You are on page 1of 7

Azotobacter Bakteri Penambat Nitrogen Aerobik

Azotobacter adalah bakteri penambat nitrogen aerobik yang mampu menambat nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi, bervariasi + 2 15 mg nitrogen/gram sumber karbon yang digunakan. Pada medium yang sesuai, Azotobacter mampu menambat 10 -20 mg nitrogen/g gula, kemampuan ini tergantung kepada sumber energinya, keberadaan nitrogen yang terpakai, mineral, reaksi tanah dan faktor lingkungan yang lain, serta kehadiran bakteri tertentu. Faktorfaktor eksternal yang mempengaruhi penambatan nitrogen antara lain suhu, kelembaban tanah, pH tanah, sumber karbon, cahaya dan penambahan nitrogen. Di samping itu jumlah bakteri penambat nitrogen pada perakaran, potensial redoks dan konsentrasi oksigen juga dapat mempengaruhi aktivitas penambatan nitrogen. Spesies-spesies Azotobacter yang telah diketahui/ dikenal antara lain: A. chroococcum, A. beijerinckii, A. paspali, A. vinelandii, A. agilis, A. insignis dan A. Macrocytogenes. Inokulasi Azotobacter efektif dalam meningkatkan hasil panen tanaman budidaya pada tanah yang dipupuk dengan bahan organik yang cukup. Sediaan bakteri yang mengandung sel-sel Azotobacter yang dibeni nama Azotobacterin yang diproduksi dan digunakan di Rusia dan negara-negara Eropa Timur terbukti menguntungkan dalam meningkatkan basil panen tanaman budidaya seperti gandum, barley, jagung, gula bit, wortel, kubis dan kentang sebesar 12% dibandingkan dengan tanaman kontrol. Respon ini diduga disebabkan oleh faktor tumbuh yang dihasilkan oleh Azotobacter. Walaupun demikian, efisiensi penambatan nitrogen oleh Azotobacter relatif rendah dibandingkan dengan jasad simbiotik. Rata-rata nitrogen yang dapat diikat sebesar 1 kg/Ha/tahun. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor pembatas berupa ketersediaan karbon organik dalam tanah. Dalam kultur murni, Azotobacter diketahui pula mampu mensintesis substansi yang secara biologis aktif dapat meningkatkan perkecambahan biji, tegakan dan pertumbuhan tanaman seperti vitamin B, asam indol asetat, giberelin, dan sitokinin. A. chroococcum, A. vinelandii dan A. paspali mampu menghasilkan auksin dan giberelin, sedangkan A. chroococcum dan A. paspali mampu menghasilkan sitokinin. Senyawa-senyawa ini juga diketahui dapat merangsang prosesproses enzimatik pada akar dan mempercepat sintesis senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen organik. Efek Azotobacter dalam meningkatkan biomassa akar disebabkan oleh penghasilan asam indol asetat di daerah perakaran. Hal ini didukung bukti bahwa eksudat akar mengandung triptophan atau senyawa serupa yang dapat digunakan oleh mikroorganisme tanah untuk memproduksi asam indol asetat.

1. Azotobacter sp. Berfungsi untuk melindungi atau menyelimuti hormon tumbuh dan juga sbg mikroba penambat Nitrogen dari udara bebas. JudulPemanfaatan Azotobacter Sebagai Biokatalisator Penyedia Hara N Untuk Mensubstitusi Pupuk Buatan Pada Persawahan Pasang Surut Kalimantan Selatan : Laporan Penelitian PengarangFakhrurrazie ; Jumar ;InstitusiFakultas Pertanian Universitas Lambung MangkuratTahun Terbit2006Kode Panggil631Kode Panggil Lain08/0440Desc Fisik45 hal., lamp.SubyekAzotobacter;Nitrogen fertilizers;Rice - Fertilizers;Rice - Effect of nitrogen onSariPenelitian yang berjudul "Pemanfaatan Azotobacter sebagai Biokatalisator Penyedia Hara N untuk Mensubstitusi Pupuk N Buatan pada Persawahan Pasang Surut Kalimantan Selatan" bertujuan untuk inengetahui viabilitas Azotobacter pada berbagai varietas padi, mengetahui kemarriptiannya dalam menambat clan memasok N, dart dalam mendukung pertumbuhan berbagai padi daerah pasang surut Kalimantan Selatan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa viabilitas Azotobacter pada padi 1R64 (5,64 x 108 - 2,18 x 109 sel/g) dan Bayar Pahit (1,40 x1010 - 1,77 x 1010 sel/g) tidak berbeda antara sesamanya. Pada padi Margasari, Azotobacter RG.3.18 (5,02 x101? sel/g); 07.1TTNH/11 dan RG.3.62 (2,07 x 1010 dan 2,49 x 10" sel/g) pada Siam Pandak, Azotobacter RG.3.62, RG.3.18 dan TB.PDST.2b (yaitu 3,17 x 107; 1,28 x 107 dan 3,78 x 107 sel/g) pada Siam Unus lebih tinggi dibanding kontrol dan Azotobacter lainnya. Kemampuan Azotobacter penambatan N pada padi 1R64 sebesar 1.743,52 ? 5.788,01 mg N/pot), dan memasok N sebesar 1,49 ? 2,74 %N. Pada padi Margasari Azotobacter TB.PDST.2b dan RG.3.18 menambat N2 atmosfer teringgi (4.682 dan 5.838 mg N/pot), tetapi hanya Azotobacter TB.PDST.2b pemasok N tertinggi (1,48%N). Pada Bayar Pahit, Azotobacter 07.11TNH/11 penambat N2 atmosfer tertinggi (3.205 mg Nlpot) tetapi memasok N tidak berbeda dengan lainnya. Pada padi Siam Unus, Azotobacter RG.3.62 dan 07.1/TNH/11 (2.139,65 dan 1.673,19 mg N/pot) menambat N relatif tinggi, tetapi memasok N tidak berbeda Iainnya. Pada padi Siam Pandak, azotobacter beium mampu peningkatan jumlah N tertambat, tetapi Azotobacter RG.3.62 mampu memasok N hingga 1.3 %N. Azotobacter memiliki kemampuan yang sama mendukung pertumbuhan padi 1R64 dan Margasari, Azotobacter RG.3.62 pada padi 1R64 meningkatkan jumlah akar aktif tertinggi sebesar 228 akar. Azotobacter 07 .111-NH/11 pada padi Margasari meningkatkan jumlah anakan Iebih banyak (22 anakan). Pada padi Siam Pandak, Azotobacter TB.PDST.2b meningkatkan jumlah akar aktif (543 akar), jumlah anakan (23 anakan) dan bobot kering (11,45 g/tanaiiiian) tertinggi. Pada padi Bayar Pahit, hanya tinggi padi yang diinokulasi dengan Azotobacter mengalami peningkatan sebesar 104 - 106 cm. Dan pada padi Siam Unus, Azotobacter 07,1/TNH/11 secara konsisteh mampu meningkatkan jumlah anakan (26 anakan), bobot kering tanaman (14,46 g/tanaman) den jUmlah akar aktif (503 akar).Kecocokan Azotobacter RG.3.62 pada padi 1R64 dan Siam Pandak, Azotobacter RG.3.18 dengan padi Margasari, Azotobacter 07.1/TNH/ll dengan padi 1R64, Bayar Pahit dan padi Siam Unus.

Acetobacter sp, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman. Bakteri memakan C dlm tanah sbg energi dan menghasilkan enzim nitrogenase, N dr udara diikat enzim nitrogenase dan dirubah menjadi amonia (Azospirillum & Azotobacter). Amonia dirubah menjadi N yg dpt diserap tanaman yaitu NH4+ & NO3 (Nitrosococcus & Nitrosomonas)

Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.

marwahnamira

Sabtu, 20 Maret 2010


PENGARUH PEMANFAATAN Azotobacter chroococcum DALAM LIMBAH NANAS SEBAGAI INOCCULANT TERHADAP WAKTU TERJADINYA KOMPOS SAMPAH ORGANIK
INTISARI Sampah organik merupakan suatu masalah yang perlu ditanggulangi, mengingat dampak terhadap lingkungan, lindian yang terlarut dari proses pembusukan, timbulnya bau dan juga sebagai perindukkan vektor penyakit.Semua masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan jalan pengomposan, kompos yang baik mempunyai kualitas baik dan waktu yang singkat, sehingga perlu bahan organik lain guna mempercepat waktu pengomposan, salah satunya menggunakan inocculant dari limbah nanas dan Azotobacter chroococcum sebagai aktifatornya. Jenis penelitian Experiment, dengan desain studinya yaitu Post Test Only with Control Group Design. Data yang diperoleh dari hasil ini dikelompokkan dalam tabel, kemudian dianalisa secara deskriptif dengan menganalisa angka-angka yang disajikan dalam bentuk tabel (lihat lampiran) dan analitik dengan menggunakan uji Anava satu jalan (One Way Anova), taraf signifikan 5% Kata kunci : Perlakuan Variabel Dosis, Inocculant limbah nanas, Azotobacter chroococcum, waktu terjadinya kompos. PENDAHULUAN Meningkatnya aktifitas manusia dalam memperbaiki taraf hidupnya, sehingga perkembangan dan pertumbuhan sosial ekonomi cenderung meningkat pula. Perkembangan pasar buah misalnya, menghasilkan beberapa keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun disisi lain juga menimbulkan dampak negatif yang berpengaruh terhadap respon baik secara fisik, kimia maupun biotis dari ekosistem penerima dan masyarakat di sekitarnya, contohnya adanya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan limbah padat maupun cair pada pasar buah. Sampah di pasar buah semakin hari semakin bertambah banyak jumlahnya, karena berkaitan erat dengan semakin bertambahnya aktifitas masyarakat. Bahan pencemar yang dihasilkan oleh pasar buah yaitu seperti sampah organik dari limbah buah-buahan yang dijual di pasar buah tersebut. Limbah buah-buahan pada umumnya bersifat asam dan cenderung timbul bau akibat timbulnya gas Hidrosulfur hasil proses pembusukkan sampah limbah buah-buahan. Akibat bau yang timbul tersebut maka akan merangsang timbulnya lalat dan kurangnya estetika. Salah satu limbah buah-buahan yang ada di pasar adalah limbah buah nanas, limbah buah nanas terdiri dari berbagai unsur organik yang dapat terdekomposisi sesuai karakteristik limbah tersebut dengan pH berkisar asam yaitu 4,5-5. Pada kondisi bersifat asam, pembusukkan cenderung dilakukan oleh kelompok jamur atau kapang, dikarenakan pada kondisi tersebut kelompok bakteri tidak aktif akan

tetapi masih hidup. pH pada umumnya dapat di optimalkan dengan cara pemberian kapur tohor atau abu sekam, sehingga dengan kondisi optimal berkisar netral yaitu 6-8 pembusukan dapat dibantu oleh kelompok bakteri Kondisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengomposan, salah satu tujuan pengomposan yaitu mengurangi limbah organik yang beredar dengan prinsip kerja yaitu dekomposisi oleh mikrobiologi atau kimiawi. Kompos yang baik yaitu kompos yang memenuhi syarat kualitas kompos. Spesifikasi kompos yang berasal dari sampah domestik ini memuat ruang lingkup, acuan, istilah dan definisi, persyaratan kandungan kimia, fisik dan bakteri yang harus dicapai dari hasil olahan sampah organik domestik menjadi kompos. Karakteristik dan spesifikasi kualitas kompos dari sampah organik domestik, diantaranya yaitu kadar air yaitu jumlah kandungan air yang terdapat di dalam sampah dan kompos, unsur mikro dan unsur kimia yang terdapat didalam kompos dengan konsentrasi yang sangat kecil, bahan asing yaitu bahan yang terdapat di dalam kompos yang memberikan pengaruh negatif pada pengguna dan industri pengomposan, pencemar organik yaitu bahan pencemar yang berasal dari senyawa golongan pestisida dan sejenisnya nilai yang menunjukan perbandingan kadar karbon terhadap nitrogen, organisme pathogen mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit bagi makhluk hidup, nilai agronomi yaitu nilai yang dapat meningkatkan daya pertumbuhan, suhu air tanah yaitu suhu yang ada di dalam air tanah yang dapat diserap oleh akar tumbuhan dalam suasana aerob dan tidak lebih dari 30 .Kendala pengomposan yaitu kurun waktu terjadinya kompos, sehingga hal ini perlu adanya campuran bahan organik lain yang dapat mempercepat pengomposan tersebut. Penggunaan pemacu atau inocullant tertentu akan mempercepat waktu pengomposan. Pengomposan secara kimiawi tergantung dari jumlah CO2, phospat, Sulfat, gugus amino dan berbagai garam yang lain. Dilihat dari kandungan mikrobiologinya kompos tergantung dengan jumlah suplay nitrogen yang terkandung dalam sampah karena sebagian besar mikrobiologi bakteri menyerap nitrogen sebagai sumber energi untuk melakukan dekomposisi bahan organik.Salah satu jenis bakteri yang dapat meningkatkan nitrogen yaitubakteri dari spesies Rizobakteri adalah Azotobacter chrocococum. Bakteri ini termasuk dari golongan heterotropic non simbiotic yang tidak dapat membuat makanan sendiri sebagai keperluan energinya, sehingga dalam mendapatkan sebagian besar energi dengan cara mendegradasi bahan-bahan organik. Azotobacter chroococcum juga dapat melakukan fiksasi terhadap nitrogen di udara menjadi unsur nitrat atau nitrit yang dapat diserap oleh tanah. Dengan kemampuan penambatan nitrogen di udara, maka bakteri dapat memanfaatkan hasil penambatan nitrogen tersebut guna energinya untuk melakukan degradasi terhadap bahan organik sebagai media tumbuh dan berkembang. Meningkatnya nitrogen dalam media akan mempercepat dekomposisi bahan organik . Dengan melihat hal tersebut diatas Azotobacter chroococcum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu aktifator dengan menambahkan bahan-bahan nutrisi dari limbah nanas sebagai inocculant kedalam sampah organik terhadap perlakuan pengomposan. Akan tetapi dengan melihat juga kendala yaitu pH limbah nanas yaitu berkisar asam dan bagaimana memperoleh galur murni satu jenis bakteri dalam hal ini Azotobacter chroococcum, maka perlu adanya perlakuan untuk mengatasinya. pH limbah nanas bersifat asam dapat diturunkan dengan cara penambahan kapur tohor sampai pH berkisar netral sehingga bakteri dapat berkembang biak dan aktif. Kemudian cara memperolah galur murni satu jenis dapat dilakukan dengan cara isolasi tanah yang mengandung bakteri Azotobacter chroococcum dengan prinsip kerja penanaman ke dalam media agar YMA (Yeast Manitol Agar), dengan demikian teknik pengomposan dengan memanfaatkan inocculant dari limbah nanas yang mengandung Azotobacter chrocoocum dapat dilakukan .

METODE PENELITIAN Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh pemanfaatan Azotobacter chroococcum dalam limbah nanas sebagai inocculanterhadap lama waktu terjadinya kompos organik. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Experiment , adapun desain penelitian yang digunakan yaitu Post Test Only With Control Group DesignDalam mengambil sampel penelitian ini dilakukan di Pasar Sentul, Isolat bakteri Azotobacter chrooococcum di dapatkan dari laboratorium Mikrobiologi tanah fakultas pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta, kemudian pelaksanaan penelitian dilakukan di Rumah peneliti di Jl Wates Km 3, Sonopakis lor RT 03/No 93, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul Jogjakarta, kompos jadi hasil penelitian kemudian di lakukan analisa kualitas akhir kompos mengenai pH akhir, Kelembaban akhir, bau dan warna kompos, kadar air, daya ikat air, dan C/N Ratio kompos dengan merunut pada SNI (Standar Nasional Indonesia)19-7030-2004 tentang syarat kompos Isolasi bakteri Azotobacter chroococcum Isolasi bakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Tanah Fakultas Pertanian , Universitas Gajah Mada. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti langsung menggunakan bakteri Azotobacter chroococcum yang telah diisolasi oleh pembimbing laboratorium.Isolasi bakteri : Azotobacter chroococcum (AC04)Ketentuan isolasi : isolasi dan penghitungan bakteri AC04 pada lokasi tanah pertanian. Yaitu tanah, kedela (75m d.p.l),. Pengambilan sampel tanah dengan menggunakan "soil auger", untuk mengetahui jumlah bakteri AC04 digunakan metoda "plate count" dengan media selektif Agar-agar manitol bebas nitrogen. Hasil perhitungan menunjukkan, bahwa jumlah bakteri AC04 ditemukan pada ketinggian 75 m d.p.l.,suhu 27C, pH 5,9, kadar air 26,96% dan kadar organik 7,12%. jumlah bakteri Azotobacter yang diperoleh mencapai 173,333 x 103/ gram tanah. Jumlah koloni bakteri : 173,333 x 103/ gram tanahProsedur kerja pembuatan kompos dengan inocculant Azotobacter chroococcum dalam limbah nanas :dilakukan treatment awal pencacahan bahan organik dengan ukuran 2 cm-5 cm, dimasukkan potongan sampah organik tersebut kedalam bioreaktor sebanyak 5 kg tiap perlakuan, ditaburi kapur tohor secukupnya, kemudian diatasnya dimasukkan inocculant yang telah dibuat dengan variasi berbeda tiap perlakuannya yaitu 100 gr/kg sampah, 120 gr/kg sampah, 140 gr/kg sampah, diberi percikan air untuk menjaga kelembaban, dilakukan pemantauan pH, Warna, Kelembaban, dan Suhu, setiap satu minggu sekali diaduk-aduk supaya poses dekomposisi meperoleh oksigen merata, hasil akhir kompos dengan ciri-ciri suhu stabil mendekati suhu lingkungan, berwarna hitam kecoklatan, pH akhir netral, volume akhir 1/3 volume awal dan tidak berbau. HASIL DAN PEMBAHASAN Dilihat dari tabel 5, waktu pentomposan yang paling cepat dicapai oleh perlakuan penambahan perlakuan penambahan Azotobacter crhocooccum dalam limbah nanas sebagai inocculant dengan dosis sebanyak 140 gr/kg

Tabel 1. Waktu (hari) Terbentuknya Kompos pada Kelompok Perlakuan dan Perbandingan Seminggu sekali diaduk-aduk supaya merata

Tabel 3. Data Pengujian C/N Rasio Laboratorium cem-mix Pratama Tabel 4. Hasil uji Kadar Air Kompos C. Dilihat dari grafik pengukuran kelembaban di atas bahwa rata-rata kelembaban pada proses pengomposan berkisar antara 53-56%, menurut rata-rata kelembaban optimal dalam proses pengomposan yaitu 50-60% sehingga rata-rata kelembaban dalam proses pengomposan pada penelitian ini dapat dikatakan optimal.Dilihat dari grafik pengukuran pH pengomposan di atas menunjukkan bahwa pH berkisar pada level 6,26,8 rata rata pH optimal menurut 1 yaitu 6,5-7,5 sehingga pH dalam proses pengomposan pada penelitian ini kurang optimal dengan kata lain dapat dikatakan rata-rata optimal.Kriteria sedikit bau (SB), rata-rata terjadi selama 6-7 hari, kriteria bau busuk rata-rata terjadi dari hari ke 7 hingga hari ke 22-25, kriteria bau agak sedap dari hari ke 22 sampai hari ke 30-42, kriteria bau seperti tanah terjadi pada saat kompos telah jadi yaitu dari hari ke 24-36 untuk kelompok perlakuan dan dari hari ke 45-48 untuk kelompok kontrol.Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa kandungan C/N rasio pada media uji kontrol diperoleh 19,7225, media uji A diperoleh hasil 19,8892, pada media uji B diketahui hasil 18,8254, dan pada media uji C diperoleh hasil 9,6020. Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa menurut SNI 19-7030-2004 tentang syarat kompos dengan parameter C/N Rasio, standar minimum adalah 10% dan standar maksimumnya adalah 20% sehingga syarat kompos diatas memenuhi standar Kompos. Perbedaan kandungan C/N rasio dikarenakan adanya heterogeneity komposisi sampah organik, kandungan C dan N itu sendiri dipengaruhi oleh struktur penyusun bahan organik sampah yang akan dibuat menjadi kompos, bahwa komposisi bahan yang satu berbeda dengan bahan yang lain, untuk mendapatkan validitas terhadap pengukuran C/N Rasio disini perlu adanya pre treatment menyangkut homogeneity atau kesetaraan komposisi bahan dengan menyamakan jenis sampah organik, misalnya sampah sayur yaitu daun sawi maka kesetaraan menggunakan daun sawi pada tiap perlakuan juga harus dilakukan. Menurut SNI 19-7030-2004 tentang syarat kompos dengan parameter Kadar air syarat kadar air yaitu maksimum 50% sehingga dapat disimpulkan pada media uji kontrol dengan hasil 52,8473% belum memenuhi syarat kadar air, pada media uji A dengan hasil 58,260% belum memenuhi syarat kadar air, pada media uji B dengan hasil 44,5544% dapat dikatakan memenuhi syarat kompos, dan pada media uji C dengan hail 38,4641% dapat dikatakan memenuhi syarat kompos. Perbedaan kandungan kadar air itu sendiri ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain kurang sempurnanya pengolahan pembuatan kompos, dan faktor daya adsorbsi bahan kompos terhadap uap air disekitarnyaKualitas daya adsorbsi kompos yaitu 69,8% menurut SNI 19-7030-2004 daya ikat air kompos berkisar pada level minimum 58%, sehingga dengan hasil tersebut daya ikat air atau daya adsorbsi kompos telah memenuhi syarat. Dari penghitungan statistik dengan hasil uji kolmogorov smignor diketahui bahwa test distribusinya adalah normal, dan pada uji homogeneity variance diperoleh p value = 0,518 berarti bahwa p[>Z0,05 dinyatakan bahwa H0 diterima maka kesamaan asumsi variasi diterima. Sedangkan untuk - mengetahui tingkat kemaknaan penggunaan variable dosis digunakan uji LSD. hasil uji LSD didapatkan kelompok kontrol dengan dosis 120 gr/kg hasilnya bermakna, efektifitas i (variasidosis)kelompok kontrol dengan j (perlakuan) yaitu untuk perlakuan 140 gr/kg terhadap kelompok kontrol efektifitasnya 22,6667, untuk perlakuan dosis 120 gr/kg terhadap kontrol dengan efektifitas 17,0000, dan untuk perlakuan 100 gr/kg terhadap kontrol dengan efektifitas 9,3333, maka dilihat dari besar efektifitas waktu berbanding dengan kelompok kontrol terbesar adalah pada kelompok perlakuan dosis 140 gr/kg.KESIMPULANPenambahan dosis innoculant limbah nanas dengan aktifator Azotobacter

chroococcum didalamnya dengan dosis 140 gr/kg lama wakt u terjadinya yaitu 23 hari, dosis 120 gr/kg lama waktu terjadinya kompos yaitu 29 hari, dan penambahan dosis 100 gr/kg lama waktu terjadinya kompos yaitu 37 hari, sedangkan kelompok kontrol yaitu tanpa perlakuan dosis lama waktu terjadinya kompos 46 hari. Sehingga diketahui dosis yang paling efektif lama waktunya yaitu dosis 140 gr/kg. Adanya pengaruh pemanfaatan Azotobacter chroococcum dalam limbah nanas sebagai inocculant terhadap waktu terjadinya komposUCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih peneliti kepada para staf dosen Jurusan KesehatanLingkungan POLTEKKES Depkes, Pembimbing laboratorium mikrobiologi Tanah Fakultas Pertanian UGM, Pembimbing laboratorium Operasi Teknik Kimia, SMTI Departemen Perindustrian, dan segenap rekan yang tidak dapat kami sebut satu persatu. DAFTAR PUSTAKA Christianto, 2005, Pengomposan Sampah Rumah Tangga, Karya Anda SurabayaFatmawati, Ida, 2007, Penghambatan Korosi Besi Dalam Larutan HClO4 Dengan Menggunakan Eks'trak Kasar Siderophore Yang Diisolasi Dari Azotobacter Vitselandii , www.Google.co.id, library@lib.unair.ac.id; library@unair.ac.iddiunduh tanggal 3 Maret 2008Hadiwiyoto, Soewedo, 1963, Penanganan dari Pemanfaatan Sampah, Jakarta : Yayasan Idayu.Hieronymus, Busi S, 1996, Pupuk Kompos, Yogyakarta : Kanisius Hindersah, Reginawanti, 2004 Artikel Ulas Balik Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah, Jurnal Natur Indonesia 5(2): 127-133 (2004) ISSN 1410-9379// www.Google.co.id, file PDF diunduh tanggal 3 Maret 2008Ibayati , Yayat, dkk, 1994, Belajar Aktif Biologi, PT Multi Adiwiyata, BandungIrianto, Koes, 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, Yrama Widya, BandungKrantz, 2007, Membuat Kompos Secara Kilat, Jakarta : Penebar SwadayaLatifah, Eka, 1996, Pengembangan Agen Mikroba Penambat Nitrogen, diunduh tanggal 3 Maret 2008, www.google.com Murbandono, L, 2000, Membuat Kompos. Jakarta : Penebar SwadayaPoltekkes Depkes, 2008, Panduan Karya Tulis Ilmiah, Cetakan ke III, YogyakartaPrihatman , Kemal, 2000, Jurnal Nanas (Ananas comosus), diunduh Tanggal 3 Maret 2008, www.google,co.id. nenas.pdf.Pujawati, 2006, Sidang Terbuka Doktor dalam bidang Teknik Lingkungan, , http://www.itb.ac.id/news/trackback/1233 diunduh tanggal 9 Maret 2008Reksosoebroto, 1978, Sampah Kota : Pendekatan Pengelolaan Sampah Pasar Berdasarkan Sumber Sampah Lingkungan 2004.

You might also like