You are on page 1of 6

HEMATEMESIS MELENA

http://yandrifauzan.blogspot.com/

HEMATEMESIS MELENA
A. Definisi Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum. B. Etiologi Dari penelitian Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM di dapatkan penyebab perdarahan saluran cerna baian atas terbanyak adalah pecahnya varises esophagus. Penyebab varises esofagus merupakan yang terbanyak di Indonesia , disebabkan oleh penyakit sirosis hati. Secara teoritis lengkap terjadinya penyakit atau kelainan saluran cerna bagian atas disebabkan oleh ketidak seimbangan faktor agresif dan faktor defensif, dimana faktor agresif meningkat atau factor defensifnya menurun. Yang dimaksud dengan faktor agresif antara lain asam lambung, pepsin, refluks asam empedu, nikotin, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), obat kortikosteroid, infeksi Helicobacter pylori dan faktor radikal bebas. Yang dimaksud dengan faktor defensif yaitu aliran darah mukosa yang baik, sel epitel permukaan mukosa yang utuh, prostaglandin, mukus yang cukup tebal, sekresi bikarbonat, motilitas yang normal, impermeabilitas mukosa terhadap ion H dan regulasi pH intra sel. C. Patofisiologi Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tsb menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat

pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tandatanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.

D. Pemeriksaan Fisik: Keadaan umum Kesadaran Nadi, tekanan darah Tanda-tanda anemia Gejala hipovolemia Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema palmaris, capit medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai. Laboratorium: Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat. Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin, tromboplastin Gas darah arteri: alkalosis respiratori, hipoksemia

E. Diagnosa Keperawatan Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan, pembatasan diet dan peningkatan laju. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang / salah interpretasi informasi tentang penyakit. Ansietas berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial atau ketidakmampuan yang permanen. F. INTERVENSI KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

INTERVENSI Mandiri Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan kelembaban membran mukosa.

RASIONAL

Indikator dehidrasi / hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan.

Awasi pemasukan dan haluaran , catat/ ukur diare dan kehilangan dari pengisapan NG.

Perubahan pada kapasitas gaster/ motilitas usus dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuhan cairan, peningkatan resiko dehidrasi.

Evaluasi kekuatan/ tonus otot. Observasi tremor otot.

Kehilangan gaster besar dapat mengakibatkan penurunan magnesium dan kalsium, mengakibatkan kelemahan/ tetani neuromuskular.

Penuhi kebutuhan individu/ ganti jadwal

Penentuan denga jumlah ukuran yang hilang/ perkiraan kehilangan yang tak tampak dan tergantung pada kapasitas lambung.

Dorong masukan melalui oral bila mampu

Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan mempengaruhi

kembalinya fungsi usus normal. Kolaborasi Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera/ mampu memenuhi cairan per oral.

Awasi elektrolit dan gantikan sesuai indikasi.

Penggunaan selang Ng atau muntah dapat menurunkan elektrolit, mempengaruhi fungsi organ.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan, pembatasan diet dan peningkatan laju

INTERVENSI Mandiri Catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit , berat badan dan derajat kekurangan berata badan, integritas kulit, adanya tonus usus, riwayat mual/ muntah atau diare.

RASIONAL

Berguna untuk mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tidak disukai.

Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangkan keinginan individu untuk memperbaiki makanan.

Awasi masukan/ pengeluaran dan berat badan secara periodik.

Berguna dalam menukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

Selidiki anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat.

Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah

Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. untuk meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrien.

Dorong makan dengan sering dengan porsi sedikit.

Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.

Berika perawatan mulut sesudah maupun sebelum tindakan.

Menurunkan rasa tak enak karena sisa muntah atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

Dorong orang terdekat untuk memberikan makanan.

Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.

Kolaborasi Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik pasien.

Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1- 2 jam sebelum/ sesudah makan.

Dapat membantu menurunkan insiden mual/ muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernafasan pada perut yang penuh.

Awasi pemeriksaan laboratorium contohnya: BUN, protein, serum, dan albumin.

Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkann kebutuhan intervensi/ perubahan program terapi.

Berikan terapi yang tepat.

Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga komsumsi kalori.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena

INTERVENSI Mandiri

RASIONAL

Tekankan tehnik cuci tangan dengan tepat

Mencegah penyebaran bakteri, kontaminasi silang.

Pertahankan tehnik aseptik pada penggantian balutan, prosedur invasif.

Menurunkan resiko infeksi nosokomial.

Lihat insisi bedah/ sisi infasif untuk eritema, drainase purulen.

Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan pencegahan komplikasi lebih serius.

Dorong perubahan posisi sering: nafas dalam, batuk, penggunaan alat pernafasan seperti spirometer insentif.

Meningkatkan mobilisasi sekret, menurunkan resiko pneumonia.

Berikan perawatan kateter rutin/ dorong perawatan perineal.

Mencegah naiknya infeksi kandung kemih.

Observasi untuk melaporkan nyeri tak normal, peningkatan suhu, peningkatan jumlah sel darah putih.

Di duga kemungkinan terjadi peritonitis.

Kolaborasi Berikan antimikrobial tropikal/ antibiotik sesuai indikasi. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur pada kulit, mencegah infeksi luka.

Barikan antibiotik IV sesuai indikasi

Program antibiotik profilaksis biasanya standar pada pasien ini untuk menurunkan resiko kontaminasi perioperasi / peritonitis.

You might also like