You are on page 1of 13

PENYAKIT PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI

A.

POLIO Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejangkejang. Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah. Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu. Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |1

kelas I, VI. Anak diare gangguan penyerapan vaksin. Ada 2 jenis vaksin: IPV / salk dan OPV /sabin / IgA lokal. Penyimpanan pada suhu 2-8C. Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen. Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin. Kontra indikasi : defisiensi imunologik atau kontak dengannya

B.

HEPATITIS B Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang

kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur. Penyakit infeksi virus hepatotropiky yang bersifat sistemik dan akut. 1. Etiologi Paling sedikit ada 6jenis virus penyebab hepatitis yaitu, virus hepatitis A, B, C, D, E, G tapi pada anak umumnya menimbulakn masalah terutama A,B dan C. 2. Manifes klinis Umumnya asimptomatik pada bayi. Pada anak dan remaja dapat terjadi gejala prodormal infeksi viral sistemik seperti anoreksia, neusea, vomiting, fatigue, malaise, batuk dll. Dapat timbul mendahului ikterus selama 12minggu. Jika hepar sudah membesar, pasien dapat mengeluh begh pada perut kakan atas.. demam 38-39C sering pada hepatitis A.kadang mencapai 40C. urin berwarna gelap sepert the, feses berwarna tanah. Denagn timbul gejala kuning/ikterus maka biasanya gejala prodormal menghilang. Hepatomegali dapat disertai nyeri tekan. Splenomegali dapat ditemukan pada 10-20% pasien. 3. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada penyakit ini dilakukan berdasarkan tipe virusnya. 4. Pencegahan umum a. Perbaikan higyen makanan

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |2

b. Perbaikan higyen sanitasi lingkungan dan pribadi c. Isolasi anak Vaksin berisi HBsAg murni. Diberikan sedini mungkin setelah lahir. Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8C. Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Dosis kedua 1 bulan berikutnya. Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan). Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian. Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml. Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997. 5. Efek samping Demam ringan, Perasaan tidak enak pada pencernaan, Rekasi nyeri pada tempat suntikan.

C.

TBC (TUBERCULOSIS) TBC adalah penyakit infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis

sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh. Dengan lokasi terbanyak diparu yang bisa merupakan lokasi infeksi primer. Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini berhasil, maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam. 1. Tanda gejala a. BB turun tanpa sebab yang jelas b. Anoreksia dan gagal tumbuh, BB tidak naik secara adekuat

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |3

c. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas. d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan multipel. e. Batuk >30 hari f. Diare persiiten yang tidak sembuh 2. Penatalaksanaan a. Regimen dasar pengobatan Tb adalah INH dan RIF selama 6bulan denagn PZA pada 2bulan pertama. Pada tb berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2bulan. b. Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin c. Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan d. Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu < 5C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light) 3. Reaksi sesudah imunisasi BCG a. Reaksi normal/lokal 2 minggu :indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula 3-4 minggu: pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan) 8-12 minggu: ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm.

b. Reaksi regional pada kelenjar Merupakan respon seluler pertahanan tubuh Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG) Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-) Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan.

4. Kontraindikasi

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |4

a. Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, defisiensi imun kongenital, leukemia, keganasan b. Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi c. Hamil.

D.

CAMPAK Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh

sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih. 1. Etiologi virus morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24jam setelah timbul bercak dikulit. 2. Manifestasi klinis Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala yang dibagi menjadi 3 stadium: a. S. kataral(prodormal) Berlangsung 4-5 hari.gejala mneyerupai influenza, yaitu demam, malaise, batuk,fotofobia, konjungtivitis, dan koriza. Gejala khas: timbulnya bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum, dikelilingi oleh eritema,berlokasi di mukosa bukalis berhadapan denagn molar bawah.

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |5

b. S. Erupsi Gejala pada stadium kataral bertambah dan timbul enantem dipalatum dulum dan palatum mole. Kemudian terajdi ruem eritematosa yang berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbu dibelakang telinga, dibagian atas lateral

tengkuk,sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan rasa gatal dan muka bengakak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke3. Variasi lain adalah black mesles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, lutut, hidung dan traktus digestuvus. c. S. Konvalesensi Gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang, dan meninggalkan bekas dikulit berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patognomonik. 3. Penatalaksanaan Pasien diisolasi untuk mencegah penularan. Perawatan yang baik diperluakn terutama kebersihan kulit, mulut dan mata. Pengobatan yang diberikan simptomatik, yaitu antipiretik, sedatif, obat antitusif, dan memperbaiki keadaan umum dengan memperhatikan asupan cairan kalori serta pengobatan terhadap komplikasi. Pencegahan dengan imunisasi. Vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Dianjurkan diberikan 1 dosis pada umur 9 bulan atau labih. Vaksin disuntikkan ssubkutan sebanyak 0,5ml. kontraindikasinya infeksi akut diserati demam > 38C, defiensi imunologi,npengobatan dengan imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin dan wanita hamil.

E.

DIFTERI Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |6

dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi. Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satudua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Difteri adalah radang tenggorokan yang dapat menyebabkan kerusakan jantung dan tenggorokan tersumbat. Menular melalui percikan-pecikan ludah penderika waktu batuk dan bersin. Dapat juga melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang telah dicemari oleh kuman-kuman penyakit tersebut. 1. Etiologi Corynebacteriumdiphtheriae ,bkteri gram positif yang polimorf, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. 2. Tanda gejala a. Demam tinggi b. pembengkakan pada amandel ( tonsil ) c. terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. d. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. 3. Prognosis: tergantung ada tidaknya komplikasi terutama paru dan saraf pada bayi dan anak-anak. 4. Pencegahan denagn pemberian vaksin DPT yang bersamaan mencegan penyakit difteri dan tetanus.

F.

PERTUSIS

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |7

Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan Batuk Seratus Hari adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan. Pertusis (atau batuk rejan) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi tenggorok dengan bakteri Bordetella pertussis. penyakit radang pernafasan (paru) yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari. Diebuat batuk 100 hari karena lama sakitnya dapat mencapai 3 bulan lebih (100 hari). gejala penyakit ini sangat khas, batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi whoop dan diakhiri dengan muntah. Pertusis menular melalui percikan-pecikan ludah penderika waktu batuk dan bersin. Dapat juga melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang telah dicemari oleh kuman-kuman penyakit tersebut. 1. Tanda Gejala a. serangan batuk, diikuti dengan tarikan napas besar (atau whoop). Penderita b. adakalanya muntah setelah batuk. c. hidung beringus d. rasa lelah e. kadang demam parah. 2. Etiologi Bordetella pertusis adalah bakteri gram negatif, tidak bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah nasoparing dan ditanamkan pada media agar Boerdet-gengou. 3. Manifes klinis Masa tunas selama 7-14 hari. Penyakit ini berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan terbagi menjadi 3 stadium: a. Stadium kataralis

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |8

selama 1-2minggu. Menyerupai influenza. Ditandai dengan batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan. b. Stadium spasmodik selama 2-4 minggu. Batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka mearh dan sianotik. Batuk terajdi paroksimal berupa baruk-batuk khas. Serangan batuk panjang dan tidak ada inspirasi diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan napas panjang dan berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai sputum kental. Anak dapat terberak-berak dan terkencing-kencing. Akibat tekanan saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis. Tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka lebar. c. Stadium konvalensi selama 2minggu. Jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali. 4. Pencegahan dengan pemberian vaksin DPT.

G.

TETANUS Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena

mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i |9

Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.

Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya. Penyakit infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.

Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot.. tetanus penularannya melalui tali pusat karena pertolongan persalinan yang tidak bersih/steril, atau melalui luka. 1. Etiologi Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora, tersebar ditanah, mengeluarkan eksotoksin. 2. Manifesklinis a. Lokal: nyeri, kaku dan spasme dari daerah yang terluka

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i | 10

b. Umum: trismus, kekakuan otot maseter, kekakuan otot wajah, kaku kuduk, opistotonus, perut papan, kejang tonik umu, kejang rangsang (terhadap visual, suara, taktil), kejang spontan, retensio urin. c. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Reaksi pasca imunisasi DPT adalah Demam, nyeri pada tempat suntikan 12 hari, diberikan anafilatik + antipiretik. Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi demam > 40C, kejang, syok imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DpaT.

H.

INFLUENZA Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan

oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung,

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i | 11

Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.

I.

DEMAM TIFOID Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsungangsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan

mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian.

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i | 12

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Online. (http://newbornclinic.wordpress.com/2009/04/19/penyakit-yang-dapatdicegah-dengan-imunisasi/, diakses 27 juni 2012) Gusdwi. 7 jenis virus yang dapat dicegah melalui Imunisasi Bayi dan Anak. Online. (http://gusdwi.info/web-desain/7-jenis-virus-yang-dapat-dicegah-

melalui-imunisasi-bayi-dan-anak.htm, diakses 27 juni 2012) Muchlastriningsih, Enny. 2005. Penyakit-penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi di Indonesia. Jakarta: CDK. Parish HJ. A. 1965. History of Immunization. Edinburg, London: E&S Livingstone Ltd. Satgas Imunisasi PP IDAI. 2011. Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Balai Penerbitan Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Tugas blok VII Imunologi dan

I n f e k s i | 13

You might also like