You are on page 1of 11

PENULIS: ABDUL WAHID RAFID BQ.NIKMAH IKANG FAUZI PERBANDINGAN IMAN DALAM ISLAM A.

ALIRAN KHAWARIJ Permasalahan iman merupakan bagian terpenting dalam perdebatan yang terjadi antara aliran-aliran dalam aqidah islamiyah.perdebatan dalam iman itu dipicu oleh persoalan politik,yaitu peristiwa tahkim. Tahkim atau arbitrasi adalah alternatif penyelesaian perang siffin antara pihak Ali dan pihak Muawiyah bin Abi Sufyan.meski penyelesaiannya dengan tahkim telah disepakati oleh kedua belah pihak,namun hasil tahkim yang ternyata merugikan pihak Ali,melahirkan penolakan oleh sebagian pendukung Ali yang semenjak awal tidak begitu setuju dengan penyelesaian perang siffin melalui tahkim. Para pendukung Ali yang kecewa terhadap hasil tahkim itulah yang kemudian meyatakan keluar dari kelompok Ali dan menjadi kelompok tersendiri yang disebut dengan khawarij. Kelompok khawarij inilah yang melontarkan tuduhan kepada orang-orang yang menerima tahkim sebagai orang-orang yang telah melanggar hukum Allah. Karena mereka telah melanggar hukum Alllah.maka kaum khawarij menuduh mereka telah kafir. Tuduhan itu didasarkan pada pernyataan Al-Quran dalam surat Al-Maidah(5) ayat 44:


Artinya:Barang siapa yang menghukumi dengan selain hukum Allah maka dia termasuk orang-orang kafir Dengan pandangannya yang menghukumi kafir orang-orang yang melanggar hukum Allah,maka kelompok khawarij telah memunculkan persoalan bagaimana hubungan iman dan perbuatan.Bagi kelompok

khawarij,iman mesti diwujudkan dalam perbuatan.orang-orang yang beriman tidak boleh melakukan hal-hal yang bertentangan dengan iman, yaitu dosa besar. Sehingga kalau ada orang-orang islam yang melakukan dosa besar harus dikeluarkan dari jamaah kaum muslimin. Dari sinilah muncul pertanyaan mengenai konsep atau rumusan tentang iman,termasuk didalamnya menenai indikator-indikator atau cirri-ciri yang digunakan untuk menyebut seseorang itu masih beriman atau sudah tidak beriman(kafir). Khawarij sebagai aliran yang pertama melontarkan persoalan iman dan kafir belum memiliki rumusan yang jelas mengenai iman. Namun apabila melihat dengan sikap kelomppok khawarij yang menuduh kafir kepada orangorang muslim yang terlibat dalam peristiwa tahkim,maka rumusan iman menurut aliran khawarij nampaknya lebih didasarkan pada prilaku lahiriah. Dengan kata lain bahwa menurut aliran khawarij iman adalah perbuatan,yaitu perbuatan mentaati hukum-hukum Allah.karena itu orang muslim yang telah melanggar hukum-hukum Alah berarti telah kehilangan imannya,dan karena telah hilang imannya maka berarti yang bersangkutan telah kafir.menurut pandangan aliran khawarij hukuman bagi mereka yang telah kafir adalah dibunuh. Pandangan aliran khawarij di atas menunjukkan bahwa mereka tidak memisahkan antara iman dan islam.iman bukan hanya pengakuan dalam hati,tetapi iman adalah perbuatan.oleh karena itu,indikator-indikator yang menjadi landasan untuk menetapkan seorang muslin itu masih beriman atau sudah kafir adalah perbuatan lahiriah.ketika perbuatan lahiriah seseorang bertentangan dengan hukum Allah,maka yang bersangkutan adalah kafir.jadi pengelompokannya tegas,kafir atau mukmin,kalau tidak mukmin berarti kafir dan kalau belum kafir berarti tetap mukmin. Secara sosial pandangan aliran khawarij itu dapat mendorong masyarakat untuk kuat taat kepada hukum-hukum agama karena orang akan merasa takut untuk melanggar.Namun pada sisi lain,pandangan khawarij itu juga akan mendorong terjadinya perpecahan karena orang akan mudah menuduh orang

lain telah kafir.sikap keras yang terbangun dari faham khawarijjuga akan memunculkan islam dalam wajah yang keras dan tidak toleran,bahkan sesama kaum muslim sendiri.Akhirnya dengan pandangan seperti diatas,nampaknya sulit menemukan lingkungan yang cocok untuk perkembangan faham khawarij.karena itulah mereka itu sudah punah ditelan oleh kekerasan dan kekakuan agama yang bercorak ideologis. B. ALIRAN MURJIAH Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi terhadap aliran khawarij yang telah muncul sebelumnya.permasalahan yang ,mendorong lahirnya aliran murjiah yaitu pandangan aliran khawarij yang menegaskan bahwa orang islam yang melakukan dosa besar (melanggar hukum allah) berarti telah kafir.secara sosial pandangan kaum Khawarij itu mengharuskan untuk mengeluarkan banyak sekali kaum muslim dari jamaah islam karena pelanggaran pelanggaran terhadap hukum Allah yang telah mereka lakukan. Dalam konteks sosial saperti itulah faham Murjiah mengenai iman mesti ditempatkan.orang-orang mengenai iman yang Murjiah bertolak mengemukakan belakang dengan pandangan pandangan mereka aliran

Khawarij.menurut faham Murjiah iman adalah pengakuan atau membenarkan dalam hati tentang Allah dan rasul-Nya.karena iman itu ada di dalam hati,maka kadar iman itu tidak dapat diukur dengan perbuatan lahiriah.karena apa yang ada dalam hati itu tidak dapat diketahui dengan sebenarnya oleh orang lain,maka orang tidak dapat dengan mudah menuduh yang lain sebagai sudah tidak beriman atau kafir seperti yang dilakukan aliran khawarij. sebaliknya,akan lebih baik kalau berfikir sebaliknya,sehingga tidak gampang menuduh orang lain telah keluar dari islam.dengan pandangannya itu aliran murjiah berusaha merangkul semua orang,terutama orang-orang yang telah dikafirkan oleh khawarij ,tetap berada dalam komunitas kaum muslim. Apabila dilihat dalam konteks kehidupan kaum muslim yang lebih luas, maka pandangan tentang iman yang hanya menekankan pengakuan dalam hati, seperti dikemukakan aliran Murjiah memang dapat membawa dampak

negatif dalam prilaku keberagamaan.penekanan iman hanya dalam hati akan dapat memperlemah gairah untuk beramal dan memperlemah moralitas masyarakat.apalagi kalau semuanya diukur dengan apa yang ada dalam hati sementara manusia tidak dapat mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang,maka tidak ada standar moral yang dapat menjadi acuan untuk menegakkan peraturan.kalau peraturan tidak dapat diterapkan,maka orang akan menggunakan ukuran (hati) masing-masing untuk berprilaku.sehingga apa yang dilarang bagi seseorang dapat saja malah diperintah pada orang lain,dan sebaliknya.akibat kehidupan masyarakat mengarah pada chaos. C. ALIRAN MUTAZILAH Dalam aliran Mutazilah dan Asy;ariyah, pembahasan mengenai konsep iman dipengaruhi oleh pandangan mengenai kekuatan akal dan fungsi wahyu.Bagi Mutazilah yang menempatkan akal sangat tinggi maka konsep iman bermakna aktif. Sehingga iman bukan hanya tasdiq,yaitu menerima pengetahuan tentang Allah, tetapi juga pembuktian dari pengetahuan itu dalam bentuk amal.iman bukan hanya pengakuan dan bukan pula pengetahuan, karena pengakuan adalah pekerjaan hati, sementara pengetahuan adalah pekerjaan akal.Iman adalah amal, yaitu pelaksanaan perintah-perintah Allah. Sebagai konsekwensi dari pandangan Mutazilah yang memaknai iman secara aktif, maka iman dalam arti melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan Allah mesti dikerjakan tanpa menunggu informasi (perintah) dari wahyu. Karena pada dasarnya akal manusia telah mampu untuk membedakan antara yang baik dan jahat, maka untuk melaksanakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan jahat tidak harus menunggu diperintah oleh wahyu. Dengan manusia mengetahui bahwa suatu perbuatan itu baik, maka pengetahuannya itu telah mewajibkannya untuk melaksanakan perbuatan baik itu. Begitu pula karena manusia mengetahui bahwa suatu perbuatan itu jahat, maka pengetahuannya itu otomatis mewajibkannya untuk akan menjadi sangat permissive (serba boleh) dan menimbulkan ketidak teraturan yang dapat

menjauhinya tanpa harus menunggu perintah dari wahyu.Dengan demikian, dalam pandangan Mutazilah,karena suatu perbuatan itu baik maka harus dikerjakan dan karena suatu perbuatan itu jahat maka harus ditinggalkan. Jadi baik dan jahat itu bukan karena diperintah atau dilarang oleh wahyu tapi justru karena baik maka wahyu memerintahkan untuk dikerjakan dan karena jahat maka wahyu memerintahkan untuk ditinggalkan. Namun, meski sangat menekankan pada amal, Mutazilah tidak seekstrim Khawarij, sehingga orang yang tidak melak sanakan perintah Allah karena di dalam hati dan ucapannya mungkin saja mereka masih menyatakan iman, sehingga tidak dapat disebut kafir. Namun mereka juga tidak lagi dapat disebut mukmin karna tidak menyatakan pengakuan dan penerimaan keimanannya dalam bentuk perilaku menjalani perintah Allah. posisi antara mukmin dan kafir. Mutazilah menyebut mereka yang bukan kafir dan bukan mukmin itu dengan fasiq. Mereka nantinya akan dimasukkan kedalam neraka untuk selama-lamanya dengan tingkat siksaan yang paling ringan. Tidak ada penjelasan yang lebih rinci alas an mereka mengapa memasukkannya ke surga dengan kenikmatan yang paling rendah. Dari sinilah, kemudian muncul istilah manzilah bain al-manzilataini, yaitu berada dalam

D. ALIRAN AHLUSSUNNAH WALJAMAAH Adapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua pengertian,yaitu umum dan khusus.sunni dalam pengertian umum adalah Lawan kelompok syiah. Sunni dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalam barisan Asyariyah dan merupakan lawan Mutazilah. Selanjutnya,term Ahlussunah banyak dipakai setelah munculnya aliran Asyariyah dan Maturidiyah,dua aliran yang menentang ajaran-ajaran Mutazilah.

1.

ALIRAN ASYARIYAH Dari uraian tentang konsep iman menurut Mutazilah diatas nampak

bahwa konsep iman menurut Mutazilah ada titik kesamaan dengan Khawarij, yaitu sama-sama menekankan pada amal. Sementara kalau dicermati konsep iman yang dikembangkan Asyariyah lebih dekat dengan konsep iman yang dipahami Murjiah, yang menekankan iman pada tasdiq. Namun titik kesamaannya tidak sampai pada tataran mengabaikan pentingnya amal sebagaimana yang dipahami oleh kelompok Murjiah ekstrim. Menurut al-Asyari iman adalah tasdiq billah, yaitu pengakuan dalam hati tentang keesaan Allah dan tentang kebenaran para rasul dan apa yang mereka bawa (wahyu). Sementara pengucapan lisan dan pelaksanaan dalam perbuatan merupakan cabang dari iman. Oleh karna itu orang-orang yang tidak memenuhi cabang-cabang dari iman, yaitu orang-orang yang berbuat dosa besar, tidak sampai menghilangkan imannya. Apabila mereka meninggal sebelum bertaubat maka nasibnya terletak pada kekuasaan Allah. Mungkin saja Allah mengampuni dosa-dosanya sehingga yang bersangkutan tidak perlu disiksa di neraka ,atau mungkin saja Allah menyiksa lebih dahulu di neraka kemudian dimasukkan ke syurga untuk selama-lamanya. Dengan demikian,dalam pandangan aliran Asyariyah, perbuatan dosa itu tidak akan menjadikan pelakunya keluar dari islam sebagai mana yang diyakini oleh kelompok Khawarij. Mereka tetap disebut mukmin, sehingga tetap berhak untuk mendapatkan kesempatan untuk berada disurga, meski harus menjalani siksa terlebih dahulu dineraka. Berbeda dengan Mutazilah yang memaknai iman secara aktif, maka konsekwensi dari pandangan Asyariyah yang menempatkan wahyu sangat tinggi maka iman dalam faham ini cenderung bermakna pasif. Karna pada dasarnya akal manusia tidak mampu untuk membedakan antara yang baik dengan yang buruk, maka untuk melaksanakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk mesti menunggu diperintah oleh wahyu. Wahyulah yang menunjukkan kepada manusia bahwa suatu perbuatan itu baik atau jahat. Maka yang mewajibkan untuk dikerjakan atau ditinggalkan adalah perintah

wahyu. Dengan demikian, dalam pandangan Asyariyah baik dan jahat itu ditetapkan berdasarkan pada perintah dan larangan dari wahyu. Jadi suatu perbuatan itu dikatakan baik karena diperintahkan oleh wahyu dan suatu perbuatan itu dikatakan jahat karena dilarang oleh wahyu. 2. ALIRAN MATURIDIYAH

Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur,ia dilahirkan di maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk daerah Uzbekistan). Al-maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran imam Abu hanifah yang tercantum dalm kitabnya Alfiqh Al-akbar dan Al-fiqh Al-absath dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut.Al-maturidy meninggalkan karangankarangan yang banyak dan sebagian besar dalam lapangan ilmu tauhid. Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazilah. Dalam membahas kalam,maturidiyah mengemukakan tiga dalil yaitu sebagai berikut: a. Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa alam ini tidak akan qosim karna didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan gerak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak terlepas dari yang baru maka baru pula. b. Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah baru.jadi alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya.benda,gerak,dan waktu selalu bertalian erat.sesuatu yang ada batasnya adalah baru. c. Dalil kausalitas: alam ini tidak bias mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya tetap satu. Akan tetapi, alam ini selalu berubah, yang berarti ada sebab perubahan itu. Dalam masalah iman,aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb,bukan semata-mata iqrar bi al-lisan..pengertian

ini dikemukakan oleh Al-Maturidiyah sebagai bantahan Al-karamiyah,salah satu subsekte Murjiah. E. ALIRAN SYIAH Syiah artinya pendukung,maksudnya pendukung Ali bin Abi Thalib. Pada ahirnya masa pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan ,seorang yahudi bernama Abdullah bin saba menyatakan bahwa yusyabiin Nun adalah seorang yang diberi wasiat oleh Nabi Musa untuk melanjutkan memimpin bani israil. Dalam perang jamal khalifah Ali melihat tentaranya yang berasal dari penduduk kufah paling loyal terhadap dirinya.setelah perang jamal Khalifah Ali memutuskan ibukota pemerintahannya ke kufah.pada saat dikufahsebagian orang kufah yang telah terpengaruh oleh ajaran Abdullah bin saba ada yang mendatanginya dan berlebihan dalam mendukung dan mencintainya dan bahkan ada yang mengatakatakn bahwa engakau Ali adalah tuhan . ketika khalifah ali bertyanya kepada mereka,siapa kalian ? mereka menjawab,kami adalah syiah (pendukung) Ali.Sejak itu kelompok yang dikenal sangat fanatik kepada Ali bin Abi Thalib disebut sebagai syiah Kaum syiah pengikut Abdullah bi Saba dikenal sebagai syiah sabaiyah. Syiah sabaiyah ini termasuk dalam kelompok syiah gulat (ekstrim) yang samapai pada tarap menuhankan Ali bin Abi Thalib. Syiah bayaniah, pengikut bayan bin Syaman menyatakan bahwa tuhan tercipta dari cahaya yang berbentuk tubuh sebagaimana manusia dan semuanya akan hancur terkecuali wajah saja. Syiah mughiyitah pimpinan Al-Mughirah bin said mengatakan tuhan itu lakilaki, berjisim (bertubuh) dari cahaya, diatas kepalanya ada mahkota yang juga dari cahaya, memiliki jantung yang memancarkan ilmu-ilmu hikmah. Syiah imamiah berpendapat bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Mereka menganggap Abu Bakar, Umar dan Usman telah menyerobot hak khilapah Ali bin Abi Thalib sehingga syiah imamiah sangat membenci dan suka mencaci maki para sahabat Nabi tersebut.

F.

ALIRAN JABARIYAH Firqoh Jabariyah timbulnya hampir bersamaan dengan timbulnya

Qadariyah dan tanpaknya merupakan reaksi daripadanya. Daerah tempat timbulnya juga tidak berjauhan. Qadariyah muncul di irak, sedangkan jabariyah muncul di khurasan (Iran). Pemimpinnya yang pertama adalah jahm bin sofyan, oleh sebab itu kadang firqoh ini disebut jahmiah. Menurut jahm bin sofyan segala perbuatan manusia itu terpaksa atau (majbur) diluar kemauannya.sebagaimana keadaan bulu ayam terbang kemana arah angin bertiup atau sepotong kayu ditengah lautan mengikuti arah hempasan ombak. Singkatnya bahywa orang-orang jabariyah berpendapat manusia itu tidak mempunyai daya ikhtiar, semuanya sudah ditakdirkan, segala gerak perbuatan manusia dipaksa oleh adanya kehendak allah, jadi merupakan kebalikan dari paham qadariyah. Jabariyah berpendapat bahwa hanya allah sajalah yang menetukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua perbuatan manusia itu sejak semula sudah diketahui allah dan semua amal perbuatan itu adalah berlaku dengan kodrat dan iradatnya. Manusia tidak mencampurinya sama sekali. Usaha manusia sama sekali bukan ditentukan oleh manusia itu sendiri. Qodrat dan iradat allah adalah mencabut kekuasaan manusia sama sekali. Pada hakikatnya segala perbuatan dan gerak gerik manusia semuanya merupakan paksaan (majbur) oleh alllah semata-mata. Kebaikan dan kejahatan itupun semata-mata paksaan pula, seklipun nantinya manusia memperoleh balasan surga dan neraka. Pembalasan surga atau neraka itu bukan sebagai gtanjaran atas kebaikan dan kejahatan yang diperbuat manusia semasa hidupnya. Surga dan neraka itu semata-mata bukti kebesaran allah dalam qodrat dan iradatnya. F. ALIRAN QADARIYAH Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.Adapun menurut pengertian terminologi , Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia

tidak diintervensi oleh tuhan.Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atau kebebasan mewujudkan dalam kekuatan manusia dalam hal ini, Harun nasution perbuatan-perbuatannya.dalam

menegaskan bahwa kaum Qadariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar tuhan. Seharusnya, sebutan Qadariyah diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa Qadar menentukan segala tingkah laku manusia baik yang bagus maupun yang jahat. Namun, sebutan tersebut telah melekat kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak. Harun nasution menjelaskan pendapat ghalian tentang doktrin Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakukan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbutan-perrbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.salah seorang pemuka Qadariyah yang lain, Annazam, mengemukakan bahwa manusia mempunyai daya, ia berruasa atas segala perbuatanya. Dari beberapa penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa doktrin Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat jahat maupun berbuat baik. Oleh karena itu, ia berrhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.

You might also like