You are on page 1of 15

STATUS PASIEN THT

I.

IDENTITAS PASIEN: Nama Umur Jenis Kelamin Agama : Ny. S : 44 tahun : Perempuan : Islam

II. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama


Telinga kiri rasa tertutup sejak 5 hari yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 5 hari lalu pasien merasakan telinga kirinya rasa tertutup, pasien merasa seperti ada
kotoran sehingga pasien mengorek ngorek telinga kirinya dengan cotton bud lama kelamaan pasien merasa pendengaran jadi berkurang, suara dengung ditelinga tidak ada, nyeri telinga tidak ada, cairan yang keluar dari telinga tidak ada. Sakit gigi atau gigi bolong tidak ada, sakit menelan tidak ada. Demam tidak ada. Riwayat batuk dan pilek sebelumya ada kurang lebih sekitar 1 minggu yang lalu batuk tidak berdahak, pilek keluar cairan bewarna bening.

3. Riwayat Penyakit Dahulu Os belum mengalami gejala seperti ini sebelumnya


Riwayat keluar cairan dari telinga saat kecil ada

Riwayat Alergi makanan dan obat dan asma disangkal Riwayat Hipertensi dan Diabetes mellitus disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat alergi dan asma disangkal

5. Riwayat Pengobatan Pasien belum pernah berobat sebelumnya


1

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum B. Kesadaran C. Tanda-tanda Vital Tekanan Darah Nadi Suhu Frekuensi Napas : tidak diperiksa : 80 x/menit, kuat, reguler : tidak diperiksa : 20 x/menit : Tampak sakit sedang : Compos mentis

D. Status Generalis Kepala Mata Mulut Thorax Abdomen : normochepal : Sklera ikterik -/-, Konjungtiva anemis -/-, oedem peri orbita (-)/(-) : bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-) : simetris, retraksi -/-, massa -/-, scar -/: supel, massa -, scar : scar

Ekstremitas : deformitas -, edema Kulit

E. Status Lokalis THT Telinga kanan - normotia - nyeri tarik (-) - nyeri tekan tragus (-) - nyeri tekan/ketuk retroaurikuler (-) - Lapang - hiperemis (-),edema mukosa(-) - serumen (-) - massa (-) - Refleks cahaya (+) - Perforasi (-) Membran Tympani MAE Aurikula Telinga kiri - normotia - nyeri tarik (-) - nyeri tekan tragus (-) - nyeri tekan/ketuk retroaurikuler (-) - Lapang - hiperemis (+), edema mukosa(-) - serumen (-) - massa (-) - Refleks cahaya (+) - Perforasi (-)
2

+ Ka=Ki Tidak diperiksa

Rinne Weber Schwabach

+ Ka=Ki Tidak diperiksa

Hidung Hidung luar Kavum nasi Mukosa Concha Septum Sinus paranasal : deformitas (-) : lapang +/+, massa -/-, benda asing -/: hiperemis -/: hipertrofi -/: tidak ada septum deviasi, oedem -/: - Inspeksi : Pembengkakan (-) - Palpasi : NT pada: (-), pipi (-/-), dahi (-)

Pharynx Nasofaring Mukosa faring Arkus faring Uvula Tonsil : Tidak dilakukan pemeriksaan : Hiperemis (-), sekret (-) : Simetris kanan dan kiri : Ditengah : T2/T2, hiperemis (-), detritus (-), kripte melebar (-)

Larynx Epiglotis Glotis Arytenoid Pita suara : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa

Leher Trakhea Tiroid KGB : Deviasi (-) : Tidak terdapat pembesaran : Pada perabaan tidak ada pembesaran dan nyeri tekan pada KGB leher

IV. RESUME
Anamnesis : Wanita usia 44 tahun datang dengan keluhan Telinga kiri rasa tertutup sejak 5 hari yang lalu. Riwayat penggunaan cotton bud sebelumnya (+), gangguan pendengaran (+), tinnitus(-), sekret yang keluar (-). Caries gigi (-), disfagia (-). Demam (-). Riwayat batuk dan pilek sebelumya ada sekitar 1 minggu yang lalu batuk tidak berdahak, pilek keluar cairan bewarna bening.

Pemeriksaan Fisik : Meatus Akustikus Eksterna AS : Hiperemis (+) Membrane timpani : reflex cahaya +/+, perforasi -/-

V. DIAGNOSIS Diagnosis Banding Otitis Media Stadium Hiperemis Otitis Media Supuratif Kronik

Diagnosis Kerja Otitis Media Stadium Hiperemis

VI. PLANNING Terapi Medikamentosa o Antibiotik Oral Amoxicillin 500 mg ( 3x1) o Analgetik Asam Mefenamat 500 mg ( 3x1) Non Medikamentosa (Edukasi) Hindari mengorek telinga dengan benda apapun, hindari telinga masuk air, hindari infeksi fokal dari gigi dan mulut Istirahat yang cukup Operatif Rujuk ke dr.THT

VII.

Prognosis

Ad vitam : bonam Ad Functionam : dubia ad bonam Ad sanantionam : dubia ad bonam


4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TELINGA 1. Anatomi telinga

Telinga terbagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. 1. Telinga Luar Telinga luar terdiri dari auricula atau daun telinga dan meatus acusticus externus atau liang telinga sampai membrana timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 - 3 cm. Pada sepertiga bagian lar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen ( modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen ) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalamnya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

2.

Telinga Tengah Telinga tengah berbentuk kubus dengan : - batas luar - batas depan - batas bawah - batas belakang - batas atas - batas dalam : membran timpani : tuba eustachius : Vena jugularis ( bulbus jugularis ) : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis : tegmen timpani ( meningen / otak ) : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis,

kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval window ), tingkap bundar ( round window ) dan promontorium.

Gambar. Telinga tengah dengan batas-batasnya Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida hanya berlapis, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai 1 lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ( cone of light ) kea rah bawah, yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani.

Pada membran timpani terdapat 2 macam serabut, yaitu sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis serarah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Tulang pendengaran di dalam telinga saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telings tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah. Bagian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bagian bertulang sementara kanalis kortikus terletak dibagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melitasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masingmasing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. 3. Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media ( duktus koklearis ) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai
7

membran vestibule ( Reissners membran ) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. 2. Vaskularisasi Telinga di perdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah ramus cochleae a. Labyrinthi yang memperdarahi bagian koklea, ramus vestibulares a.labyrinthi yang memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V. Laminae spiralis, Vv. Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae 3. Persarafan Telinga dipersarafi oleh nervus kranial ke VIII : nervus vestibulokoklearis. Nervus ini terdiri dari dua bagian: bagian vestibuler yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian bergerak terus menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada sebuah nukleus khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lalu dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis 4. Fisiologi pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani. Membran timpani dan system osikuler menghantarkan suara sepanjang telinga tengah ke koklea. Membran timpani berbentuk kerucut . melekat pada pusat membran timpani adalah tangkai dan maleus. Pada sisi lain, maleus terikat dengan kuat pada inkus oleh ligamen-ligamen sehingga pada saat maleus bergerak , inkus mergerak. Ujung yang berlawanan dari inkus sebaliknya berartikulasi dengan batang stapes, dan permukaan wajah dari stapes terletak bertolak belakang dengan mmbran labirin pada muara fenestra ovalis, dimana gelombang suara dihantarkan ke telinga dalam, koklea.
8

Osikel dari telinga tengah ditunjang oleh ligamen-ligamen sedemikian rupa hingga maleolus dan inkus bergabubg, bertindak sebagai pengungkit tunggal dengan fulkrumnya terletak kurang lebih pada perbatasan membran timpani. Artikulasi inkus dengan stapesmenyebabkan stapes terdorong ke depan pada cairan koklear setiap saat membran timpani dan tangkai maleous bergerak ke dalam, dan terdorong ke belakang pada cairan setiap saat maleus bergerak keluar, sehingga mencetuskan gerakan ke dalam dank e luar dari permukaan wajah pada fenestra ovali. Tangkai maleus secara konstan tertarik kedepan oleh muskulus tensor timpani, yang menyebabkan membran timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran suara pada setiap bagian membran timpani dikirim ke maleus, hal ini tidak akan terjadi bila membran tersebut longgar. Getaran yang menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yg telah dijelaskan diatas, kemudian akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong. Sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dan badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksipada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai korteks pendengaran di lobus temporali.

5. Sistem Vestibularis Reseptor system ini adalah sel rambut yang terletak dalam Krista kanalis semisirkularis dan macula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat 2 jenis sel. Selsel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut ( yaitu perubahan dalam kecepatan sudut ), sedangkan sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier, khususnya percepatan linier dan terhadap perubahan posisi kepala relative terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan linier ini disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit serta cirri-ciri fisik dari strukur-struktur yg menutupi sel-sel rambut.
9

Otitis Media Akut Otitis media adalah peradangan pada sebagian ataus seluruh mukosa telinga tengah, Tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Pembagian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2

Otitis Media akut Otitis Media subakut Otitis Media kronik

Resiko rendah dan resiko tinggi

Otitis Media

Tipe aman dan bahaya

Gambar 2. Skema pembagian otitis media Otitis Media Akut Telinga tengah biasanya steri, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa Tuba Eusthachius, enzim dan antibody. Otitis media terjadi karena pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan Tuba Eustachius merupakan factor penyebab utama dari otitis media, karena fungsi tuba terganggu maka pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan . Dikatakan juga pencetus terjadi OMA ialah infeksi saluran pernapasan atas. Pada anak, makin sering terserang infeksi saluran pernapasan makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA lebih mudah karena tuba Eustachiusnya lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Klasifikasi berdasarkan waktu: Akut < 3 minggu Subakut 3 minggu 2 bulan Kronis > 2 bulan
10

Patologi Kuman penyebab utama OMA adalah bakteri piogenik seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang ditemukan Hemofilus influenza, Escherria colli, Streptokokus anhemolitikus, Pseudomonas aerogina

Gambar 3. Patogenesis terjadinya Otitis Media OMA-OME-OMSK Stadium OMA Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium: 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius 2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi) 3. Stadium Supurasi 4. Stadium Perforasi 5. Stadium Resolusi Stadium Oklusi Tuba Eustachius Absorpsi udara (akibat tekanan negatif pada telinga tengah) Retraksi membran timpani Membran timpani : normal atau keruh pucat

11

Stadium Hiperemis Pelebaran pembuluh darah Hiperemis, edema mukosa, sekret eksudat masih bersifat serosa (sukar terlihat)

Stadium Supurasi Edema hebat, Eksudat purulen, Membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu, nyeri hebat di telinga Jika tekanan nanah tidak berkurang ->iskemia ->tromboflebitis vena kecil dan nekrosis mukosa ->ruptur Dengan miringotomiluka insisi menutup kembali Rupturlubang tempat ruptur tidak mudah menutup kembali

12

Stadium Perforasi Ruptur membran timpani Sekret berupa nanah mengalir ke telinga luar Anak menjadi lebih tenang, suhu badan turun

Gejala klinik OMA Gejala klinik bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau orang dewas, selain rasa nyeri dapat pula terjadi gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh yang tinggi sampai 39,5c (pada stadium supurasi), anak gelisah, susah tidur, diare, kejang,kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi rupture membrane timpani maka secret mengalir ke liang telinga tengah , suhu tubuh anak mulai turun dan anak tertidur tenang. Penatalaksanaan Penatalaksaan OMA bergantung stadiumnya penyakitnya. Stadium Oklusi Obat tetes hidung (HCL efedrin 0.5 % / 1 % ) Antibiotika
13

Stadium Hiperemis Antibiotik (golongan penisilin atauampisilin) biasa dipakai amoxicillin (80 mg/kg/hr) Obat tetes hidung Analgetik Antipiretik

Stadium Supurasi Antibiotika Miringotomi yaitu suatu tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani, agar terjadi drainase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Lokasi miringiotomi adalah di kuadran posterior-inferior. Komplikasi :Perdarahan akibat trauma, Dislokasi pada liang telinga luar, Dislokasi tulang pendengaran, Trauma pada fenestra rotundum, n. fasialis, Bulbus jugulare (bila ada adnomali letak)

Stadium Perforasi H202 3 % 3-5 hari Antibiotik yang adekuat

Stadium Resolusi Antibiotika sampai 3 minggu

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 1997 2. Soepardi, Efiaty Arsyad dan Nurbaiti Iskandar (ed.). 2006. Buku Ajar Telinga Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

15

You might also like