You are on page 1of 4

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

HAMA UTAMA PADA VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) DAN PERKEMBANGANNYA
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

Surtikanti

ABSTRACT
A study on major pests and corn plant development on sweet corn was conducted during June until September 2005 in Pangkep (Mandalle). The experiment was used Sweet corn variety, and used urea, SP-36 and KCl fertilizer with rates (300-200-100) kg/ha. The treatment were number of eggs and larvae at 28, 42, 56 and 70 days after planting (DAP). The result indicated that armyworms attacked at 42 DAP on sweet corn, while corn earworms infested starting at 56 DAP. Key words: Helicoverpa armigera, Mythimna separata, Spodoptera litura, sweet corn

PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan dan memantapkan ketahanan pangan nasional, jagung akan menjadi alternatif pertama setelah padi sebagai sumber karbohidrat. Diperkirakan saat ini areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan meningkat masing-masing 10-15% dan 20-30% terutama pada daerah produksi jagung komersial (Kasryno, 2002). Pengembangan jagung di Indonesia khususnya di Sulawesi sedang digalakkan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor yang dikenal dengan istilah Celebes Corn Belt (CCB) (Subandi et al., 2005). Meningkatnya kebutuhan jagung di Indonesia ternyata tidak diikuti oleh peningkatan produksi (Deptan, 2003). Rendahnya produksi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penggunaan varietas jagung yang rentan terhadap hama. Di Indonesia Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt), dikenal dengan nama Jagung Manis. Tanaman ini merupakan jenis jagung yang baru dikembangkan, dan semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Hama merupakan kendala dalam peningkatan produksi jagung. Di pertanaman jagung ada beberapa jenis hama yang diantaranya berstatus penting antara lain ulat grayak (Spodoptera litura dan Mythimna separata) dan ulat penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). S. litura dan M. separata merupakan serangga hama yang polipag, larvanya selain menyerang jagung juga menyerang tanaman diantaranya tanaman kacang-kacangan, bawang merah, cabe merah, padi dan kol. Hama ini dikenal dengan sebutan ulat grayak, bila populasinya banyak dan sesuai keadaan lingkungannya dapat menyerang tanaman sampai tinggal tulang daunnya. Hal ini yang disebut out break. Intensitas kerusakan daun rata-rata akibat serangan M. separata pada jagung hibrida Bisi-2 dan CPl-2 berturut-turut 55,24% dan 19,45% (Akib et al., 1996). H. armigera merupakan serangga hama yang polipag, larvanya selain menyerang jagung juga menyerang tanaman kapas, tembakau, sorgum, kentang, tomat, dan kacangkacangan. Pada tanaman jagung yang masih vegetatif, umumnya telur ditemukan pada permukaan daun, sedangkan pada tanaman generatif, telurnya diletakkan pada jambul tongkol jagung. Jambul tongkol jagung yang berumur 5 hari adalah bagian tanaman yang paling disenangi oleh serangga dewasa untuk meletakkan telurnya. Ketertarikan

40

Surtikanti: Hama Utama dan Perkembangan Tanaman Jagung pada Varietas Jagung Manis

dalam meletakkan telur dipengaruhi oleh sifat bio-kimia tanaman, sedangkan sifat biofisik tanaman seperti warna jambul tongkol kurang berpengaruh. Penelitian ini untuk mengetahui perkembangan tanaman jagung dengan populasi hama utama.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2005, di lahan bekas sawah daerah Pangkep (Mandalle). Varietas yang digunakan var. Jagung Manis, pupuk yang digunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl yang masing-masing sebanyak 300, 200 dan 100 kg/ha. Pemupukan pertama diberikan pada umur 10 hari setelah tanam (HST) dengan takaran (100 200 100 ) kg/ha, dan pemupukan kedua diberikan pada umur 35 HST dengan takaran (200 0 0 ) kg/ha. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 HST, dan yang kedua pada umur 34 HST. Pembumbunan dilakukan pada umur 36 HST. Penyiraman dilakukan bila diperlukan. Jarak tanam yang digunakan 75 cm x 25 cm, setiap lubang diberi 2-3 biji jagung dan setelah tumbuh diperjarang dengan membiarkan satu tanaman perlubang. Penjarangan dilakukan pada umur tanaman 2 minggu setelah tanam (MST). Pengamatan populasi hama dilakukan pada umur tanaman 28, 42, 56 dan 70 HST dengan 10 sampel tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan tanaman Jagung Manis dan banyaknya kelompok telur dan larva S. litura dapat dilihat pada Tabel 1. Pada penelitian ini dengan umur tanaman 14 HST belum dilakukan pengamatan. Pada 28 HST belum ditemukan kelompok telur maupun larvanya. Setelah tanaman jagung keluar bunga jantan yaitu pada 42 HST ditemukan 0,1 kelompok telur pertanaman, satu larva instar I dan, 0,2 larva instar III. Menurut Rakhmat (1996), ulat grayak telah ditemukan pada fase awal pertumbuhan (kelompok telur dan larva stadia awal) dan populasi terus meningkat dan sampai mencapai puncaknya pada umur tanaman bawang merah 4 7 minggu setelah tanam. Tabel 1. Perkembangan tanaman Jagung Manis dan banyaknya larva S. litura Perkembangan Tanaman Daun muda Seludang tua Bunga jantan Rambut Matang susu HST 14 28 42 56 70 Kelompok Telur 0,0 0,1 0,0 0,1 1 0,0 1,0 0,0 0,0 Jumlah larva / tanaman Instar 2 3 4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

5 0,0 0,0 0,0 0,0

Pada umur tanaman 56 HST tanaman sudah keluar jambul tongkol (silk), baik kelompok telur maupun larva tidak ditemukan. Hal ini sesuai dengan sifat dari S. litura yang hanya memakan daun muda hingga masa awal generatif. Pada umur tanaman 70 HST tanaman sudah bertongkol matang susu, ditemukan 0,1 kelompok telur. Bila telur-telur ini dapat menetas, larva inilah yang masuk dan dapat menyerang tongkol yang masih muda. Perkembangan tanaman Jagung Manis dan banyaknya larva M. separata dapat dilihat pada Tabel 2. Pada pengamatan jumlah telur, dari umur tanaman 28 HST sampai dengan 70 HST tidak ditemukan telur M. separata. Jumlah larva baru ditemukan pada

41

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

42 HST dengan perkembangan tanaman telah keluar bunga jantan. Larva instar II sebanyak 0,5 , instar IV sebanyak 0,2 dan instar V sebanyak 0,1. Tabel 2. Perkembangan tanaman Jagung Manis dan banyaknya larva M. separata Perkembangan Tanaman Daun muda Seludang tua Bunga jantan Rambut Matang susu HST 14 28 42 56 70 Telur 0,0 0,0 0,0 0,0 1 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah larva / tanaman Instar 2 3 4 0,0 0,0 0,0 0,5 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,2 0,1 0,2

5 0,0 0,1 0,0 0,0

Pada umur tanaman 56 HST tidak ditemukan jumlah telur maupun larva sedangkan menurut Tenrirawe et al. ( 2002) penelitian di Takalar pertanaman dengan pola tanam jagung (jagung dan padi) (jagung dan kedelai) yang ditanam pada bulan Mei Agustus 2001, hama M. separata merupakan hama yang dominan dengan populasi tertinggi pada 58 HST dengan populasi 43 ekor larva per 100 tanaman pada monokultur. Pada 70 HST ditemukan larva instar II sebanyak 0,2, instar III sebanyak 0,1 dan instar IV sebanyak 0,2. Berkurangnya populasi sesuai dengan pendapat Arifin (2003) bahwa populasi larva M. separata instar awal yang tinggi akan berkurang pada instar selanjutnya. Morenco et al. (1992) menyatakan bahwa kerusakan Jagung Manis akibat serangan ulat grayak M. separata terjadi sejak pertumbuhan awal sampai pertengahan (V1 V9). Perkembangan tanaman Jagung Manis dan banyaknya larva H. armigera dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan tanaman Jagung Manis dan banyaknya larva H.armigera Perkembangan Tanaman Daun muda Seludang tua Bunga jantan Rambut Matang susu HST 14 28 42 56 70 Telur 0 0 1,9 0 1 0 0 0,2 0 Jumlah larva / tanaman Instar 2 3 4 0 0 0 0 0 0 0 0,2 0,2 0,8 1,0 0,9

5 0 0 0 0

Pada pengamatan 28 HST sampai dengan 42 HST tidak ditemukan jumlah telur maupun larva. Pada umur tanaman 56 HST tanaman sudah keluar rambut tongkol, ditemukan larva instar I sebanyak 0,2 , larva instar III sebanyak 0,2 dan larva instar IV sebanyak 0,2. Selain itu ditemukan pula 1,9 telur. Hal ini sama keadaannya pada penelitian Tenrirawe et al. (2002), populasi H. armigera tertinggi pada 58 HST dengan 14 butir telur dan 24 ekor larva per 100 tanaman. Pada umur tanaman 70 HST tidak ditemukan populasi telur, tetapi ditemukan larva instar II sebanyak 0,8 , larva instar III sebanyak 0,1 dan larva instar IV sebanyak 0,9. Hal ini sesuai dengan pendapat (Kalshoven,1981 ; Walsh et al., 2005), yang menyatakan bahwa imago betina H. armigera lebih menyukai jambul tongkol untuk meletakkan telurnya.

42

Surtikanti: Hama Utama dan Perkembangan Tanaman Jagung pada Varietas Jagung Manis

KESIMPULAN
Serangan ulat grayak (S. litura dan M. separata) dimulai pada 42 HST, sedangkan serangan penggerek tongkol (H. armigera) pada saat umur tanaman 56 HST. Oleh karena itu untuk pencegahannya dapat dilakukan pada saat pertanaman sebelum 42 HST untuk mengurangi serangan ulat grayak,dan pada saat sebelum 56 HST untuk mengurangi serangan penggerek tongkol.

DAFTAR PUSTAKA
Akib, W., N. Nonci, dan M. Yasin. 1996. Keadaan serangan ulat grayak Mythimna separata (Walker) pada pertanaman jagung yang berbeda kerapatannya. Seminar Mingguan Balitjas, Tanggal 9 Nopember 1996. 6 hal. Arifin, K. 2003. Dinamika populasi ulat grayak pada padi. Berita Puslitbangtan 26 : 6-7. Departemen Pertanian. 2003. Luas tanam, Produksi, dan Produktivitas Jagung. Deptan. Jakarta. Kasryno,F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Dunia Selama Empat Dekade Yang Lalu dan Implikasinya Bagi Indonesia. Makalah Disampaikan Pada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung di Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian. Morenco, R.J., R.E. Foster dan C.A. Sanchez. 1992. Sweet corn response of fall Armyworm (Lepidoptera : Noctuidae) damage during vegetative growth. J of Ec. Ent. 85 : 1285 1292. Rakhmat,S. 1996. Hama ulat Spodoptera exigua Hubn. pada bawang merah dan strategi pengendaliannya. J. Libang. Pertanian. XV (2): 41 46. Subandi,S., S. Saenong, Zubachtirodin, dan O. Suherman. 2005. Ketersediaan teknologi dan program penelitian Balitsereal untuk mendukung pengembangan jagung pada areal proyek PLC di Kabupaten Kuala Kapuas, Kalteng. Makalah disampaikan pada pertemuan para pejabat Kabupaten Kuala Kapuas, 5 Maret 2005. 19 hal. Tenrirawe,A.A., Akib, W., dan J. Tandiabang. 2002. Dinamika populasi hama utama tanaman jagung pada pola tanam berbasis jagung. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit 2001. Hal. 31 37. Walsh, B., D.Peter, N.Brendan, dan G.Tonia. 2005. Heliothis in Sweet Corn. Dept. of Primary Industries and Fisheries, Queensland.8 hal.

43

You might also like