Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
B. EKOSISTEM LAUT
Lautan, seperti juga danau, dapat digambarkan dalam istilah zone, dan banyak
persamaan di antara keduanya. Pinggiran laut disebut zona intertidal. Daerah ini
terdiri atas : pasir pantai, karang, muara, dan di daerah tropik dan subtropik, ada
rawa mangrove dan gosong karang. Beberapa dari habitat ini – misalnya, rawa
pantai adalah sangat produktif, didukung kekayaan dan keanekaragaman populasi
dari produsen dan konsumen. Banyak dari organisme di zona intertidal telah
beradaptasi sehingga mereka dapat bertahan terhadap tenaga gelombang dan
keterbukaan periodi terhadap udara.
Lautan yang relatif dangkal yang meluas ke pinggiran selat benua dinamakan
zona neritik. Zona oseanik terdapat di atas lembah lautan. Produktivitas di zona
neritik dan zona oseanik bergantung pada algae planktonik yang hidup sejauh
cahaya matahari dapat sampai. Aktivitas ini menunjang zooplankton yang pada
gilirannya, menunjang konsumen sekunder dan konsumen yang lebih tinggi dalm
nekton. Meskipun kehidupan beragam, Produkvitas bersih dari lautan terbuka ini
agak lebih baik daripada yang terdapat di padang pasir.
Dasar lembah lautan ialah dataran absial. Daerah gelap yang relatif tidak
beragam ini banyak dihuni oleh populasi tipis konsumen bentik dan yang
bergantung pada bahan organik yang mengalir dari bagian atas laut. Akan tetapi,
eksplorasi baru-baru ini di laut dalam menyingkapkan bahwa ada komunitas yang
kompleks terdapat di sekitar celah-celah. Celah-celah ini menimbulkan retak-retak
di dasar laut. Meskipun tidak ada cahaya sampai sejauh itu, produkvitas primer
energi yang dijamin oleh oksidasi belerang dalam air yang mengalir keluar dari
retak-retak dasar laut. Bakteri ini menunjang populasi hewan yang besar. Di
antara yang paling menonjol ialah cacing yang tidak mempunyai sistem
pencernaan. Sementara cacing ini dapat menyerap beberapa molekul organik dari
alam sekitarnya, mereka juga menyimpan sejumlah besar bakteri kemoautotrofik
yang dapat menyediakan kalori bagi mereka.
BAB I
PENDAHULUAN
3.1.1 Alat-alat
- Net plankton No. 25
- Hygrometer
- Termometer
- pH meter atau kertas pH universal
- Botol koleksi (botol film)
- Kaca objek dan kaca penutup
- Mikroskop
- Ember
- Pipet
- Parang
3.1.2 Bahan-bahan
- Formalin 4 %
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dari pengambilan sampel pada
daerah karang mumus terdapat 4 jenis plankton yang telah didapatkan.
Keempat plankton ini terdiri dari :
- Dolphin longispinna
- Gonatozygon monotaenium
- Amoeba proteus
- Rotifer neptunius
Jika dilihat dari hasil perhitungan maka jumlah kelimpahan plankton yang
diamati menggunakan mikroskop berjumlah 206 sel per Liternya. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan plankton adalah suhu,
kedalaman dan kecerahan, kekeruhan, arus permukaan, derajat keasaman (pH)
dan oksigen terlarut (DO).
Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi,
antara lain kenaikan suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta
menaikkan daya toksik yang ada dalam suatu perairan. Suhu air
mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam air. semakin tinggi suhu
maka semakin kurang kandungan oksigen terlarut. Suhu air mempunyai
pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisme dari
makhluk hidup dan suhu juga mempengaruhi pertumbuhan plankton.
Perkembangan plankton optimal terjadi dalam kisaran suhu antara 250C-300C.
Kekeruhan sangat mempengaruhi perkembangan plankton, apabila
kekeruhan tinggi maka cahaya matahari tidak dapat menembus perairan dan
menyebabkan fitoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis.
Arus berpengaruh besar terhadap distribusi organisme perairan dan juga
meningkatkan terjadinya difusi oksigen dalam perairan. Arus juga membantu
penyebaran plankton dari satu tempat ke tempat lainnya dan membantu
menyuplai bahan makanan yang dibutuhkan plankton.
Derajat keasaman (pH) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuh-
tumbuhan dan hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk
menyatakan baik atau tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Apabila
derajat keasaman tinggi apakah itu asam atau basa menyebabkan proses
fisiologis pada plankton terganggu.
Oksigen terlarut diperlukan oleh tumbuhan air, plankton dan fauna air
untuk bernafas serta diperlukan oleh bakteri untuk proses dekomposisi.
Dengan adanya proses dekomosisi yang dilakukan oleh bakteri menyebabkan
keadaan unsur hara tetap tersedia di perairan. Hal ini sangat menunjang
pertumbuhan air, plankton dan perifiton.
Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton merupakan
pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air lainnya. Plankton merupakan mata
rantai utama dalam rantai makanan di perairan.
Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting.
Plankton terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat
menghasilkan makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan
seperti zoo, ikan udang dan kerang melalui proses fotosintesis dan
zooplankton yang bersifat hewani dan beraneka ragam.
Fitoplankton adalah makanan yang terpenting dalam perikanan darat yang
merupakan makanan primer. Suatu perairan dikatakan subur apabila di
dalamnya banyak terdapat produsen primer yaitu fitoplankton baik kuantitas
maupun kualitasnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan plankton adalah
suhu, kedalaman dan kecerahan, kekeruhan, arus permukaan, derajat
keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO).
2. Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting.
Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan.
5.2 Saran
- Tempat lokasi pengamatan masing-masing kelompok berbeda-beda sehingga
plankton yang didapat beraneka ragam.
- Peralatan yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Kimball, J. W. 1999. Biologi Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen
Pertanian: Jakarta.
Sumariatih, L. 2006. Keanekaragaman Jenis Plankton Di Perairan Danau
Semayang Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman. Samarinda 50 hlm.
Lampiran
Rumus ;
N= T x P x V x 1
L p v W
Keterangan :
N = Jumlah sel plankton (sel/liter)
L = Luas satu lapang pandang (mm2)
= 2,6067 mm2 = 2,6067 x 10-6 m2
T = Luas tutup kotak penutup/cover glass/SRC
= 484 mm2 = 484 x 10-6 m2
P = Jumlah sel plankton yang diamati
p = Jumlah kotak/ulangan yang diamati = 3
V = Volume konsentrat plankton dalam botol sampel (ml)
= 10 ml = 10-2 L
v = Volume konsentrat plankton dalam kotak SRC/cover glass
= 0,06 ml = 0,06 x 10-3 L = 6 x 10-5 L
W = Volume air kolam yang disaring dengan plankton net (liter)
= 50 liter
1. Dolphin longispinna
N= T x P x V x 1
L p v W
= 484 x 10-6 x 1 x 10-2 x 1
2,6067 x 10-6 3 6 x 10-5 50
= 484
2346,03 x 10-3
= 484
2,34603
= 206 sel / Liter
2. Gonatozygon monotaenium
N= T x P x V x 1
L p v W
3. Amoeba proteus
N= T x P x V x 1
L p v W
= 484 x 10-6 x 1 x 10-2 x 1
2,6067 x 10-6 3 6 x 10-5 50
= 484
2346,03 x 10-3
= 484
2,34603
= 206 sel / Liter
4. Rotifer neptunius
N= T x P x V x 1
L p v W
= 484 x 10-6 x 1 x 10-2 x 1
2,6067 x 10-6 3 6 x 10-5 50
= 484
2346,03 x 10-3
= 484
2,34603
= 206 sel / Liter
Salinitas = 0
pH = 7 (netral)
Kelembaban udara (suhu basah) = 810 C
Suhu udara = 310 C
Kelembaban = 74 %