sebagai alas perkecambahan, gunting kecil untuk memotong ujung akar, karet gelang utnuk mengikat kecambah pada lempang kaca, dan kamar gelap sebagai tempat kecambah agar tidak terkena sinar matahari.

Prosedur Percobaan

Diambil 3 buah lempeng kaca, dilapisi dengan kertas tissue lalu dibasahi sampai lembab. Diikat karet gelang 3 buah vertikal dan 3 buah horizontal. Diikat kecambah jagung pada tiap titik pertemuan karet gelang dengan arah lembaga menghadap ke atas.

Diamati dan digambar kecambah kecambah pada 0 jam (sebelum dimasukkan ke kamar gelap). Dimasukkan kedua lempeng kaca ke kamar gelap selama 48 jam, setelah itu diamati dan digambarkan.

Dipotong semua akar kecambah jagung pada salah satu lempeng sepanjang 3 mm. Diputar ketiga lempeng kaca sebesar 90o searah jarum jam sehingga kedudukan kecambah horizontal dan dimasukkan kembali ke kamar gelap

Setelah 48 jam diamati kembali dan digambarkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Lempeng I ( 0 Jam) Lempeng I ( 48 Jam ) Lempeng I ( 48 Jam, setelah diputar 900)

Lempeng II ( 0 Jam) Lempeng II ( 48 Jam ) Lempeng II ( 48 Jam, setelah diputar 900)

Lempeng III ( 0 Jam) Lempeng III ( 48 Jam ) Lempeng III ( 48 Jam, setelah diputar 900)

Pembahasan

Dari data yang diperoleh pada pengamatan, di dapat bahwa perlakuan 48 jam pada lempeng I yang kamar gelapnya tertutup meruapkan perlakuan yang tepat pada kegiatan geotropisme, begitu juga pada lempeng II dan lempeng III terlihat bahwa akar tanaman menunjukkan rangsangan geotropisme positif, yaitu mengarah ke pusat bumi, sedangkan bagian tunas batang menunjukkan geotropisme negatif, yaitu menjauhi gravitasi bumi. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1991) yang menyatakan bahwa pergerakan tumbuh tanaman menuju atau menjauhi gravitasi bumi merupakan contoh dari geotropisme. Akar merupakan geotropisme positif. Dari data yang diperoleh pada pengamatan, didapat bahwa dengan perlakuan 48 jam yang diputar 900 , diperoleh data bahwa meskipun lempeng kaca diputar 900 sehingga berada pada posisi horizontal, akar tanaman tetap mengarah ke pusat bumi dan tunas batang tetap mengarah ke atas. Hal ini sesuai dengan literatur Heddy (1989) yang menyatakan bahwa bila respon akar dan batang tumbuhan yang diletakkan horizontal, diperbandingkan, akar akan bereaksi geotropisme positif, sedang batang geotropisme negatif. Pada percobaan lempeng II dengan perlakuan 48 jam dengan diputar 900 dan ujung akar dipotong sepanjang 3 mm,dan pada kamar gelap dengan setengah cahaya, terlihat bahwa arah pertumbuhan akar tetap horizontal, tidak membengkok ke bawah atau ke pusat bumi. Ini karena terganggunya transportasi zat tumbuh seperti IAA dan menyebabkan hilangnya rangsangan akar terhadap literatur gravitasi dan tidak terjadi gerak geotropisme. Hal ini sesuai dengan

Pandey dan Sinha (1995) yang menyatakan bahwa percobaan Charles

Darwin menunjukkan bahwa jika ujung akar dipotong, tidak ada respon terhadap rangsangan

gravitasi dan asal persepsi dari rangsangan (ujung) berbeda dengan asal respon (daerah pemanjangan sel) hingga tudung akar terbentuk kembali. Pada percobaan lempeng III dengan perlakuan 48 jam dengan diputar 900 dan ujung akar dipotong sepanjang 3 mm, dan pada kamar gelap dengan cahaya yang cukup (terbuka), terlihat bahwa arah pertumbuhan akar tetap horizontal. Dan juga tidak mengalami perubahan terhadap pembengkokan ke bawah atau ke pusat bumi. Hal ini dikarenakan penyinaran sepihak seperti pada perlakuan seperti ni, dapat menyebabkan perangsangan yang berbeda dari IAA. Hal ini sesuai dengan literatur Heddy (1989) yang menyatakan bahwa penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda dari IAA. Sisi tanaman yang disinari mengandung IAA lebih rendah daripada sisi gelap. Akhirnya sel-sel pada sisi yang gelap, tumbuh lebih memanjang daripada selsel yang disinari. Pada lempeng I, II, dan III terlihat jelas bahwa kegiatan geotropisme sebenarnya terjadi pada tempat yang gelap. Yaitu pada lempang I, begitu juga pada lempeng II, tidak seluruhnya akar tanaman atau tunas berkembang dengan pertumbuhan ke atas dan ke bawah. Sedang pada lempeng III, karena banyaknya distribusi cahaya, sehingga akar tidak berkembang. Apalagi setelah dilakukan perputaran 900 , tidak mempengaruhi perkembangannya, karena sekali lagi respon cahaya yang mempengaruhinya. Walaupun cabang lateral sering berorientasi pada sudut 900. Hal ini sesuai dengan literatur Ting (1982) yang menyatakan bahwa akar tanaman, tumbuh atau berkembang pada tunas dengan pertumbuhan ke atas dan ke bawah. Bagian tanaman yang paling menunjukkan beberapa respon geotropik ialah pada pertumbuhan batang seperti rimpang dan stolon pada sudut kanan medan gravitasi yang disebut diageotropik, sebuah gerakan pertumbuhan dalam menanggapi gravitasi tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada perlakuan 0 jam, kecambah jagung diarahkan pada arah ayng horizontal. 2. Pada perlakuan 48 jam, terlihat bahwa pada lempeng I tunas batang kecambah jagung tumbuh ke atas, sedangkan akarnya tumbuh ke bawah menuju pusat bumi. Begitu juga pada lempeng II,

walaupun radikula dan plumula yang keluar tidak sebanyak pada lempeng I, sedang pada lempeng III tidak begitu mengalami perkembangan. 3. Pada perlakuan 48 jam diputar 90o, seluruh lempeng terlihat bahwa pada posisi horizontal akar tetap mengarah ke pusat bumi. 4. Pada perlakuan 48 jam diputar 90o yang sebelumnya dipotong akarnya sepanjang 3 mm, tampak bahwa akar tumbuh horizontal, tidak mengarah ke pusat bumi. 5. Dengan perlakuan kamar gelap, penumpukan auksin terjadi dengan cepat sehingga proses pembengkokan akar juga cepat terjadi. Saran Sebaiknya perlakuan pada perputaran 90o dan pemotongan 3 mm setelah 48 jam dilakukan dengan benar dan cermat, agar diperoleh perbandingan yang jelas terhadap gerak geotropisme pada akar.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta. Mohr, H. and P. S. Schopfer. 1995. Plant Physiology. Springer, Hong Kong. Nadakavukaren, M. and D. McCracken. 1990. Botany. West Publishing Company, Saint Paul. Pandey, S. N. and B. K. Sinha. 1995. Plant Physiology. Vikas Publishing House Pvt. Ltd., New Delhi

Pradhan, S. 2001. Plant Physiology. Har-Anand Publications Pvt. Ltd., New Delhi. Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1991. Plant Physiology Second Edition. Wadsworth Publishing , Company, Inc., Belmont. Starr, C. and R. Taggart. 2001. Plant Structure and Function. Brooks/Cole Thomson Learning, Australia. Ting, P.I. 1982. Plant Physiology. Addison-Wesley Publishing Company, California. Tjitrosomo, H. S. S. 1990. Botani Umum. Penerbit Kanisius, Jakarta.

Laporan Praktikum Imbibisi


Ditulis dalam Fisiologi Tumbuhan pada 19:52 oleh Andi Rezki Ferawati Yusuf BAB I PENDAHULUAN Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal ini banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa perendaman inilah

terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman. Mengingat akan banyaknya hal yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka diadakan praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang direndam. Hal ini dimaksudkan guna menambah pemahaman kita tentang proses imbibisi yang terjadi pada biji kering. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dinding sel hidup selalu rembes dan kadang-kadang dikelilingi oleh larutan cair yang sinambung dari satu sel ke sel lainnya, sehingga membentuk suatu jalinan pada seluruh tumbuhan. Dipandang dari sudut hubungannya dengan larutan ini, sebuah sel tumbuhan biasanya dapat dibandingkan dengan sistem osmosis tipe tertutup. Kedua selaput sitoplasma, yaitu plasmalema di sebelah luar dan tonoplas di sebelah dalam, kedua-duanya sangat permeabel terhadap air, tetapi relatif tak permeabel terhadap bahan terlarut, sehingga untuk mudahnya seluruh lapisan sitoplasma itu dapat dianggap sebagai membran sinambung dan semi-permeabel. (Loveless, 1991). Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem (Anonim, 2009). Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif (Anonim, 2009). Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda itu mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa koloid (Suradinata, 1993). Banyak benda-benda kering atau benda setengah padat dapat menyerap air (absorpsi) karena benda-benda tersebut mengandung materi koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air. Contoh pada tumbuhan misalnya biji yang kering (Suradinata, 1993). Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor tumbuhan) dan faktor luar atau faktor lingkungan (Soedirokoesoemo, 1993). Menurut Soedirokoesoemo (1993), Faktor dalam terdiri dari: a. Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan. b. Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu akar semakin banyak. c. Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka semakin cepat metabolismem (terutama respirasi) akan mempercepat penyerapan. Menurut Soedirokoesoemo (1993), factor lingkungan terdiri dari: a. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada dalam lingkungan anaerob. b. Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi berbagai ion dan

molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit penyerapan. c. Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism. Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada temperatur optimum untuk penyerapan. d. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap permeabilitas membran sel. BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada: Hari/tanggal : Selasa/09 Juni 2009 Waktu : Pukul 15.00 s.d. 17.30 WITA Tempat : Laboratorium Biologi Gedung B Lt. III Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Samata Gowa. B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, neraca analitik, cawan petri, stopwatch, dan pinset 2. Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu biji kacang merah (Phaseolus vulgaris), air, aquadest, dan kertas saring. C. Cara Kerja Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Mengambil secara random 10 biji dari tiap kelompok yang disediakan kemudian menimbang. 2. Merendam biji-biji tersebut dalam cawan petri selama 5 menit 3. Mengeluarkan biji dari cawan petri dan meletakkan di atas kertas saring hingga air yang menempel terserap. 4. Segera menimbang dan menentukan beratnya. 5. Melakukan kegiatan nomor 3 dan 4 untuk beberapa kali hingga memperoleh berat yang tidak bertambah lagi. 6. Membuat grafik yang menunjukkan hubungan antara waktu perendaman dengan air yang diserap. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan No Waktu perendaman (menit) Berat biji (gram) 1

2 3 40 5 10 15 2,32 2,33 2,34 2,34 B. Analisis Data Diketahui : Berat awal = 2, 32 gr Ditanyakan : Air yang diserap? Penyelesaian : Air yang diserap = berat akhir berat awal Pada menit ke 5 = berat menit ke 5 berat awal = 2,33 gr 2,32 gr = 0,1 gr Pada menit ke 10 = berat menit ke 10 berat awal = 2,34 gr 2,32 gr = 0,2 gr Pada menit ke 15 = berat menit ke 15 berat awal = 2,34 gr 2,32 gr = 0,2 gr C. Grafik Adapun grafik yang menunjukkan hubungan antara waktu perendaman dengan air yang diserap adalah sebagai berikut: D. Pembahasan Pada percobaan kali ini, proses imbibisi pada biji kering diketahui dengan cara perendaman. Biji tumbuhan yang menjadi sampel yaitu biji tumbuhan Phaseolus vulgaris. Dari sini dapat diketahui bahwa ternyata biji tersebut melakukan proses imbibisi atau penyerapan air, hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan yang diperoleh. Pada hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbedabeda pada setiap penimbangan biji setelah perendaman dalam cawan petri yang berisi air. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagi berikut: 1. Perendaman pada menit ke 5 Pada pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil penimbangan awal yaitu 2,32 gr. Setelah dilakukan perendaman selama 5 menit, hasil penimbangan bertambah menjadi 2,33 gr. Penambahan berat tersebut disebabkan karena masuknya air ke dalam biji pada saat perendaman. Masuknya air ke dalam biji karena melewati membran sel, serta adanya gaya tarik senyawa di dalam biji yang bersifat higroskopik, yaitu Kristal karbohidrat (amilum) dan protein kering di dalam biji. Bertambahnya berat biji setelah perendaman merupakan bukti bahwa terjadi proses imbibisi pada biji tersebut, dan dari hasil penimbangan maka didapatkan jumlah air yang diserap sebanyak 0,1

gr. Banyaknya air yang diserap diketahui dengan mengurangkan antara berat biji pada menit ke 5 ini dengan berat awal penimbangan biji. 2. Perendaman pada menit ke 10 Seperti halnya pada perendaman menit ke 5, pada hasil pengamatan ini didapatkan berat setelah perendaman selama 10 menit yaitu 2,34 gr. Berat biji pada menit ke 10 ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan berat biji pada perendaman menit ke 5. Terjadinya penambahan berat pada biji tersebut disebabkan karena biji masih aktif melakukan proses imbibisi. Adanya tarikan oleh senyawa higroskopik dari dalam biji menyebabkan air masuk melalui membran sel, yang kemudian menyebabkan terjadinya proses imbibisi. Senyawa higroskopik yang dimaksud adalah Kristal karbohidrat (amilum) dan protein kering yang terdapat di dalam biji. Adanya penambahan berat pada menit ke 10 ini menyebabkan adanya penambahan pada jumlah air yang diserap yaitu sebesar 0,2 gr. Hasil ini didapatkan dari pengurangan antara berat biji setelah perendaman selama 10 menit dengan berat awal biji sebelum dilakukan perendaman. 3. Perendaman pada menit ke 15 Pada pengamatan ini, didapatkan berat biji yang sama dengan berat biji pada perendaman menit ke 10 yaitu sebesar 2,34 gr. Tidak adanya penambahan berat disebabkan karena sudah tidak ada lagi gaya tarik oleh senyawa higroskopik yang ada di dalam biji tersebut karena sudah penuh dengan air yang tadinya diserap. Penyerapan air oleh biji kering menyebabkan terjadinya peristiwa imbibisi karena air masuk biji melewati membran sel, juga ditarik oleh oleh senyawa di dalam biji sifatnya higroskopik, yaitu amilum dan protein kering di dalam biji. Berdasarkan hasil penimbangan yang dilakukan, dimana tidak terjadi penambahan berat dari perendaman menit ke 10, maka jumlah air yang diserap biji ini pun konstan, yaitu 0,2 gr. Hal ini terjadi karena adanya titik jenuh biji pada proses penyerapan Berdasar dari hal inilah sehingga dapat diketahui bahwa semakin lama proses perendaman biji di dalam air, semakin besar kecepatan imbibisinya. Begitupula sebaliknya, semakin sedikit waktu perendaman, semakin lambat kecepatan imbibisi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan imbibisi tanaman biji kering dapat diketahui dengan cara perendaman. Bertambahnya berat biji tiap penimbangan menunjukkan terjadinya proses imbibisi. B. Saran Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu setelah melakukan perendaman, biji dikeringkan dengan kertas saring sebaik mungkin agar sisa-sisa air yang masih menempel pada biji tidak mempengaruhi berat biji pada saat penimbangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Transportasi pada Tumbuhan. http://tedbio.multiply.com/journal/. Diakses pada hari Jumat/12 Juni 2009. Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suradinata, Tatang. 1993. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

TINJAUAN PUSTAKA Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul yang diimbibisikan harus menempati ruang diantara moleku-molekul zat yang mengimbibisi sehingga volume zat yang diimbibisikan tertakan lebih kecil dari pada bila dalam keadaan bebas. (Heddy. 1990) Hingga karakter tahan air serta biji mampu berkacambah. Penyebab lain yaitu pengujian impermeable penyerupaan gas, sehimgga O2 tidak dapat masuk kedalam sel dan CO2 tidak bisa keluar. Dengan peristiwa tersebut, sel menjadi dapat ditembus dan embrio dapat bernafas dengan bebas. (Thompson. 1990) Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban, contohnya penyerapan air oleh benih dalam proses awal perkecambahan, benih akan membesar, kulit benih pecah, berkecambah, dilandasi oleh keluarnya radikula dari dalam benih. Syarat imbibisi yaitu perbadaan tekanan antara benih dengan larutan, dimana tekanan benih lebih kecil dari pada tekanan larutan, ada daya tarik-menarik yang spesifik antara air dan benih. Benih memiliki partikal koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, sellulose, dan benih kering memiliki tekanan sangat rendah. (www.Faperta.ugm.ac.id/imbibisi. 2008) Dua kondisi yang cocok diperlukan untuk terjadinya imbibisi yaitu : kemiringan/gradien, potensi air harus ada antara permukaan absorbsi dan imbibisi air dan affinier (gaya gabung) harus ada antara komponen absorbsi dan substrat (bahan) imbibisi. (Devlin and Witham. 1992) Setalah air berimbibisi enzim mulai berfungsi dalam sitoplasma yang mana telah terhidrasi. Imbibisi kembali beberapa enzim yang mengubah protein menjadi asam amino, lemak dan minyak menjadi

larutan sederhana atau campuran dan enzim-enzim lain yang merombak pati menjadi gula. Air dan oksigen adalah kebutuhan utama perkecambahan serta cahaya. (Stern,dkk. 1998) Imbibibisi adalah suatu proses fisika dengan suatu nilai kurang dari 2 dan akan terjadi pula biji yang tidak mampu hidup. Potensial air pada biji-bijian kering cukup rendah untuk menarik uap iar dari atmosfir tanah, tetapi laju gerakannya sangat lebih lambat lewat lintasan uap. Sebab utama potensial air biji yang rendah, adalah bahan simpanan yang terutama bersifat koloid, khususnya protein. Berat suatu biji yang kaya proteindapat melipat dua dalam 24 jam sebagai akibat air yang diambil. Dalam biji padi-padian yang berpati, berat permulaan dapat meningkatsampai kira-kira 150% berat aslinya, setelah itu berat nya tetap (konstan) sampai permunculan radicula. (Fitter and Hay. 1990) Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian pertumbuhan biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan system yang cepat, lebih luas dan banyak menampung sumber air yang diterima. (Bewley and Black. 1992) Ahli fisiologi benih menyatakan ada empat tahap: (1) hidrasi atau imbibisi, selama kedua priode tersebut, air masuk kedalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain. (2) pembentukan atau pengaktifan enzim, yang menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik. (3) pemanjangan sel radikal, diikuti munculnya radikula dari biji. (4) pertumbuhan kecambah selanjutnya. Lapisan yang membungkus embrio, yaitu endosperm, kulit biji dan kulit buah. (Salisbury and Ross.1992)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari sabtu 20 september 2008 dengan ketinggian 25 meter dari permukaan laut pada pukul 08.00 wib sampai selesai. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan adalah biji Padi (Oryza sativa) dan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) sebagai objek percobaan, air sebagai indikator biji dan kertas label untuk menulis label nama. Adapun alat yang digunakan adalah botol kocok untuk tempat objek percobaan, timbangan untuk menimbanag berat biji yang diinginkan, kalkulator untuk menghitun data, tissue untuk mengeringkan biji, kertas millimeter untuk menggambar grafik alat tulis untuk menulis data, dan sebagainya. Prosedur Percobaan

Disiapkan 20 botol kocok / gelas beaker Ditimbang biji padi dan biji kacang merah masing-masing 10 gram Dimasukkan kedalam botol kocok / beaker glass dan masing-masing biji direndam selama 1,2,3,4,5,6,8,12,24,48 jam. Ditimbang berat biji yang telah direndam sesuai perlakuan. Dihitung persentase kadar air dengan rumus: % Kadar Air = Berat Akhir Berat Awal X 100 % Berat Akhir Digambar grafik hubungan antara lama perendaman dengan pertambahan berat biji dalam satu grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Komoditi : Padi (Oryza sativa) Perlakuan (Jam) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA 1 10 10,5 4,76 % 2 10 11,4 12,28 % 3 10 11,5 13,04 % 4 10 11,3 11,50 % 5 10 11,6 13,79 % 6 10 11,5 13,04 % 8 10 10,4 3,85 % 12 10 10,6 20,63 % 24 10 12,7 21,26 % 48 10 35,2 71,50 % Komoditi : Kacang Merah (Phaseolus vilgaris) Perlakuan (Jam) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA 1 10 10.9 8,25 % 2 10 11.6 13,79 % 3 10 13.5 25,93 % 4 10 14.4 30,56 % 5 10 15.9 37,11 % 6 10 13.9 28,06 % 8 10 16.3 38,65 % 12 10 19.3 48,14 % 24 10 19.8 49,50 % 48 10 44.0 77,27 %

Perhitungan Komoditi : Padi (Oriza sativa) %KA (1jam) = 10,5-10 X 100 % = 4,76 % 10,5 %KA (2jam) = 11,4-10 X 100 % = 12,28 % 11,4 %KA (3jam) = 11,5-10 X 100 % = 13,04 % 11,5 %KA (4jam) = 11,3-10 X 100 % = 11,50 % 11,3 %KA (5jam) = 11,6-10 X 100 % = 13,79 % 11,6 %KA (6jam) = 11,5-10 X 100 % = 13,04 % 11,5 %KA (8jam) = 14,4-10 X 100 % = 3,85 % 14,4 %KA (12jam) = 10,6-10 X 100 % = 20,63 % 10,6 %KA (24jam) = 12,7-10 X 100 % = 21,26 % 12,7 %KA (48jam) = 35,2-10 X 100 % = 71,50 % 35,2

Komoditi : kacang Merah (Phaseolus vilgaris) %KA (1jam) = 10,9-10 X 100 % = 8,25 % 10,9 %KA (2jam) = 11,6-10 X 100 % = 13,79 % 11,6 %KA (3jam) = 13,5-10 X 100 % = 25,93 % 13,5

%KA (4jam) = 14,4-10 X 100 % = 30,56 % 14,4 %KA (5jam) = 15,9-10 X 100 % = 37,11 % 15,5 %KA (6jam) = 13,9-10 X 100 % = 28,06 % 13,9 %KA (8jam) = 16,3-10 X 100 % = 38,65 % 16,3 %KA (12jam) = 19,3-10 X 100 % = 48,14 % 19,3 %KA (24jam) = 19,8-10 X 100 % = 49,50 % 19,8 %KA (48jam) = 44,0-10 X 100 % = 77,27 % 44,0 Pembahasan Faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan data ialah disebabkan oleh kurangnya perhatian praktikan terhadap percobaan, yang mengakibatkan kurangnya air yang mengakibatkan potensi air biji yang rendh akan menghambat proses imbibisi biji, dimana hal ini terjadi pada biji yang kering dan keriput. Selain itu juga dipengaruhi komponen absorbsi dan substratsi biji. Hal ini sesuai dengan literatur Davlin and Witham (1992) bahwa dua kondisi yang cocok yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi yaitu: (1) gradien potensi air harus ada antara permukaan absorbsi dan imbibisi air dan (2) affinitter harus ada antara komponen absorbsi dan subtansi imbibisi. Berat padi yang direndam selama 48jam bertambah sebesar 25,2 gram, sedangkan kacang merah 34,0 gram. Hal ini karena kacang merah mengandung protein dan padi mengandung zat tepung. Zat tepung lebih mudah larut, tetapi padi memiliki kulit yang keras, sehingga susah untuk mengabsorbsi air, sebaliknya kacang merah memiliki kulit yang tipis, sehingga lebih banyak menyerap air dan biji bertambah besar. Hal ini sesuai dengan literatur Fitter and Hay (1990) yang menyatakan bahwa imbibisi terjadi pada waktu biji kering yang tidak memiliki kulit biji yang kedap diletakkan dalam kontak dengan air. Pada percobaan didapat padi memiliki pertambahan berat yang baik dari hasil penyerapan air, tetapi pada perlakuan 8 jam berat padi cenderung menurun dan pada perlakuan 24jam berat padi bertambah

lagi. Hal ini dipengaruhi oleh radicula. Pernyataan ini sesuai dengan literatur Fitter and Hay (1990) yang menyatakan bahwa dalam biji-bijian padi yang berpati, berat permulaan dapat meningkat dampai kirakira 150 % berat aslinya, setelah itu beratnya tetap (konstan) sampai permunculan radicula. Faktor-faktor yang mempenaruhi terbentuknya imbibisi pada kacang merah dan padi adalah tekanan, kulit biji, benih dan substratnya. Semakin kecil tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka semakin besar proses imbibisi. Kulit biji tipis, mengandung substrat yang mudah larut dalam air dan benih tidak kering, maka air yang diserap akan lebih banyak dan sebaliknya. Hal ini sesuai literature Http://www.Faperta.ugm.ac.id (2008) yang menyatakan bahwa tekanan benih lebih rendah dari tekanan larutan. Benih merupakan koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein pati, dan sellulosa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pada percobaan didapat % KA terbesar biji padi dengan lama perendaman 48jam yaitu sebesar 71,50 %. 2. Pada percobaan didapat % KA terbesar pada biji kacang merah adalah biji kacang merah dengan lama perendaman 48 jam yaitu sebesar 77,27 %. 3. Pada percobaan didalam % KA terkecil pada biji padi adalah biji padi dengan lama perendaman 8 jam yaitu sebesar 3,85 %. 4. Pada percobaan didapat % KA terkecil pada biji kacang merah adalah biji kacanag merah dengan lama perendaman 1 jam yaitu sebesar 8,25 %. 5. Berat akhir biji padi yang tertinggi pada perlakuan selama 48jam yaitu sebesar 35,2 gram dengan kadar air 71,50 % , sedangkan berat akhir yang terendah pada perlakuan selama 8 jam dengan kadar air 3,85 %. Saran Sebaiknya pada waktu percobaan, praktikum melakukan percobaan sesuai dengan prosedur percobaan. Sebaliknya biji yang direndam diletakkan di suatu tempat yang sama, sebaliknya praktikan lebih teliti dalam menghitung berat agar tidak terjadi kekeliruan data.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. Bewley. J. D and Black M. 1992. Seeds Physiology Of Development and Germination. Plenum Press. New York. Devlin, R. M and F. H. Witham. 1992. Plant Physiology. Wardsworth Publishing Company. California. Fitter, A. H and R. K. M. Hay. 1990. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. Goldswothy, P. R and Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Http://www.Faperta.UGM.ac.id/buper. 2008. Imbibisi. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2008. Page 1-3. Http://www.Tedbio.multiply.com. 2008. Transportasi pada tumbuhan. Diakses pada tanggal 8 November 2008. Page 1-2. Http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan. 2008. Perkecambahan. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2008. Page 1. Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Salisbury, K. B. and H. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung. Stern, K. R, S. Jansky and J. E. Bidlack. 1998. Introductory Plant Biology. Mc Graw Hill. New York. Thompson, J. R. 1990. An Introduction to Seed Technology. Leonard Hill.

You might also like