You are on page 1of 1

Dania Wijayanti 09/282514/SP/23491 Politik Identitas dan Multikulturalisme Konsep Multikulturalisme Multikulturalisme adalah paham yang menekankan pada

persamaan hak dan kewajiban bagi berbagai golongan dalam suatu komunitas. Jadi dengan adanya multikulturalisme, kaum minoritas mendapat peluang yang lebih besar untuk memperoleh pengakuan hak asasi manusia-nya. Konsep multikulturalisme ini, merupakan konsep majemuk. Berkembang dan semakin kaya pendefinisiannya seiring dengan perkembangan zaman yang juga makin kaya akan nilai-nilai hak asasi manusia. Perkembangan ini juga dipengaruhi oleh perkembangan faktor-faktor multikulturalisme itu sendiri seperti budaya, agama, dan etnisitas, yang berbeda penerapannya dalam masing-masing lingkup kehidupan masyarakat. Studi kasus yang bisa kita ambil untuk membahas penerapan konsep ini dalam kehidupan nyata adalah pada kasus penerimaan terhadap keragaman publik yang terjadi di Indonesia pasca reformasi. Sebelum reformasi, atau pada masa orde baru, pemerintah Indonesia cenderung mempersempit ruang gerak kaum keturunan Tionghoa di Indonesia. Ini sebenarnya terkait dengan kejadian G/30/S/PKI yang diduga dilakukan oleh PKI dengan bantuan dari China. Kejadian tersebut bahkan sempat membekukan hubungan diplomatic antara Indonesia-China selama beberapa waktu. Dan, dampaknya bagi bidang HAM di Indonesia adalah pembatasan-pembatasan yang terjadi pada warga keturunan China di Indonesia, termasuk pada mereka yang telah berkewarganegaraan Indonesia. Pada masa itu, terjadi pemisahan antara warga keturunan Tionghoa dan warga Indonesia lainnya dengan pemberian label, pribumi dan Cina (dengan pelafalan cina, bukan chaina seperti pada kata China). Etnis Tionghoa dilarang keras memasuki dunia politik. Bahkan mereka diwajibkan memiliki nama yang berbau Indonesia yang menyebabkan banyak dari mereka memiliki 2 nama. Namun hal ini berubah pasca reformasi. Etnis Tionghoa, perlahan mulai diakui keberadaannya, serta perbedaan budaya yang dimilikinya. Puncak perubahan ke arah multikulturalisme ini terjadi pada masa pemerintahan Gusdur, yang bahkan menerima agama Konghucu sebagai salah satu agama nasional Indonesia, sekaligus menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. Sehingga bisa dilihat bahwa terjadi toleransi yang besar bagi kultur Tionghoa yang awalnya merupakan minoritas yang hak-haknya tidak dihargai.

You might also like