You are on page 1of 40

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hutan Indonesia menjadi bank dunia karena pentingnya hutan dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan lingkungan hidup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tinggi dan menurunkan kemiskinan Indonesia. Hutan sebagai kesatuan ekosistem dalam kehidupan memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia. Hilangnya hutan merusak sumber penghidupan masyarakat desa, jasa dan lingkungan mengurangi kemampuan Indonesia dalam mencapai sasaran penurunan kemiskinan. Hutan sebagai kesatuan ekosistem dalam kehidupan memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia dari zaman dulu sampai sekarang. Semua spesies yang berada di hutan mempunyai nilai ekonomi bagi setempat dan berpotensi sebagai gudang sumber daya genetik bagi tanaman pertanian. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup adalah kehidupan ini sangat bergantung oleh ketersediaan sumber daya alam. Masyarakat hidup berdampingan dan sangat bergantung pada alam, mereka memungut hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat hidup dari lingkungan sehingga lingkungan hidup perlu menjaga dan dilestarikan berbagai macam keanekaragamaan hayati diperoleh dari alam agar dapat di kelola secara baik dan benar untuk pemenuhan semua kebutuhan hidup secara berkelanjutan.

Masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari hutan baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor-sektor kehutanan dari segala kemampuan yang dimiliki masyarakat melihat, memahami kemudian

merencanakan dan menentukan dalam manfaat

sumber daya

hutan seperti

industri pengelolaan kayu dan lain-lain, keberadaan masyarakat di kawasan hutan memiliki ketergantungan terhadap sumber daya hutan yang berupa manfaat lahan untuk pertanian sumber kayu, untuk kayu bakar dan sumber air. Masyarakat memanfaatkan sumber daya hutan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam menambah penghasilan. Penelitian ini perlu dilakukan karena adanya masyarakat yang masih menebang hutan untuk membuka lahan pertanian, hal ini terjadi karena sistem pertaniannya masih sangat tradisional dan belum berkembang masalah hutan menjadi persoalan yang kontroversi sebab ketika masyarakat biasa yang mengambil kayu bakar di hutan tersebut mendapat sorotan dari pemerintah sedangkan pengusaha atau orang-orang tertentu dengan bebas mengelola hutan yang ada. masyarakat yang hidupnya bergantung dari hutan ini sering kali merupakan kelompok yang miskin di Indonesia.

Fakta mengenai kedudukan hutan pada masyarakat Indonesia dan penyebab-penyebab timbulnya konflik maka untuk melaksanakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan peran serta masyarakat diperlukan, sehingga masyarakat tidak lagi sekedar menerima dampak tetapi ikut merasakan keuntungan pengelolaan hutan yang dapat meningkatakan kesejahteraan mereka B. Rumusan Masaalah Pengelolaan Hutan Lindung yang terjadi di Desa Tapaluluo karena adanya perbedaan persepsi masyarakat d iwilayah tersebut. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Tapaluluo terhadap

Pengelolaan Hutan Lindung 2. Bagaimana sikap masyarakat Desa Tapaluluo terhadap pengelolaan Hutan Lindung C. Tujuan Penelitian 1. Memperoleh gambaran pengetahuan masyarakat Desa Tapaluluo

mengenai Pengelolaan Hutan Lindung 2. Memperoleh gambaran sikap masyarakat Desa Tapaluluo tentang pengelolaan Hutan Lindung.

D. Manfaat Penelitian Penelitian di Desa Tapaluluo diharapkan memberikan manfaat dan informasi mengenai persepsi masyarakat dengan menggunakan kuisioner khususnya terhadap responden mengenai persepsi masyarakat terhadap Hutan Lindung di Desa Tapaluluo, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. E. Defenisi Operasional 1. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkunganya melalui indera-indera yang dimilkinya. 2. Masyarakat Lokal merupakan keterlibatan langsung dan tak langsung dalam berbagai kegiatan masyarakat yang tidak berpartisipasi punya persepsi. 3. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati didominasi pepohonann dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, dan mengendalikan erosi dan memelihara kesuburan tanah. 5. Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasif, prediposisi untuk menyesuikan diri dalam situasi sosial, atau secara

sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan. 6. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki pada umumnya pengetahuan memilki kemampuan prekdiktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan suatu pola.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hutan Hutan adalah merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan manusia. (Arif , 2001). Kawasan hutan adalah wilayah teetentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk diperintahkan keberadanya sebagai hutan tetap. Kawasan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. (Anonim, 2003). Kondisi hutan yang baik mengakibatkan sumber-sumber manfaat yang berkelanjutan seperti kayu dan sumber air (mata air) yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang jauh dari kawasan hutan mencukupi kebutuhan akan kayu dan air sehari-hari. Pengelolaan kawasan hutan yang baik akan memberikan manfaat diantaranya menghijaukan kembali lapisan humus yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, manfaat lain dari terjaganya kawasan hutan adalah terserapnya air hujan dengan baik sehingga mencegah terjadinya erosi permukaan tanah dan longsor (Suhendang, 2002).

B. Persepsi Definisi tentang persepsi dapat dilihat dari definisi secara etimologis maupun definisi yang diberikan oleh beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal berasal dari kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003). Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2008). Menurut Leavit dalam Sobur (2003) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Definisi persepsi menurut para ahli sangat beragam, seperti yang dikemukakan berikut ini. Persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Definisi persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2002) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya. Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Moskowitz dan Ogel dalam Walgito (2003) persepsi merupakan proses yang integred dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integred dalam diri individu.

Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau

penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh sistem syaraf di otak. Presepsi adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (UU NO. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan), hutan adalah suatu komunitas tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon atau tumbuhan berkayu, tumbuh secara bersama-sama dan cukup rapat. Hutan merupakan seluruh lahan yang berhubungan dengan masyarakat tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon dari berbagai ukuran, dapat menghasilkan hasil-hasil hutan lainya,dapat memberikan perlindungan untuk ternak dan satwa liar. Persepsi merupakan proses yang terjadi didalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsangan. sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan disekitarnya, (Bimo Walgito, 2003), dengan demikian persepsi

10

merupakan suatu fungsi biologis (melalui organ-organ senseris) yang memungkinkan individu menerima dan mengolah informasi dari lingkunganya dan mengadakan perubahan-perubahan dilingkunganya. Persepsi adalah pengalaman tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan dan menafsirkan peran. Persepsi merupakan proses penilaian seseorang dan memberikan

penilaian pada objek-objek fisik maupun objek sosial dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulasi sosial yang ada lingkunganya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersaama-sama dengan hal-hal yang dipelajari sebelumnya baik itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai. Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan penilain pendapat, melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian, persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Didalam proses individu dituntut untuk memberikan penilaian suatu objek yang bersifat positif negatif senang atau tidak senangnya sebagiannya dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi yang tertentu pula. Persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan, persepsi seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwaperistiwa. (Rahmat, 2005).

11

C. Pengetahuan Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal, pengetahuan bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan pengalaman. Pengetahuan tersebut juga dapat

berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dan melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan tersebut.(Anonim, 2010). Pengetahuan adalah mengamati suatu objek yang akan memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap objek tersebut karena ada faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhinya. Sementara itu persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan yang akan menentukan pesan mana yang dipilih untuk diterima dan di data sehingga dipresentasekan. (Iskandar, 2001) D. Sikap Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulasi yang harus direspon. Ciri khas dan sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, situasi, benda) juga mengandung penilaian setuju tidak setuju, suka tidak suka. Oleh karena itu sikpa lebih dapat dibentuk, dikembangkan, di pengaruhi dan diubah. Sikap mempunyai 3 komponen yaitu : gejala yang ada pada objek

12

1. Kognitif adalah kepercayaan seseorang terhadap sesuatu atau pengalaman faktual seseorang mengenai sesuatu objek. 2. Efektf adalah penilaian seseorang, kesukaan atau respon emosional terhadap sesuatu. 3. Konatif merupakan perilaku yang jelas dari seseorang yang diarahkan terhadap sesuatu objek (bertingkah laku). Sikap adalah sekolompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sikap mempunyai fungsi yaitu: 1. Sikap mempunyai fungsi organisasi, keyakinan yang terkandung dalam sikap yang memungkinkan dalam mengorganisasikan pengalaman sosial. 2. Sikap memberikan fungsi kegunaan dalam menggunakan sikap untuk menegaskan sikap orang lain yang selanjutnya

memperoleh persetujuan sosial. 3. Sikap memberikan fungsi perlindungan, menjaga dari ancaman terhadap harga diri. (Chaloun, Achosella, 2004). E. Persepsi Terhadap lingkungan Persepsi seseorang terhadap lingkungan mencerminkan cara melihat, kekaguman, kepuasan serta harapan-harapan yang diinginkan dari lingkungannya (Edmund & Letey, 2002 dalam Surata, 2003). Persepsi terhadap lingkungan meliputi berbagai aspek yang luas, selain persepsi sensoris individual yaitu

13

penglihatan dan pendengaran, persepsi terhadap lingkungan juga meliputi kesadaran dan pengalaman manusia terhadap lingkungan. Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungannya karena tidak ada perilaku tertentu tanpa persepsi ; perilaku adalah hasil persepsi masa lalu dan permulaan persepsi. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar mengenai konservasi maka kemungkinan besar orang tersebut berperilaku positif terhadap upayaupaya pelestarian lingkungan. Seperti yang dikemukakan bahwa persepsi masyarakat dalam memandang hutan akan dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat seperti kebutuhan akan kayu bakar, kayu bangunan, pakan ternak dan lain-lain serta budaya yaitu kepercayaan, adat istiadat, cerita rakyat dan sebagainya. Sehingga agar persepsi masyarakat terhadap lingkungan dapat dibangun secara tepat dan terarah maka seberapa dalam persepsi masyarakat terhadap sesuatu hal harus diketahui terlebih dahulu. Pendekatan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap

lingkungan berupa satu kesatuan yang saling mendukung. F. Hutan Lindung Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang ditetapkan karena

memiliki sifat khas sebagai sistem penyangga kehidupan yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar dan kawasan dibawahnya dalam bentuk pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta pemelihran

14

kesuburan tanah. Kriteria penetapan kawasan hutan lindung didasarkan kepada penilaian terhadap faktor lereng, jenis tanah dan curah hujan serta ketinggian tempat dengan ketentuan-ketentuan tertentu (Ngadiono, 2004). Pelaksanaan

kegiatan pengelolaan hutan lindung menurut SK Menteri Kehutanan 464/Kpts11/ jo No/Kpts-11/1998 dan SK Dirjen PHPA No 129.Kpts-DJ-V1/1996 meliputi: 1. Inventarisasi Iisata dan kondisi dan potensi hutan lindung meliputi flora dan fauna, potensi wisata dan potensi sumber daya air 2. Pemancangan dan pemeliharaan batas 3. Perlindungan dan pengaman fungsi ekosistem dan kawasan 4. Rehabilitasi hutan yang rusak 5. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan 6. Peningkatan peran masyarakat Undang-undang menekankan bahwa usaha pemanfaatan dan

pengumutan hasil hutan yang dimaksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan fungsi lindung. Dengan demikian maka setiap daerah yang akan melakukan pengelolaan atau tata hutan pada hutan lindung harus mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Ada hal yang penting yang diatur bahwa dalam pemanfaatan hutan lindung tersebut tidak diperbolehkan menggunakan peralatan mekanis dan alat berat, atau dengan membangun sarana dan prasarana permanen dan atau menyebabkan terganggunya fungsi kawasan.

15

Pasal 24 ayat (1) PP No 6/2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan menetapkan bahwa pemanfaatan kawasan hutan yang dapat dilakukan dalam kawasan hutan lindung adalah melipui usaha budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, perlebahan, penagkaran satwa liar, rehabilitasi satwa liar dan budidaya hijauan pakan ternak. Selanjutnya dalam pasal 25 (2) PP No 6/2007 dalam kawasan hutan lindung juga dilaksanakan kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan seperti pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan

lingkungan dan penyerapan serta penyimpanan karbon. G. Pengelolaan Hutan Lindung Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Luas hutan lindung Indonesia + 23 % dari luas kawasan hutan. Pengelolaan hutan lindung diatur dalam PP Nomor 6 Tahun 2007 PP Nomor 3 Tahun 2008. Pengelolaan hutan lindung dimaksud meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan lindung, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan lindung, rehabilitasi dan reklamasi hutan lindung, dan perlindungan hutan dan konservasi alam di hutan lindung.

16

Selain menyusun kriteria dan standar pengelolaan hutan lindung, evaluasi terhadap pengelolaan hutan lindung juga sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana alokasi sumberdaya sebagai faktor input dapat mengubah kondisi hutan lindung yang rusak menjadi lebih baik serta pengaruhnya terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Perubahan kondisi hutan lindung perlu lebih diarahkan disamping untuk memperhatikan fungsi ekologisnya secara optimal juga peningkatan fungsi ekonomis dan sosialnya. Diharapkan dengan rakor ini akan tersusun kriteria dan standar pengelolaan hutan agar pengelolaan hutan lindung dapat dilaksanakan segera secara efisien dan lestari untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Model pengelolaan hutan lindung yang sudah berjalan dapat dikelompokkan ke dalam model pengelolaan partisipatif hutan lindung, model pengelolaan adat, model pengelolaan pembangunan hutan tanaman, dan model pengelolaan kolaboratif. Masing-masing model pengelolaan diterapkan pada karakteristik biofisik dan sosek masyarakat yang berbeda. Model Pengelolaan Partisipatif Hutan Lindung umumnya berupa agroforestry kopi dengan tanaman buahbuahan, dengan pola bagi hasil tertentu antara pengelola hutan lindung, seperti Perhutani dengan masyarakat. Model pengelolaan pembangunan hutan tanaman, pengelolaan ini seperti pada pengelolaan partisipatif dengan pengelolaan hutan tanaman karet, buah-buahan dan kayu-kayuan. Model pengelolaan kolaboratif hutan lindung dibentuk karena adanya sumber dana dan komitmen pengguna terhadap

17

keberadaan hutan lindung sebagai pengatur tata air. Pengelolaan kolaboratif mempunyai implikasi positif terhadap pemantapan dan fungsi hutan lindung, tetapi mempunyai konsekwensi biaya pengelolaan yang cukup tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pengelolaan dan pemantapan hutan lindung masih memerlukan biaya yang tinggi.

18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Waktu Penelitian direncanakan mulai dari bulan Mei sampai bulan Juli 2012. B. Bahan dan Alat 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Alat tulis menulis yang digunakan untuk menulis jawaban responden, kuisioner yang dibagikan kepada responden. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu adalah. Kamera yang digunakan untuk pengambilan dokumentasi dan komputer sebagai alat untuk mengetik laporan. C. Populasi Dan Sampel Populasi dan sampel yang diambil adalah masyarakat Desa Tapaluluo, yang mengelolah sumber daya hutan dengan jumlah kepala keluarga yang berjumlah 156 rumah tangga.

19

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang artinya sampel dipilih secara sengaja yaitu sampel yang diambil hanya masyarakat yang mengelolah sumber daya hutan. Menurut Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlahnya lebih besar dari 100 orang maka diambil 20-25%. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung jumlah sampel yang akan diambil adalah : Dengan menggunakan rumus (Arikunto 2006): n = 20% N Keterangan: n = Besar Sampel N = Besar Populasi D. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Sebelum melakukan pengumpulan data di masyarakat terlebih dahulu di lakukan klasifikasi terhadap masyarakat (perangkat desa, tokoh adat, tokoh agama, masyarakat umum). 2. Wawancara Merupakan alat utama dalam mengumpulkan data informasi bagi objek yang diteliti, metode wawancara terhadap informan kunci (perangkat desa, tokoh adat, dan tokoh masyarakat). Untuk mendapatkan gambaran umum pemahaman masyarakat desa mengenai pengelolaan hutan lindung di Desa Tapaluluo.

20

E. Jenis dan Sumber Data Adapun sumber data yang diperlukan yaitu : 1. Data primer Data primer yang dibutuhkan meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat dan persepsi masyarakt terhadap pengelolaan hutan lindung. 2. Data Sekunder Data sekunder penelitian ini diperoleh dari instansi pemerintah dan lembaga swasta berupa : laporan hasil penelitian, makalah, batas dan luas wilayah, topografi, karasteristik responden jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, pendidikan penduduk. F. Analisis Data Analisis data adalah proses penyusunan informasi atau data yang diperoleh agar mudah ditafsirkan atau mudah dimaknakan. Untuk menganalisis data yang ada maka penulis menggunakan analisis deskripsi kualitatif yang mana penulis hanya menceritakan dan menjabarkan hasil penelitian. Cara

mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tempa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2006).

21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Luas Wilayah kawasan hutan lindung memiliki luas sekitar 2.236 ha..hutan lindung ini secara administratif termaksud dalam wilayah yang terdiri dari dua dusun yaitu dusun walama dan tomula, termaksud dalam wilayah kecamatan telaga biru kabupaten gorontalo di bawah pengawasan dinas kehutanan kabupaten gorontalo. Dan secara geografis kawasan desa tapaluluo terletak pada 00,4320 Lu dan 123.02 47 BT. Hutan lindung memiliki batas wilayah antara lain : sebelah utara : berbatasan dengan kecamatan kwandang sebelah timur : berbatasan dengan kecamatan atinggola sebelah selatan : berbatasan dengan dulamayo utara sebelah barat 2. Iklim Sumber data iklim yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Bandara Jalaludin menunjukan curah hujan rata-rata 1.755 mm/tahun, curah hujan setinggi pada bulan Januari dengan rata-rata 18,3 mm dan terendah pada bulan September dengan rata-rata 8,2 mm. Dari data hari hujan terlihat bahwa hari hujan terbesar terjadi pada bulan januari, sedangkan hari hujan terkecil adalah terjadi pada bulan September. : berbatasan dengan kelurahan malahu

22

3. Jenis Tanah Jenis tanah yang terdapat di lokasi penelitian adalah ordo inceptisol. Ordo tanah ini merupakan jenis tanah muda yang belum berkembang dan relative subur. Tanah Ini terbentuk pada daerah yang mempunyai curah hujan sedang sampai tinggi. Kandungan liat pada jenis tanah ini sangat tinggi hal ini terlihat jika saat musim kemarau tanahnya seperti retak sedangkan pada musim hujan terjadi genangan. Dan jenis tanah yang cocok dibudidayakan pada jenis tanah ini adalah padi lading,jagung, cengkih, coklat untuk komoditas pertanian dan beberapa tanaman kehutanan seperti jati, kemiri, mahoni, gmelina. 4. Bentuk Lahan Dan Topografi Secara umum kawasan hutan lindung didesa tapaluluo memiliki kondisi topografi lereng dan bergelombang, hutan lindung terdiri dari bentuk lahan dataran berbukit sedang perbukitan. hutan lindung didesa tapaluluo mempunyai ketinggian denga rata-rata 100 m di atas permukaan laut (DPL). Tetapi pada umunya memiliki topografi yang berbukit-bukit dan jarak antara satu dusun dengan dusun lainnya agak sulit untuk dijangkau karena sulitnya medan untuk di jangkau apalagi dengan adanya musim hujan.

23

Tabel 1. Jenis Penggunaan Lahan Pekerjaan Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo 2011.
No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Penggunaan Lahan Lahan bangunan Perkebunan Lahan yang di manfaatkan Rawa Hutan Hutan Terlantar Lahan Kering Total Luas (HA) 300 100 10,500 50 400 1,135 Presentase (%) 2,21 0,74 0,08 0,37 2,94 100

Sumber : monograf desa 2011 Bagi masyarakat sekitar kawasan hutan lindung mendukung kegiatan pertanian dan perkebunan. Masyarakat asli yang bertempat tinggal di sekitar kawasan hutan lindung desa tapaluluo memenuhi semua kebutuhannya dari wilayah hutan sekitarnya seperti kebutuhan akan kayu bakar dan obat-obatan tradisional. Dan upaya-upaya lainnya dari masyarakat untuk menambah pendapatanya adalah dengan mejadi tukang ojek. 5. Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya a. Sejarah 1. Sejarah Pada zaman dahuku kala tepatnya tahun 1883, dua rakyat jelata yang berasal dari tapa dengan tujuan yang sama bahwa mereka ingin membuka lahan didesa tersebut. Dan dalam perjalanan mereka disaat mereka lelah mereka berteduh disebuah pohon yang sangat besar dan pohon tersebut yang sering di

24

katakakan oleh masyarakat adalah pohon beringin tapi dalam istilah bahasa gorontalo yang pohon beringin di sebut dengan (LULUO). Dari hari kehari kedua rakyat jelata itu pun sudah mulai membuka lahan di tempat tersebut dan nama dari kedua rakyat jelata tersebut adalah nani dan dula, semakin hari kebun yang mereka kelolah akhirnya berkembang denagn baik. Tahun demi tahun lahan yang mereka kelolah akhirnya membuahkan hasil yang baik dan pada saat kedua rakyat jelata sedang duduk untuk beristirahat maka munculah dibenak mereka bahwa mereka menamakan desa ini adalah desa TAPALULUO. Tapa yang diambil dari asala kedua rakyat jelata ini dan luluo diambil dari nama pohon beringin yang pertama kali mereka bertenduh pada saat mereka tiba di desa tersebut. 2. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di desa tapaluluo kecamatan telaga biru adalah 558 jiwa yang terdiri dari 152 jiwa laki-laki dan 122 jiwa perempuan. Sedang jumlah kk didesa tapaluluo 153 kk. masyarakat didesa tapaluluo bisa meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada. Dari segi ekonomi jumlah penduduk yang besar merupakan peluang untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konsumsi terhadap barang dan jasa. Keadaan penduduk di desa tapaluluo selengkapnya dapat di lihat pada table berikut :

25

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo 2011.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Umur Umur Umur 0-14 63 57 15-59 196 174 < 60 44 27

No

Nama Dusun

Jumlah

Presentase (%) 54 45.99 100

1 2

Walama Tomula Total

303 258 561

Sumber : Monograf Desa 2011 Dari tabel 1 di atas di jelaskan bahwa data yang berdasarkan penduduk dusun walama di huni oleh 303 orang dan dusun tomula dengan jumlah 258 orang dan masing-msing di huni oleh penduduk asli masyarakat Desa Tapaluluo. Seluruh masyarakat yang tinggal di Desa Tapaluluo semuanya menganut agama islam dan mereka masih di pengaruhi oleh kepercayaan nenek moyang mereka. b. Tingkat Pendidikan Sektor pendidikan salah 1 sektor yang paling menentukan

pembangunan sebuah masyarakat, tidak terkecuali pembangunan didesa tapaluluo, sektor penduduk didesa tapaluluo masih harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, hal ini terlihat masih rendahnya tingkat penduduk masyarakat desa tapaluluo dari 558 jiwa penduduk tapaluluo 30% tidak menamatkan penduduknya di tingkat sd.

26

Tabel 3. Identitas Responden Tingkat Pendidikan,Pekerjaan di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo Uraian Pendidikan a) tidak sekolah b) SD c) Paket B 2 Pekerjaan a) Petani b) Swasta c) Aparat Total Sumber : Monograf Desa 2011 No 1 Jumlah 3 24 3 28 1 1 60 Presentase (%) 5 40 5 46.67 1.67 1.67 100

Tabel di atas dijelaskan bahwa Desa Tapaluluo memiliki fasilitas SD dan SMP tetapi tenaga pengajarnya masih sangat kurang memadai. Dari tingkat pendidikan Salah seorang warga desa tapaluluo saat ini masih mengikuti pendidikan Paket B selebihnya hanya mengeyam bangku pendidikan SD bahkan ada beberapa masyarakat lainnya tidak pernah memperoleh pendidikan informal. c. Sarana Dan Prasarana Salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi disuatu daerah adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana merupakan salah satu factor penting dalam upaya pembangunan dan pengembangan suatu desa, di lihat dari ketersedian sarana dan prasarana didesa tapaluluo terlihat bahwa kondisi sarana dan prasarana di wilayah ini masih sangat minim. Kondisi sarana dan prasarana yang terdapat didesa tapaluluo dapat di lihat pada tabel berikut.

27

Tabel 4: Jenis Sarana Prasarana Umum dan Jumlah Unit Status Sarana di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo 2011
No 1. Jenis Sarana dan Prasarana Sarana Prasarana Ekonomi a. Pasar b. Warung Sarana Prasarana Sosial a. Sekolah SD b. Sekolah SMP c. Pustu Sarana Prasarana Energi a. Tenaga Surya b. Genset c. Kayu Bakar Sarana Prasarana Umum a. Jalan Daerah b. Jalan Dusun c. Jalan Desa d. Mushola e. Jembatan Sarana Prasarana Air Minum a. Mata Air Jumlah Unit 1 6 1 1 1 8 14 153 1 1 1 1 1 108 Status Sarana Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif

2.

3.

4.

5.

Sumber : Monograf Desa 2011 Dilihat dari tabel di atas dijelaskaan bahwa sarana dan prasarana di desa tapaluluo pada umumnya sarana dan prasarana ekonomi mereka memiliki warung dengan 6 unit dan pasar. Sedangkan pada sarana prasarana energi

masyarakat masih kurang menggunakan tenaga surya mereka rata-rata masih menggunkan kayu bakar dan masyarakat lainnya masih menggunkan tenaga surya. Dan rata-rata masyarakat menggunaka air minum hanya dari mata air. Dalam hal ini prasaana umum masyarakat di sana masih menggunkan jembatan yang masih rusak di gunakan untuk alat transportasi mereka.

28

B. Karasteristik Responden Masyarakat Desa Tapaluluo Dari jumlah KK yang ada di desa tapaluluo berjumlah 156 KK dari kedua dusun tersebut. Sedangkan dari jenis kelamin laki-laki berjumlah 27 0rang dan perempuan berjumlah 3 orang, setiap kepala keluarga jumlah tanggungan keluarga meraka berjumlah 0-3 orang, dan lainnya sampai berjumlah 0-7 orang jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan dilihat dari umur masyarakat yang berumur 26-35 Tahun berjumlah 8 orang dan umur 36-45 Tahun berjumlah 12 orang dan umur 46 Tahun berjumlah 10 orang. Dan jumlah penduduk di desa tapaluluo berjumlah 558 jiwa. Tabel 5. Karasteristik Responden Masyarakat Desa Tapaluluo Berdasarkan Jenis Kelamin,Umur, dan Jumlah Tanggungan Keluarga. No 1. Uraian Jumlah Persentase (%) 90 10

Jenis Kelamin a.Laki-Laki 27 b.Perempuan 3 2. Jumlah Tanggungan Keluarga a.0-3 Orang 11 b.0-7 Orang 9 3. Umur a.26-35 Tahun 8 b.36-46 Tahun 12 c.>46 Tahun 10 Sumber: Data primer setelah diolah, 2011.

36,67 63,33 26,67 40 33,33

29

1. Pembahasan Pengetahuan Dan Sikap a. Sikap masyarakat desa tapaluluo dapat dilihat bahwa mereka masih melakukan apa yang mereka lakukan sebagai tanggung jawab mereka dalam melestarikan hutan lindung disekitar mereka. Dan teori yang mendukung sikap yaitu pandangan atau disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu, sikap senantiasa diarahkan kepadabenda-benda, orang, peristiwa, pandangan,lembaga, norma dan lain-lain. b. Pengetahuan masyarakat mengenai hutan lindung agar masyarakat bisa bisa mengelolah hutan dengan baik dalam hal ini seperti pengelolaan kayu dan apabila kayu ini digunakan untuk kebutuhan mereka maka pemerintah mengijinkan dan apabila diperjual belikan kepada orang lain maka pemerintah melarangnnya. Dan teori yang mendukung tentang pengetahuan yaitu pengetahuan adalah pengamatan dan pengalaman, pengetahuan tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriftif bila seseorang dan melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yanga ada pada objek tersebut.

30

C . Pengetahuan Dan Sikap Pengamanan Hutan Oleh masyarakat Desa Tapaluluo 1. Pengetahuan Masyarakat Mengenai Keberadaan Ruang Gerak Pengamanan Hutan kawasan hutan serta hak-hak kawasan hutan mencegah dan membtasi kerusakan hutan. Dilakukannya penataan batas terhadap areal hutan karena untuk menjaga dan mempertahankan kawasan hutan tersebut. Tabel 6. Keberadaan masyarakat dalm membatasi ruang gerak di desa tapaluluo kecamatan desa tapaluluo no 1 2 membatasi ruang gerak dgn Jumlah Persentase adanya pengawasan responden (%) Ya 16 53.33 Tidak 14 46.67 Jumlah 30 100 Sumber : data primer setelah diolah 2011 Dari hasil yang di wawancarai diperoleh dari masyarakat tapaluluo sebanyak 30 responden tentang pengamanan hutan lindung di desa tapaluluo, diperoleh informasi responden tabel 6 menunjukan bahwa dengan membatasi ruang gerak dengan adanya masyarakat menjawab Ya sebanyak 53.33% menunjukan bahwa masyarakat desa tapaluluo sebagiannya setuju dengan adanya pengamanan hutan yang membatsi ruang gerak dalam hutan.

31

Sedangkan

sebagiannya

menjawab

Tidak

sebanyak

46.67%

masyarakat yang tidak setuju dalam membatasi ruang gerak dalam pengamanan hutan di desa tapaluluo karena mereka tidak mengetahui fungsi dari pengamanan batasan hutan. 2. Sikap Masyarakat Terhadap Pengamanan Hutan Sikap masyarakat desa tapaluluo terhadap pengamanan yang dilakukan di desa tersebut yaitu pengamanan berupa pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam wilayah hutan yang mengabil seenaknya hasil hutan yang seharusnya dan diselesaikan secara adat dan secara musyawarah. Apabila masyarakat yang mengambil hasil hutan dengan seenaknya dan tidak bisa ditanggulani oleh masyarakat maka masayarakat harus melaporkan kepada pihak yang berwenang, sekaligus penebangan liar yang dilakukan oleh pendatang di desa tersebut. Adapun pengamanan yang dilaksanakan di desa tapaluluo karena adanya untuk melindungi kelestariannya hutan lindung dan menjaga agar hutan tidak rusak dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang hanya mementingkan kepentingan mereka pribadi.

32

Tabel 7. Sikap Masyarakat Mengenai Keamanan Hutan di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. no Jumlah Responden 1 Ya 20 2 Tidak 10 Jumlah 30 Sumber : data primer setelah diolah 2011 petugas keamanan hutan Persentase (%) 66.67 33.33 100

Dalam hal ini masyarakat yang menjawab Ya sebanyak 66.67% karena dalam hal ini mereka mengetahui bahwa pentingngya menjaga kelestarian dan keamanan hutan dan sebagiannya lagi masyarakat yang menjawab Tidak sebanyak 33.33% karena mereka tidak tau bagaimana pentingnya menjaga hutan. Dan dapat dilihat dari tabel 2 bahwa masyarakat lebih banyak menjawab Ya karena sudah menjadi suatu kewajiban mereka bersama. Upaya pengamanan kawasan hutan merupakan kegiatan untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan kawasan hutan dan upaya-uapaya untuk pengamanan hutan meliputi sarana operasional yaitu dengan adanya pengendalian kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liar. Sebagiannya tahu apa yang di maksud dengan pengamanan dan sebagiannya juga tidak mengetahui apa yang dimaksud dari pengamanan, dan dapat dilihat tabel dibawah dijelaskan bahwa masyarakat yang menjawab Ya dan yang menjawab sangat berbeda.

33

C. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Mengenai Penyuluhan 1. Pengetahuan Masyarakat Mengenai Kegiatan Penyuluhan Penyuluhan adalah proses pemberdayaan masyarakat dalam

mengembangkan pengetahuan dan sikap perilaku masyarakat sehingga menjadi tahu, mau dan mampu melakukan kegiatan pembangunan hutan dan kehutanan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta

mempunyai kepedulian dan berpartisipasi aktif dalam pelestarian hutan dan lingkungan. Penyuluhan kehutanan memiliki kegiatan yang tertentu agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai, melalui penyuluhan kehutanan agar masyarakat sasaran selalu mengantungkan didri pada petunjuk, nasehat atau bimbingan penyuluhannya. Tetapi sebaiknya melalui penyuluhan harus mampu

menghasilkan masyarakat tani hutan dengan upayanya sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam memanfaatkan hutan serta mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi danpeluang yang diketahuinya untuk terus menerus dapat memperbaikimutu hidupnya. Pengetahuan masyarakat mengenai penyuluhan di Desa Tapaluluo sangatlah penting karena dengan adanya penyuluhan maka masyarakat bisa mengetahui bagaimana cara melindungi hutan. Dan penyuluhan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat desa tapaluluo.

34

Tabel 10. Kegiatan Penyuluhan Yang Dilaksanakan di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. No 1 2 Jumlah responden Ya 13 Tidak 17 Jumlah 30 Sumber :data primer setelah diolah 2011 mengikuti Penyuluhan Persentase (%) 43.33 56.67 100

Pengetahuan masyarakat tentang penyuluhan yang menjawab Ya sebanyak 43.33% karena mereka sangat mengiginkan diadakannya penyuluhan dan sebagiannya menjawab Tidak sebanyak 56.67%. Karena bagi mereka tidak tau pentingnya diadakanya penyuluhan dan paling banyak masyarakat yang menjawab tidak. Dan dapat dilihat dari tabel dibawah paling sedikit masyarakat yang menjawab ya. 2. Sikap Masyarakat Mengenai Sosialisasi Penyuluhan Kegiatan penyuluhan adalah upaya untuk mengubah perilaku sasaran, baik pengetahuan,sikap dan keterampilannya, dalam penyuluhan masyarakat dapat berkomunikasi langsung dengan penyuluhan. Dalam hal ini masyarakat yang mengadakan sosialisasi agar mereka bisa mengetahui bagaimana cepat dan tepat dari arealisasi proses penyuluhannya pentingnya penyuluhan diadakan dan dapat dilihat bahwa sikap masyarakat yang mengatakan Ya sebanyak 43.33% dan yang mengatakan tidak sebanyak 56.67% dalm hal ini dapat dilihat bahwa masyarakat desa tapaluluo sering mengikuti kegiatan penyuluhan karena dapat dilihat dari tabel diatas bawah masyarakat

35

yang sering mengikuti penyuluhan hanya berkisar 43.33% dan masyarakat yang sering mengikuti penyuluhan karena bagi mereka sangatlah penting dengan diadakannya penyuluhan. Tabel 11. Sikap Masyarakat Mengenai Kegiatan Penyuluhan di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. No Jumlah Responden 1 Ya 13 2 Tidak 17 Jumlah 30 Sumber : data primer setelah diolah 2011 Mengikuti Penyuluhan Persentase (%) 43.33 56.67 100

D. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Mengenai Pemanfaatan Hutan Pemanfaatan kawasan hutan terlebih dahulu dilakukan analisis karena menjaga kelestraian hutan dan kegiatan tersebut berada dibawah stuktur koordinasi dinas kehutanan pemanfaatan kawasan hutan dan pemanfaatan keestariannya, kawasan hutan lindung sudah ditetapkan sejak dulu dan telah di huni oleh masyarakat suku polahi. Sehingga secara tradisional wilayah hutan lindung telah terbagi kedalam hak kelola adat tradisional(adat). Wilayah adat desa sekitarnya berbatasan dengan alam yaitu punggung bukit atau gunung. Penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang berlaku pada Departemen Kehutanan. Selain itu juga masyarakat Desa Tapaluluo memiliki pemanfaatan hasil hutan yang mereka olah dan mereka gunakan sebagai kebutuhan mereka sehari-hari.

36

Pada zaman dulu akses transportasi menuju desa-desa sekitar kawasan hutan lindung relatif cukup sulit, dan pada umunya jalur trasnportasi berupa jalan tanah yang diperkeras oleh batu yang pada musim hujan sulit untuk dilalui oleh kenderaan bermotor, dan desa lokasi penelitian terletak di kawasan hutan lindung. Seluruh penduduk masyarakat desa tapaluluo rata-rata mata

pencaharian mereka sebagai petani ladang ladang. Kondisi topografi sekitar desa yang berbukit-bukit menyebabkan ladang penduduk berada di lereng bukit sehingga hasilnya kurang maksimal, hasil ladang mereka hanya untuk konsumsi mereka sendiri untuk mendapatkan penghasilan yang mereka dapat dan mereka jual. Tabel 12. Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. No Jumlah Responden 1 Ya 18 2 Tidak 12 Jumlah 30 Sumber : data primer setelah diolah 2011 Pemanfaatan Hutan Pada Sasyarakat Persentase (%) 60 40 100

Pemanfaatan hasil hutan dapat dilihat dari tabel diatas bahwa masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan sebanyak 60% karena mereka menggunakan hasil-hasil hutan yang bisa mereka ambil untuk kebutuhan mereka sehari-hari, sedangkan masyarakat yang tidak memanfaatkan hasil hutan sebanyak 40% karena mereka tidak menggunakan hasil-hasil hutan karena

37

mereka hanya mengambil yang diluar kawasan hutan. Pemanfaatan yang di lakukan sangatlah penting bagi masyarakat karena dalam hal ini pemanfaatan kawasan hutan untuk kesejahteraan rakyat dengan cara mengikutkan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan dengan sistem agroforestry. Pemanfaatan kawasan hutan untuk kesejahteraan masyarakat dengan cara memberikan wewenang kepada masyarakat untuk mengelola lahan pada kawasan hutan, dan kawasan hutan yang dimaksud adalah kawasan hutan yang telah gundul akibat peladangan berpindah dan mempunyai kelerengan yang tidak terlalu curam. Pada proses pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat harus mengikuti akidah konservasi dan pemanfaatan berupa pemanfaatan kawasan. Manfaat fungsi hutan secara tidak langsung masyarakat sekitar hutan telah banyak melakukan langkah-langkah penyelamatan hutan dari kerusakan yang disebabkan karena proses alam maupun kerusakan yang disebabkan oleh manusia, manfaat fungsi hutan menurut budaya adat masyarakat adalah pengelolaan yang secara berkelanjutan da tetap terjaganya nilai-nilai budaya lokal. Pemanfaatan kawasan hutan untuk kesejahteraan masyarakat dengan cara memberikan wewenang kepada masyarakat untuk mengelola lahan pada kawasan hutan, dan kawasan hutan yang dimaksud adalah kawasan hutan yang telah gundul akibat peladangan berpindah dan mempunyai kelerengan yang tidak terlalu curam. Pada proses pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat harus mengikuti akidah konservasi dan pemanfaatan berupa pemanfaatan kawasan.

38

Manfaat fungsi hutan secara tidak langsung masyarakat sekitar hutan telah banyak melakukan langkah-langkah penyelamatan hutan dari kerusakan yang disebabkan karena proses alam maupun kerusakan yang disebabkan oleh manusia, manfaat fungsi hutan menurut budaya adat masyarakat adalah pengelolaan yang secara berkelanjutan da tetap terjaganya nilai-nilai budaya lokaL. E. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Mengenai Pengawasan Hutan di Desa Tapaluluo Pengawasan yang dilakukan dalam menjaga hutan dikarenakan untuk menjaga kelestarian cagar alam dan disisi lain bisa menguntungkan hewanhewan yang sudah mulai langkah dan mahluk lainnya sangat membutuhkan. Disamping itu juga masyarakat bisa hidup dengan sejahtera apabila hutan yang mereka jaga bisa teratasi dengan baik dari gangguan yang bisa merusak kelestarian hutan. Serta tanaman-tanaman yang ada disekitar kawasan hutan yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Tabel 13. Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pengawasan Hutan di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. No Jumlah Responden 1 Ya 18 2 Tidak 12 Jumlah 30 Sumber : data primer setelah diolah 2011. Fungsi Pengawasan Persentase (%) 60 40 100

39

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa masyarakat yang melakukan pengawasan terhadap hutan lindung sebanyak 18 responden (60%), dan masyarakat yang tidak mengawasai hutan sekitar 12 responden (40%) dan dapat dilihat bahwa masih banyak masyarakat yang tidak bertanggung jawab dalam mengawasi hutan lindung yang ada disekitar mereka. Selain itu pun masih banyak juga masyarakat yang tidak tahu bahwa pentingnya fungsi pengawasan hutan terhadap mereka karena dari hutanlah mereka bisa mengambil hasil-hasil tanaman yang bisa mereka ambil.

40

PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Masyarakat Desa Tapaluluo masih memegang teguh adat kebudayaan mereka mengepresikan kegiatan pengelolaan hutan lindung sebagai upayaupaya pihak luar untuk mengambil ahli wilayah adat mereka. 2. Penduduk masyarakat Tapaluluo yang perkamunganya berada dalam kawasan berinteraksi dengan hutan lindung dengan cara memanfaatkan lahan dalam kawasan untuk pemukiman, ladang dan berkebun. B. SARAN Sesuai hasil penelitian maka disarankan beberapa hal sebagai berikut : Bagi masyarakat perlu tindakan yang terarah tumbuhnya perilaku masyarakat yang memiliki karasteristik rasa tanggung jawab pada kelestarian hutan lindunmg di Desa Tapaluluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten gorontalo Bagi Dinas Pertambangan dan Kehutanan kabupaten gorontalo di sarankan perlu di adakan sosialisasi dalam rangka mengarahkan presepsi dan perilaku masyarakat setempat. Bagi peneliti

berikutnya yaitu perlu adanya studi lanjut diperlukan untuk menelaah tentang besarnya dampak aktivitas budidaya terhadap fungsi hutan lindung di Desa

Tapaluluo Kecamatan telaga biru kabupaten gorontalo.

You might also like