You are on page 1of 20

Makalah Biokimia I

Pengaturan Enzim

Disusun Oleh: Deden Kurniadi (26001100110071) Novi Anggraeini (260110110072) Nadhira Handayani (260110110073) Nurfidini Azmi (260110110074)

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran


2012
1|Pengaturan Enzim

Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah biokimia yang berjudul pengaturan enzim dengan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian tugas dalam mata kuliah biokimia. Dengan adanya makalah ini, kami mengharapkan mahasiswa akan mengerti lebih dalam tentang pengaturan enzim dan semua aspeknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas makalah ini dan sekali lagi kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembacanya.

Jatinangor, 4 oktober 2011

penulis

2|Pengaturan Enzim

Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ......1 KATA PENGANTAR.................................................................................2 DAFTAR ISI....................3 BAB I...4 1.1. Latar belakang ...4 1.2. Rumusan masalah ..4 1.3. Tujuan 5 1.4. Metode penulisan ...5 BAB II .6 2.1. Enzim Alosterik Diatur Oleh Pengikatan Nonkovelen Molekul Pengatur 7 2.2. Enzim Alosterik Dapat Dihambat atau Dipercapat oleh Modulator ..9 2.3. Enzim Alosterik Menyimpang dari Tingkah Laku Michaelis-Menten 10 2.4. Enzim Alosterik Memperlihatkan Komunikasi di antara Subunit V ...12 2.5. Beberapa Enzim Diaturoleh Modifikasi Kovalen Dapat Balik ...13 2.6. Banyak Enzim Terdapat dalam berbagai bentuk .15 2.7. Enzim Dapat Mengalami Kerusakan Katalitik Karena Mutasi Genetik ..16 BAB III ..19
3.1 Kesimpulan .19

DAFTAR PUSTAKA....20

3|Pengaturan Enzim

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Unsur-unsur kimia pada sel hidup mengalami berbagai proses dan reaksi. Pada setiap reaksi kimia organik dibutuhkan katalisator untuk mempercepat reaksi kimia. Enzim memiliki fungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat proses suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya, enzim tidak ikut berubah menjadi produk melainkan akan kembali ke bentuk asalnya setelah reaksi kimia selesai. Enzim mengubah molekul awal zat, substrat, menjadi hasil reaksi yang molekulnya berbeda dari molekul awal (produk) dan enzim juga dapat bekerja di dalam larutan encer pada suhu dan ph normal. Enzim merupakan unit funsional dari metabolisme sel. enzim Bekerja dengan urutan-urutan yang teratur dari mulai mengkatalisis hingga membuat makromolekul sel dari prekursor yang sederhana. Pada beberapa penyakit, terutama gangguan genetik yang menurun kemungkinan terdapat kekurangan atau bahkan kehilangan satu atau lebih enzim pada jaringan. Pada keadaan abnormal lainnya, aktivitas yang berlebihan dari suatu enzim tertentu, kadang-kadang dapat dikontrol oleh obat-obat yang yang dibuat untuk menghambat aktivitas kerja enzimnya. Oleh karena itu, enzim memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Tidak hanya dalam kehidupan manusia, tetapi bagi hewan dan tumbuhan. Enzim juga telah menjadi alat praktis yang penting bukan hanya dalam dunia kesehatan, tetapi juga dalam industri kimiawi, pangan dan pertanian. Bahkan pada aktivitas sehari-hari enzim memainkan peranannya. Bahkan bisa dikatakan bahwa enzim berperan penting dalam kelangsungan alam ini.

1.2.RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana mekanisme pengaturan enzim?

4|Pengaturan Enzim

2. Bagaimana pengaruh modulator terhadap enzim? 3. Bagaimana penyimpangan tingkah laku Michelis-menten enzim alosterik? 4. Bagaimana komunikasi antar subunit? 5. Apa saja bentuk-bentuk enzim? 6. Bagaimana mutasi genetic mengakibatkan kerusakan katalitik?

1.3.TUJUAN Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah Biokima I. selain itu, makalah ini juga bertujuan memberikan pemahaman mendalam mengenai mekanisme pengaturan enzim.

1.4.METODE PENULISAN Metoda yang dipakai dalam karya tulis ini adalah: 1. Metode Pustaka Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan rumusan masalah, baik bersumber dari buku maupun dari internet.

5|Pengaturan Enzim

BAB II PEMBAHASAN Di dalam metabolisme sel, sekumpulan enzim bekerja bersama-sama dalam rangakaian atau sistem yang berurutan, untuk menjalankan proses metabolic tertentu seperti pengubahan glukosa menjadi asam laktat di alam otot kerangka atau sintesis asam amino dari precursor yang lebih sederhana. Di dalam sistem enzim seperti itu, produk reaksi enzim pertama menjadi substrat bagi enzim selanjutnya, dan seterusnya (Gambar 9-17). Sistem multi enzim dapat memiliki sampai 15 ataulebih enzim yang bekerja pada urutan spesifik. Di dalam tiap sistem enzim terdapat sekurang-kurangnya satu enzim, pemacu yang menentukan kecepatan keseluruhan reaksi, karena enzim ini mengkatalisa tahap yang paling lambat, atau tahap penentu kecepatan. Enzim pemacu seperti ini bukan hanya memiliki fungsi katalitik, tetapi juga mampu meningkatkan atau menurunkan aktivitas katallitik sebagai respon terhadap syarat tertentu. Melalui kerja enzim pemacu tersebut, kecepatan masing-masing urutan metabolic diatur secara tetap, pada setiap menit, untuk mengubah, menyesuaikan diri, dengan kebutuhan sel akan energy dan molekul unit pembangun yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Di dalam kebanyakan sistem multienzim, enzim pertama pada urutan merupakan enzim pemacu atau pengatur. Enzim-enzim lain di dalam urutan reaksi yang biasanya terdapat dalam jumlah yang memungkinkan aktivitas katalitik yang berlebihan, dengan mengikuti enzim pengatur ini, enzim-enzim tersebut dapat melangsungkan reaksinya hanya dengan kecepatan yang sesuai dengan kecepatan penyediaan substrat dari tahap sebelumnya. Enzim tersebut, yang aktivitasnya diatur melalui berbagai jenis isyarat molecular, disebut enzim regulatori (enzim pengatur). Terdapat dua golongan utama enzim pengatur: enzim alosterik atau pengatur bukan kovalen, dan enzim pengatur kovalen.

6|Pengaturan Enzim

2.1.

Enzim Alosterik Diatur oleh Pengikatan Nonkovalen Molekul Pengatur Pada beberapa sistem multienzim, enzim pertama atau enzim pengatur

memiliki sifat yang menonjol: enzim ini dihambat oleh produk akhir sistem multienzim. Bilangan produk akhir urutan metabolic tersebut meningkat di atas konsentrasi imbang-normalnya, yang menunjukkan bahwa senyawa ini sedang diproduksi dalam jumlah yang melebihi kebutuhan sel, produk akhir urutan ini bekerja sebagai suatu penghambat spesifik terhadap enzim pertama atau enzim pengatur didalam urutan ini. Keseluruhan sistem enzim, oleh karenanya, melambatkan kecepatan reaksi ehingga produksi senyawa produk akhir tersebut menjadi seimbang dengan kebutuhan sel. Jenis pegaturan ini disebut penghambat balik. Contoh klasik dari penghambatan balik alosterik seperti ini; salah satu yang pertama kali ditemukan, adalah sistem enzim bakteri yang mengkatalisa perubahan L-treonin menjadi L-isoleusin (gambar 1). Gambar 1 Penghambatan balik pengubahan L-treonin menjadi L-isoleusin, yand dikatalisa oleh serangkain dari lima enzim (E1 dan E5) melalui empat senyawa antar A, B, C, dan D. Enzim pertama, dehidratase treoin (E1) khususnya dihambat oleh L-isoleusin, yang merupakan produk akhir urutan reaksi ini, tetapi tidak dihambat oleh senyawa antar A, B, C atau D. penghambat seperti ini ditunjukkan oleh garis titik-titik yang kembali ke asal dan oleh palang (palang) tebal merintang tanda panah bagi dehidratase treonin. Pada urutan lima enzim ini, yang pertama yaitu dehidratase treonin dihambat oleh isoleusin, produk enzim akhir dari rangkaian ini. Isoleusin bersifat spesifik menghambat terhadap dehidratase treonin, demikian pula tidak ada enzim lain di dalam rangkaian

7|Pengaturan Enzim

ini yang dihambat oleh isoleusin. Penghambatan balik adalah satu diantara berbagai jenis pengaturan alosterik. Penghambatan dehidratase treonin oleh isoleusin bersifat dapat balik; jika konsentrasi isoleusin menurun, kecepatan akativitas reaksi dehidratase treonin meningkat. Jadi, aktivitas dehidratase treonin bereaksi dengan sangat cepat dan bersifat dapat balik terhadap fluktuasi konsentrasi isoleusin dalam sel. Walaupun isoleusin merupakan penghambat enzim yang amat spesifik, isoleusin tidak berikatan dengan sisi substat. Sebaliknya, molekul in berikatan dengan sisi spesifik lain pada molekul enzim, yaitu sisi pengatur. Pengikatan isoleusin pada sisi pengatur dehidratase treonin ini bersifat nonkovalen dan karenanya, segera dapat diatasi. Dehidratase treonin merupakan anggota yang khas dari golongan enzim alosterik, yaitu enzim-enzim pengatur yang berfungsi melalui pengikatan nonkovalen dan dapat balik suatu molekul pengatur. Istilah alosterik diturunkan dari bahasa yunani allo yang berarti yang lain, dan stereos yang berarti ruang atau sisi. Enzim alosterik adalah enzim yang memiliki sisi lain selain sisi katalitik. Sifat-sifat enzim alosterik bebeda nyata dari enzim-enzim bukan pengatur (biasa). Pertama, seperti semua enzim, enzim alosterik memiliki sisi katlitik yang berikatan dengan substrat dan mengubahnya, tetapi enzim ini juga memiliki satu atau lebih sisi pengatur atau alosterik untuk mengikat metabolit pengatur, yang disebut modulator (pengatur) atau efektor (gambar 2). Sama seperti sisi katalik enzim yang spesifik bagi substratnya, sisi alosterik bersifat spesifik bagi modulatornya. Kedua, molekul enzim alosterik umumnya lebih besar dan lebih kompleks dibandingkan dengan molekul enzim biasa. Rantai Kebanyakan enzimenzim alosterik memiliki dua atau lebih rantai atau subunit polipeptida. Ketiga, enzim alosterik biasanya memperlihatkan penyimpangan yang nyata dari tingkah laku klasik Michaelis-Meten. Hal ini salah satu ciri yang pertama-tama membedakannya dari enzim-enzim biasa.

8|Pengaturan Enzim

Gambar 2 Model skematik interaksi subunit pada enzim alosterik. Pada banyak enzim alosterik, sisi pengikatan substrat dan sisi pengikatan molekul terletak pada subunit yang berbeda, subunit katalik (C) dan subunit

pengatur (R) berturut-turut. Pengikatan molekul pengatur (modulator) positif M oleh sisi spesifik pada subunit pengatur pengatur dikomunikasikan kepada subunit katalitik melalui suatu perubahan kondormasi, menjadikan subuniot katalitik aktif dan mampu mengikat substrat S dengan afinitas tinggi. Pada penguraian modulator M dari subunit pengatur, enzim kembali menjadi bentuk nonaktif dan kurang aktif.

2.2.

Enzim Alosterik Dapat Dihambat atau Dipercepat oleh Modulator Jika sisi alosterik diisi oleh modulator negative atau penghambat spesifik,

yang terjadi, jika konsentrasi senyawa ini meningkat did alma sel, enzim mengalami perubahan menjadi bentuk yang kurang aktif atau bentuk tidak aktif; dengan kata lain molekul ini dimatikan. Jika modulator penghambat terlepas dari sisi alosterik, yang terjadi jika konsentrasi modulator di dalam sel menurun, enzim kembali aktif. Tetapi terdapat juga enzim alosterik yang diaktifkan oleh modulatornya. Dalam hal ini, modulator perangsang atau positif bukan merupakan produk akhir rangakian enzim, tetapi beberapa metabolit lain yang berperan sebagai isyarat molekkular terhadap enzim untuk mempercepat dirinya. Isi Seringkali modulator pengatif golongan enzim alosterik ini merupakan molekul substratnya sendiri. Enzim alosterik dalam hal ini, disebut homotropik (karena substrat dan modulatornya identik), dan memiliki dua atau lebih sisi pengikatan bagi substrat.

9|Pengaturan Enzim

Sisi pengikatan ini seringkali memainkan dua peranan; bekerja sebagai sisi katalitik dan juga sisi pengaturan. Jenis enzim alosterik ini bereaksi terhadap keadaan terjadinya akumulasi substrat dalam jumlah berlebih, yag harus diubah dengan reaksi selanjutnya. Jadi terdapat dua jenis enzim alosterik; golongan yand diambat oleh modulatornya, biasanya oleh molekul bukan substrat (golongan ini disebut ezim heterotropik), dan golongan enzim yang dirangsang oleh modulatornya yang seringkali merupakan substratnya sendiri.

2.3.

Enzim Alosterik menyimpang dari Tingakah Laku Michaelis-Meten Enzim alosterik memperlihatkan hubungan dari antar konsentrasi substrat

dan kecepatan reaksi yang berbeda dari tingkah laku klasik Michaelis-Meten dalam berbagai hal, tergantung pada apakah enzim memiliki modulator penghambat atau pengaktif. Enzim alosterik memperlihatkan kejenuhan dengan substrat, jika substrat ditambahkan denga konsentrasi cukup tinggi, tetapi bilamana kecepatan awal beberapa Enzim alosterik dipetakan terhadap konsentrasi substrat (Gambar 3), terjadi kurva kejenuhan yang berbentuk sigmoid, dan bukan kurva kejenuhan substrat hiperbolik seperti enzim biasa. Kurva kejenuhan hiperbolik bagi enzim biasa, amat mirip dengan kurva pengikatan oksigen mioglobin. sebaliknya, kurva kejenuhan enzim alosterik

gamabr 3a bersifat sigmoid, menyerupai kurva pengikatan oksigen hemoglobin. Mioglobin hanya memiliki satu sisi pengikatan bagi ligannya (oksigen), satu rantai polipeptida, dan protein ini memberikan kurva kejenuhan oksigen berbentuk hiperbola. Serupa dengan itu, banyak enzim nonregulatory (biasa) juga hanya memiliki satu sisi pengikatan bagi substratnya, satu rantai polipeptida dan memberikan dan memberikan kurva kejenuhan substrat membentuk hiperbolik. Hemoglobin, sebaliknya memiliki empat sisi pengaktifan, satu pada tiaptiap subunit nya dan keempat subunit in bekerja secara koorperatif. Ingatlah

10 | P e n g a t u r a n E n z i m

bahwa jika satu sisi pengikatan hemoglobin diisi oleh molekul oksigen, daya gabung sisi pengikatan oksigen sisanya meningkat, menyebabkan kurva kejenuhan meningkat tajam, setelah oksigen pertama diikat dan menyebabkan kurva in berbentuk sigmoid. Serupa dengan itu, enzim alosterik homotropik memiliki banyak sisi pengikatan bagi substratnya, dan bekerja secara koorperatif, sehingga pengikatan satu molekul substrat meningkatkan dengan nyata pengikatan molekul substrat selanjutnya. Diskusi di atas menjelaskan peningkatan sigmoid dan bukan hiperbolik pada kecepatan aktivitas enzim oleh peningkatan konsentrasi substrat.

Gambar (3). Kurva aktivitas substrat bagi contoh enzim alosterik (a) Kurva Sigmoid yang ditunjukkan oleh suatu enzim homotropik, dengan substrat yang juga berperan sebagai modulator positif (pengaktif). K0,5 adalah konsentrasi substrat yang memberikan setengah kecepatan maksimum. (b) peengaruh modulator positif (+) atau pengaktif, modulator negative (-) atau penghamabat, dan tanpa modulator (0) terhadap enzim aloserik dengan K0,5 enzim yang diubah tanpa perubahan pada Vmaks. (c) jenis pengaturan dengan Vmaksyang diubah, dan

11 | P e n g a t u r a n E n z i m

K0,5 yang hampir-hampir tetap. Ini adalah contoh-contoh berbagai reaksi yang kadang-kadang kompleks yang diberikan oleh enzim alosterik terhadap modulatornya. Dengan enzim heterotropik, yang modulatornya merupakan beberapa metabolit selain substratnya sendiri, sulit untuk membuat suatu generalisi mengenai bentuk kurva kejenuhan substrat, yang berhubungan apakah modulator denga tersebut positif (mengaktifkan) dan negative (menghambat). Jika modulator bersifat mengaktifkan, senyawa ini menyebabkan kurva kejenuhan menjadi lebih menyerupai hiperbolik, dengan penurunan pada K0,5, tetapi Vmaks yang tidak berubah, jadi menyebabkan peningkatan kecepatan pada konsentrasi substrat tetap (Gambar 9-21b). enzim alosterik lain bereaksi terhadap modulator pengaktif dengan meningkatkan Vmaks, dan sedikit perubahan pada K0,5 (Gambar 3c). Jika modulator bersifat negative, kurva kejenuan substrat dapat menjadi lebih sigmoid, dangan peningkatan K0,5 (Gambar 3b). Oleh karena itu, enzim alosterik memperlihatkan reaksi yang berbeda-beda dalam kurva aktivitas substratnya, karena, beberapa memiliki modulator penghambat, beberapa memiliki modulator pengaktif dan beberapa memiliki keduanya.

2.4.

Enzim alosterik memperlihatkan komunikasi di antara subunit. Enzim alosterik dan hemoglobin mempunyai persamaan lain. Pertama,

seperti hemoglobin, enzim alosterik umumnya memiliki banyak memiliki subunit rantai polipeptida ; memang, beberapa enzim alosterik Dapat mempunyai enam , delapan atau selusin atau lebih subunit. Kedua, pada enzim alosterik, nampaknya terjadi komunikasi diantara sisi pengikatan bagi modulator dan sisi katalitik bagi substrat, serupa dengan komunikasi yang terjadi jika satu molekul oksigen teriakt pada submit hemoglobin, dan mengisyaratkan sub unit lain untuk meningkatkan daya gabung terhadap oksigen.ketiga enzim alosterik mengalami perubahn konformasi pada pengikatan modulator dan karenanya mengalamipergeseran di antara keadaan yang relatif yang tidak aktif.
12 | P e n g a t u r a n E n z i m

Beberapa enzim alosterik amat kompleks strukturnya, dan mengandung banyak rantai polipeptida. Contoh yang penting adalah transkarbamoilase aspartat yang memiliki 12 rantai polipeptida yang terorganisasimenjadi subunit kutalitik atau subunit pengatur.

2.5. Beberapa enzim diatur oleh modifikasi kovalen dapat balik. Golongan enzim pengatur yang penting lainnya diatur melalui

interkonvensi bentuk aktif dan tidak aktifnya oleh modifikasi kovalen molekul enzim. Contoh yang penting adalah enzim pengatur fosforilase glikogen pada otot dan hati. Glukosa 1 fosfat yang lalu terbentuk, dapat diuraikan menjadi asam laktat di dalam otot atau menjadi glukosa bebas di dsalam hati. Fosforilase glikogen terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk aktif fosforilase a dan bentuk yang relatif tidak aktif fosforilase. Didalam reaksi ini forforilase a diubah menjadi fosforilase b, yang jauh kurang aktif dibandingkan dengan fosforilase a dalam mengkatalisa pemecahan glikogen. Jadi, bentuk aktif fosforilase glikogen diubah menjadi bentuk yang relatif tidak aktif oleh pemotongan dua ikatan kovalen diantara asam fosfat dan dua residu serin spesifik enzim. Fosforilase b, sebaliknya dapat diaktifkan kembali, yaitu ditransformasi kembali menjadi fosforilase a yang aktif oleh enzim lain, kinase fosforilase yang mengkatalisa pemindahan gugus fosfat dari ATP ke gugus hidroksil residu serin spesifik pada pada fosforilase b. Enzim pengatur alosterik ( pada gambar 4) mengandung dua kumpulan katalitik, masing- masing mengandung tiga rantai polipeptida katalitik dalam struktur tertier berlipatnya, dan tiga kelompok pengatur ( warna hitam), masingmasing mengandung dua rantai polipeptida pengatur. Struktur yang ditujukan garis tebal adalah unit katalitik, dan memperlihatkan tiga polipeptida katalitik
13 | P e n g a t u r a n E n z i m

dalam konformasi berlipat. Dibawahnya terdqpat bungkahkata titik lainnya. Struktur tersebut disimpulkan oleh william lipscomb dan koleganya di universitas harvard. Peranan enzim ini dalam sintesis nukleotida dan pengaturannya. 2ATP + Fosfolirase(kurang aktif) 2ADP + fosfolirase a (lebih aktif)

Jadi penguraian glikogen pada otot kerangka dan hati diatur melalui variasi pada ratio bentuk aktif dan inaktif enzim. Kedua bentuk ini berada dalam struktur kertenernya, sehingga sisi katalik mengalami perubahan dalam aktivitas katalitiknya.

Gambar

pengaturan

aktivitas

fosfolirase glikogen oleh modifikasi kovalen. Pada enzim aktif fosfolirase a, residu serin spesifik, satu pada masingmasing subunit, berada pada keadaan terfosforilasi.fosforilase diubah

menjadi fosforilase b, yang relatif tidak aktif oleh penguraian enzimatik gugus fosfat ini yang dilakukan oleh fosfatase fosforilase. diaktifkan Fosforilase kembali b dapat

membentuk

fosforilase a oleh aktivitas kinase fosforilase. Walaupun pada kebanyakan kasus yang diketahui, pengaturan kovalen kerja enzim disebabkan oleh fosforilase dan defosforilase residu serin spesifik, seperti dijelaskan bagi fosforilase glikogen, jenis lain dari modulasi kovalen disebabkan oleh metilasi residu asam amino spesifik, atau pengikatan gugus adenilat.

14 | P e n g a t u r a n E n z i m

Beberapa enzime pengatur yang lebih kompleks diatur oleh mekanisme nonkovalen maupun kovalen. Enzime tersebut terletak terutama pada titik-titik kritis didalam metabolisme, sehingga enzime tersebut bereaksi terhadap berbagai metabolit pengatur melalui modifikasi kovalen seperti dijelaskan diatas, enzim ini diubah/diatur juga oleh adenilat melalui mekanisme alosterik non kovalen. Adenilat bekerja sebagai modulatorpengaktif terhadap fosforilase b. Contoh lain adalah sintetase glutamin pada e.coli, salah satu enzim pengatur yang paling kompleks yang pernah ditemukan. Enzim ini memiliki banyak modulator alosterik dan juga diatur oleh modifikasi kovalen dapat balik.

2.6. Banyak enzim terdapat dalam berbagai bentuk Banyak enzim terdapat dalam lebih dari satu bentuk molekuler didalam spesies yang sama, pada jaringan yang sama, atau bahkan di dalam sel yang sama. Pada kasus seperti ini, bentuk enzim yang berbeda mengkatalisa reaksi yang sama,tetapi, karena enzime- enzime tersebut berbeda dalam sifat-sifat kinetiknya dan dalam komposisi atau sekuon asam amino, enzim dapat dibedakan dan dipisahkan oleh prosedur yang sesuai. Bentuk enzim yang bervariasi tersebut disebut isoenzim atau isozim. Salah satu enzim yang pertama ditemukan memiliki berbagai bentuk adalah dehidrogenase laktat, yang mengkatalisa reaksi oksidasireduksi dapat balik. Laktat + NAD piruvat + NADH + H Dengan latkat yang kehilangan dua aom hidrogen, dan karena teroksidasi menjadi piruvat ( NAD dan NAD adalah bentuk teroksidasi dan tereduksi dari koenzim nikotinamida adenin rantai polipeptidadinukleotida).dehidrogenase

laktat terdapat pada jaringan hewan sebagai lima isozim yang berbeda dan dapat dipisahkan oleh elektroforesis.semua isozim dehidrogenase laktat mengandung empat rantai polipeptida, tetapi kelima iozin mengandung berbagai nisbah dari kedua jenis polipeptida yang berbeda dalam komposisi dan deret. Pada otot

15 | P e n g a t u r a n E n z i m

kerangka, isozim dihedrogenase laktat yang utama mengandung empat rantai a, dan pada jantung, isozim utama mengandung empat rantai B.isozim dehidrogenase laktat pada jaringan lain merupakan campuran kelima

kemungkinan bentuk isozim. Isozim dehidrogenase laktat yang berbeda, Vmaks berbeda pula dalam aktivitas maksimumnya dan dalam tetapan Michaelis-Menten KM bagi substrat, terutama bagi piruvat. Banyak jenis enzim yang berpartisipasi didalam metabolisme sel telah ditemukan terdapat dalam berbagai bentuk isozim. Semua bentuk isozim enzim tertentu mengkatalisa reaksi yang sama, tetapi berbeda dalam sifat-sifat kinetik dan dapat berbeda juga dalam responnya terhadap modulator alosterik. Distribusi berbagai bentuk isozim setiap enzim mencerminkan sedikitnya empat faktor: 1. Pola metabolik yang berbeda didalam organ yang berbeda. Sebagai contoh, isozim LDH pada otot jantung dan otot kerangka. 2. Lokasi dan peranan metabolik yang berbeda dari suatu enzim didalam satu jenis sel. Sebagai contoh, enzim dehidrogenase malat terdapat dalam berbagai bentuk pada mitikondria dan sitosol. 3. Diferensiasi dan perkembangan jaringan dewas dari bentuk embrionik atau bayi. Sebagai contoh, hati anak bayai memiliki distribusi iozim dehidrogenase laktat yang khas yang berubah bilamana organ mengalami proses diferensiasi menjadi bentuk dewasanya. 4. Penyesuain yang tepat terhadap kecepatan metabolik melaui respon yang berbeda dari bentuk-bentuk isozim terhadap modulator alosterik.

2.7. Enzim dapat mengalami kerusakan katalitik karena mutasi genetik. Banyak penyakit genetuk manusia yang diketahui melibatkan kerusakan atau inaktifasi. Salah satu enzim atau leb, dalam fungsi katalitik atau pengaturannya. Molekul enzim yang mengalami kerusakan mengandung satu satu atau lebih asam amino yang salah pada rantai polipeptidanya, sebagai akibat dari mutasi DNA penyandingnya.aktivitas katalitik suatu enzim bergantung pada bukan hanya
16 | P e n g a t u r a n E n z i m

adanya residu asam amino spesifik pada sisi katalitik dan sisi pengaturannya, tetapi juga tergantung pada keseluruha tiga dimensi enzim.jika enzim yang telah berubah secara genetis ini merupakan anggota sistem enzim yang mengktalisa suatu lintas metabolik utama, akibatnya dapat menjadi serius atau bahkan gangguan yang fatal didalam metabolisme. Beberapa di antara penyakit genetik manusia yang berkaitan dengan penyimpangan pada salah satu enzim atau lainnya. Banyak usaha yang dilakukan untuk mencengah akibat-akibat yang tidak diinginkan dari kerusakan genetik pada enzim. Salah satu pendekatan yang sedang diteliti adalah pemasukan bentuk enzim yang normal dan aktif ke dalam tubuh yang diimobilisasi pada kapsul berfilter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Dengan cara ini diharapkan bahwa metabolit yang berakumulasi di dalam badan sebagai akibat dari kerusakan genetik dapat diubah menjadi produk normalnya pada saat darah mengalir melaui kapsul yang mengandung enzim normal aktif ini.

Gambar 5 Pola warna yang khas pada kucing siam, diakibatkan oleh pengubahan genetik enzim yang terlibat di dalam sintesis pigmen rambut hitam. Karena kerusakan ini, enzim hanya aktif pada bagian tubuh yang lebih dingin.

17 | P e n g a t u r a n E n z i m

Pengubahan genetik pada enzim tidak selalu membahayakan. Seringkali, peristiwa ini menghasilkan kergaman pada sifat-sifat sekunder. Kadang-kadang pengubahan genetik pada suatu enzim dapat membuatnya lebih efisien, memberikan organisme ini beberapa kelebihan didalam daya tahan hidupnya.

18 | P e n g a t u r a n E n z i m

BAB III PENUTUP 3.1.KESIMPULAN Disamping aktivitas katalitiknya, beberapa enzim memiliki aktivitas pengatur dan berperan sebagai pemacu tau pengatur kecepatan reaksi metobolisme. Terdapat dua golongan utama enzim pengatur: enzim alosterik atau pengatur bukan kovalen, dan enzim pengatur kovalen. Beberapa enzim pengatur, yang dinamakan enzim aleosterik, diatur kecepatannya oleh pengikatan dapat balik nonkovalen molekul modulator atau pengatur spesifik pada sisi alosterik atau sisi pengaturan. Molekul modulator tersebut dapat merupakan substratnya sendiri atau beberapa senyawa antara metabolic lain. Golongan enzim pengatur lain terdiri dari enzim-enzim yang diatur oleh modifikasi kovalen beberapa gugus fungsional yang perlu bagi aktivitasnya. Beberapa enzim terdapat dalam bentuk ganda, yang disebut isozim, yang mempunyai sifat-sifat kinetika yang berbeda. Pada banyak penyakit genetika manusia, satu atau lebih enzim mengalami kerusakan fungsi sebagai akibat mutasi yang menurun.

19 | P e n g a t u r a n E n z i m

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Marks, Dawn B., Allam D. Marks, Colleen M. Smith. 1996. Biokima Kedokteran Dasar: Sebuah pendekatan Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

20 | P e n g a t u r a n E n z i m

You might also like