You are on page 1of 22

TUGAS MATA KULIAH EKSPLORASI BATUBARA Menentukan lapisan batubara dengan Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log

Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian AOI untuk perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan

Oleh: AQUARISTA NUR ATWI H1F007014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PURBALINGGA 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah eksplorasi batubara dengan baik. Tugas ini berjudul : Menentukan lapisan batubara dengan Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian AOI untuk perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan. Tujuan dibuatnya tugas ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah eksplorasi batubara, serta sebagai bahan bacaan atau bahan referensi mahasiswa teknik geologi pada umumnya. Dalam Eksplorasi Batubara, sasaran yang ingin dicapai adalah nilai ekonomis dari cadangan. Untuk menghitung cadangan ini diperlukan data ketebalan lapisan batubara.Well Logging adalah salah satu metode geofisika yang relatif akurat dalam penentuan kedalaman dan ketebalan suatu lapisan maupun macam-macam lapisan interburdent diantara lapisan batubara secara teliti dibandingkan dengan metode lainnya. Permasalahan dalam metode ini terutama terletak pada teknik interpretasinya karena memerlukan orang yang

berpengalaman di bidang ini. Interpretasi data log tidak terlepas dari pemikiran ahli geologi, tetapi dengan menyederhanakan prosedur interpretasi dalam bentuk program, maka ketergantungan itu bisa dikurangi. Penentuan lapisan batubara dengan menggunakan logging memiliki keuntungan yaitu hasil ketelitian yang tinggi jika menggunakan resolusi yang tinggi. Penggunaan logging ini juga dapat digunakan untuk mengetahui lapisan overburdent dan interburdent yang nantinya akan digunakan untuk menghitung striping ratio. Keuntungan lain dalam penggunaan data logging ini adalah menghemat biaya pemboran dan efisiensi waktu. Penentuan lapisan overburdent, interburdent maupun batubara menggunakan log Resistivitas, log Densitas, dan log Sinar Gamma. Penulis sangat menyadari, tugas ini mungkin masih jauh dari sempurna. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca sebagai penuntun langkah menuju tujuan akhir kesempurnaan itu.

Purbalingga, 2 Juni 2010

Penulis

MAKSUD DAN TUJUAN

Tugas yang berjudul Menentukanlapisanbatubara dengan Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian AOI untuk perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan ini dimaksudkan untuk menentukan lapisan batubara dengan menggunakan kombinasi Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper di sumur bor yang ada. Sedangkan tujuan laporan ini yaitu untuk menentukan jumlah cadangan batubara yang ada di daerah/blok konsesi penambangan. menghitung Rasio pengupasan (stripping ratio) dan menentukan cara sistem penambangan (tambang terbuka atau tertutup) berdasarkan SR.

PENYELESAIAN

DalamEksplorasi

Batubara,

sasaran

yang

ingindicapaiadalahnilaiekonomisdaricadangan. Untukmenghitungcadanganinidiperlukan Logging dataketebalanlapisanbatubara.Well adalahsalahsatumetodegeofisika

yangrelatifakuratdalampenentuankedalamandanketebalansuatulapisandibandingka ndenganmetodelainnya. Interpretasilitologi dilakukan berdasarkan data log yang diambil dari log sinar gamma, log resistivitas, dan log densitas, log neutron, dan log caliper. Kedalaman lapisan batubara dihitung dengan memakai skala kedalaman yang terdapat pada kolom sebelah kiri dari log caliper.

A. Log Gamma Ray Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, Radium, dll. Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit sekali terdapat dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dll. Oleh karena itu shale akan memberikan response gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan dengan batuan yang lainnya. Log sinar gamma merekam unsur radioaktif dalam skala API (American Petroleum Institute). Log sinar gamma umumnya direkam dalam satu kolom bersama log caliper. Log sinar gamma merekam pancaran radioaktif dari formasi. Sinar radioaktif alami yang direkam berupa uranium, thorium, dan potassium. Log sinar gamma sederhana memberikan rekaman kombinasi dari

tiga unsur radioaktif, sedangkan spectral gamma ray menunjukkan masingmasing unsur radioaktif (Rider, 1996). Log sinar gamma digunakanuntukmembedakanlapisan-lapisa shale dan non shale padasumur-sumur open hole atau cased hole gamma permeable dannon yang

danjugapadakondisiadalumpurmaupuntidak.Sinar sangatefektifdalammembedakanlapisan

permeablekarenaunsur-unsurradioaktifcenderungberpusatdidalamserpih

non permeable dantidakbanyakterdapatdalambatuankarbonatataupasir yang secaraumumbesifat permeable.

KadangkalalumpurbormengandungsejumlahunsurPotasiumkarenazat Potassium Chloride

ditambahkankedalamlumpuruntukmencegahpembengkakanserpih.Radioaktivit asdarilumpurakanmempengaruhipembacaan Log Gamma Ray

berupatingkatanlatarbelakangradiasi yang tinggi. Selain itu, log gamma ray dapat digunakan sebagai pengganti SP Log untuk pendeteksian lapisan permeable, karena untuk formasi yang tidak terlalu resistif hasil SP Log tidak terlalu akurat. Penetuan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air (water plugging) dapat pula ditentukan melalui log sinar gamma ini. Unsur-unsur radioaktif yang ada dalam suatu batuan cenderung untuk terkonsentrasi di dalam batuan yang memiliki kadar radio aktif tinggi, defleksi kurva sinar gamma pada batuan jenis ini akan relatif besar seperti pada batulempung. Potasium,Uranium dan Thorium(unsur radioaktif yang

memancarkan sinar gamma)banyak tedapat pada batulempung. Batuan yang hanya mengandung sedikit unsur radioaktif dan akan memberikan defleksi kurva sinar gamma yang relatif kecil,seperti pada batubara. Log Sinar Gamma digunakan untuk identifikasi litologi, korelasi antar formasi, dan perhitungan volume shale atau prosentase kandungan shale pada lapisan permeable. Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada bacaan gamma ray dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya energy dan intensitas setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda. Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan batuan non-shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif,

seperti mineralisasi uranium pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin terdapat pada coal dan dolomite.Gambar dibawah ini menunjukkan contoh interpretasi lapisan batuan untuk mendiskriminasi sandstone dari shale dengan menggunakan log gamma ray.

Gambar 2. Log Gamma Ray

Gamma ray log memiliki kegunaan lain diantaranya untuk melakukan well to well correlation dan penentuan Sequence Boundary (SB), yakni dengan mengidentifikasi Maximum Flooding Surface (MFS) sebagai spike dengan nilai gamma ray yang tinggi. Well to well correlation ini biasanya dilakukan dengan melibatkan log-log yang lainnya seperti sonic, density, porositas, dll. Pada interpretasi lapisan batubara, nilai gamma raynya memperlihatkan harga yang paling rendah, karena batubara sangat sedikit mengandung unsur Kalium. Respon gamma dengan harga yang lebih besar daripada batubara diperlihatkan oleh respon lapisan keras yang banyak mengandung silica, dan kemudian oleh respon batupasir. Respon gamma yang tinggi diperlihatkan oleh batulanau dan batulempung.

B. Log Densitas

Log density merupakan kurva yang menunjukan nilai densitas (bulk density) batuan yang ditembus lubang bor, dinyatakan dalam gr / cc. Secara geologi bulk density adalah fungsi dari densitas dari mineral-mineral pembentuk batuan (misalnya matriks) dan volume dari fluida bebas yang mengisi pori (Rider, 1996). Besaran densitas ini selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai porositas batuan tersebut. Log density bersama - sama dengan log neutron digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon. Prinsip pengukuran log densitas adalah menembakan sinar gamma yang membawa partikel foton ke dalam formasi batuan, partikel-partikel foton akan bertumbukan dengan elektron yang ada dalam formasi. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang setiap kali bertumbukan menunjukkan densitas elektron dalam formasi yang mengindikasikan densitas formasi. Alat density yang modern juga mengukur PEF (Photo Electric Effect) yang berguna untuk menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy minerals dan untuk mengevaluasi clay. Alat ini bekerja dari suatu sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma denga intensitas energi tertentu (umumnya 0.66 mev) menembus formasi / batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral mineral yang tersusun dari atom atom yang terdiri dari proton dan electron. Partikel sinar gamma akan membentur electron electron dsalam batuan, sehingga mengalami pengurangan energi (loose energi). Energi yang kembali (setelah mengalami benturan) akan diterima oleh detector, terpasang dalam sebuah protector berbentuk silinder sepanjang 3 ft,yang selalu menempel pada dinding sumur. Intensitas energi yang diterima pada dasarnya berbanding terbalik dengan kepadatan electron. Makin lemah energi yang lembali maka makin banyak electron electron dalam batuan, yang berarti makin banyak / padat butiran / mineral penyusun batuan per satuan volume. Besarkecilnya energi yang diterima oleh detector tergantung dari : Densitas matriks batuan Porositas batuan Densitas kandungan yang ada dalam batuan

Prinsip ini digunakan untuk mengetahui berat isi batuan pada metode geofisika lubang bor ini. Densitas batubara rendah, oleh karenanya tidak banyak menyerap sinar gamma. Kedua detector short dan long space diamankan dari pengaruh sinar gamma yang datang langsung dari sumber radiasi. Sehingga yang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang telah melewati formasi saja. Dalam hal ini efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek pemendaran Compton. Dimana menurutnya, jumlah sinar yang terpendarkan sebanding dengan jumlah electron per satuan volume. Jumlah electron dalam suatu unsur adalah equivalent dengan jumlah proton (nomor atom Z). Untuk kemudian seperti kita ketahui bahwa nomor atom adalah proporsional dengan nomor masa (A) yang untuk selanjutnya proporsional dengan rapat masa.

C. Log Resistivitas Setiap batuan mempunyai tahanan jenis yang berbeda-beda. Log resistivitas merekam tahanan jenis batuan terhadap arus listrik yang melaluinya sehingga dapat ditentukan jenis-jenis litologi yang ada pada sumur bor. Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Batubara pada umumnya mempunyai sifat yang tidak dapat melewatkan aliran listrik. Sedangkan batulempung mempunyai sifat sebaliknya. Berikut contoh nilai

resistivitas pada batuan : Table. Nilai resistivitas batuan. Di dalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis penetrasi resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan

untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log resistivity karena mud invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas minyak. Ada dua jenis log resistivitas, yaitu: 1. Lateralog Lateralog Deep (LLD) Lateralog Shallow (LLS) Micro Spherically Focused Log (MSFL) 2. Induction Induction Lateralog Deep (ILD) Induction Lateralog Medium (ILM) Spherically Focused Log (SFL)

Secara umum tahanan jenis gas akan lebih besar daripada tahanan jenis minyak, dan tahanan jenis minyak akan lebih besar daripada air. Batuan yang relatif tidak porous maka akan menunjukkan tahanan jenis yang rendah. Batuan porous dengan kandungan fluida minyak atau gas akan menunjukkan nilai resistivitas yang tinggi, kurva ILD/LLD akan berada di sebelah kanan kurva MSFL/SFL dan LLS/LLD. Untuk batuan dengan fluida air kuva ILD/LLD akan berada di sebelah kiri kurva MSFL/SFL dan ILM/ILS. Batugamping akan memberikan respon defleksi lebih besar dibandingkan dengan batupasir dan serpih, karena batugamping bersifat kurang dapat menghantarkan arus listrik.

D. Log Neutron Log neutron merekam Hidrogen index (HI) dari formasi. HI merupakan indikator kelimpahan kandungan hidrogen dalam formasi. Satuan pengukuran dinyatakan dalam satuan PU (Porosity Unit) (Rider, 1996). Prinsip kerja dari log ini adalah menembakan partikel neutron berenergi tinggi ke dalam formasi, tumbukan neutron dengan atom H (dengan asumsi atom H berasal dari HC atau air) akan menyebabkan energi neutron melemah, kemudian detektor akan mengukur jumlah partikel neutron yang kembali dari formasi. Semakin banyak atom H dalam formasi, maka partikel neutron yang kembali akan semakin

sedikit. Batubara pada log neutron biasanya akan memberikan respon defleksi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan batupasir, karena batubra lebih kompak (densitas batuan besar) daripada batupasir. Besarnya porositas batuan sama dengan jumlah energi netron yang hilang, karena atom hidrogen berkonsentrasi pada pori yang terisi fluida (water atau oil). Pori yang terisi oleh gas akan memiliki pola kurva log netron akan lebih rendah dari yang seharusnya (gas effect). Hal ini terjadi karena konsentrasi hidrogen dalam gas lebih kecil dibandingkan pada minyak dan air. E. Log Caliper Log caliper menunjukan besar diameter lubang sumur. Yang ideal : caliper sama besar dengan bit size. Pada kondisi ini lubang sumur bagus, pengaruh lumpur terhadap pembacaan pad tool tidak ada. Bila caliper < bit size, maka ini menandakan adanya mud cake pada dinding lubang sumur. Bila caliper > bit size, maka dinding lubang sumur mengalami kerusakan (runtuh, eroded, dll). Ini akan mempengaruhi pembacaan pad tools, yaitu density log dan log MSFL, dimana density dan MSFL akan membaca formasi dan mud. Interpretasi harus dimulai dengan mempelajari kurva capiler.

Analisa Stripping Ratio a. Faktor Volume Volume factor merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio. Penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara. Untuk batubara dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor. Perbedaan ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi batas atas dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara batubara dan batubara diasumsikan jelas. Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang digunakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan

kalkulasi antara ketebalan rata-rata batubara maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan luasan daerah, dan diperoleh volume tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut. Perhitungan volume dinyatakan dengan persamaan berikut : Volume = Average Thickness x Areas

b. Faktor Tonase Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan industri perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume material yang dipindahkan. Konversi dari volume ke berat harus dilakukan dalam kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan pengolahan. Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase. Faktor tonase yang dimaksud adalah d ensity. Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3. Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd3 atau setara dengan 1,365 ton/m3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m3. Berat/tonase tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut : Tonase = Volume x Density

c. Nisbah Pengupasan Salah satu cara menguraikan nisbah effisiensi geometri Nisbah dari operasi

penambanganberdasarkan

pengupasan.

pengupasan

(stripping ratio) menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah

penutup dengan volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut : Stripping Ratio = Tanah Penutup (ton)/Batubara (ton)

Perbandinganantara tanah penutup dengan batubara juga dapat dinyatakan melaluiperbandingan volume, akan tetapi perbandingan ini hanya bisa diterapkan apabila density dari kedua material sama.

HASIL ANALISIS Data Logging

Metoda perhitungan dengan menggunakan polygon

ANALISIS DATA
Jumlahdankedalamanlapisanbatubara (minus(-) dalam meter) di Sumurbor no 1 Sumur no.2 Sumur no.3 Sumur No 4 Sumur No 5 Sumur no 6

Lihat data log untukinterpretasi

14 s.d 19

15-22

13-21

16-21

14-20

22 sd 24

23-25

22-25

22-24

22-24

36 sd 41

35-42

34-41

35-41

36-41

43 sd 49

45-50

44-49

43-50

43-50

Perhitungan luas Titik lokasi pemboran batubara di daerah konsesi pertambangan : Rumus ( jumlahkotakpenuhpada AOI (X) x 10.000m2 )

Luas Sumur 1 (AOI 1) = 307.500 m2 Luas Sumur 2 (AOI 2) = 432.500 m2 Luas Sumur 3 (AOI 3) = 335.000 m2 Luas Sumur 4 (AOI 4) = 330.000 m2 Luas Sumur 5 (AOI 5) = 360.000 m2 Luas Sumur 6 (AOI 6) = 162.500 m2

Perhitungan data table : Rumus mencari Overbuden (OB) Overbuden (OB) = teballapisan OB x Luassumur (x) (AOI(x))

Rumus mencari Coal seam Teballapisan (y) x luassumur (x) (AOI(x))

Rumus mencari interbuden (IB) Teballapisan IB (y) x luassumur (x) (AOI (x)) Perhitungan Rasio pengupasan (stripping ratio) : SR = Volume (OB+IB) / Tonasebatubara

SR= (65297500) / 53994875 = 1.209327737

Jadi perbandingannya adalah 1 :1.209327737maka sistem penambangannya menggunakan sistem tambang terbuka.

INTERPRETASI

Data Log Berdasarkan data log yang tersedia, bahwa Batubara memiliki sifat resistivitas yang paling tinggi dibandingkan dengan batuan lainnya Karena sifat batubara yang tidak mengalirkan arus listrik sehingga memiliki kemampuan untuk menangkap arus listrik lebih besar di bandingkan dengan batuan lainnya. Batubara juga memilki sifat Radioaktif yang sangat rendah sehingga nilai density dan nilai Gamma rays yang sangat kecil di bandingkan dengan batuan lainnya. Batu Lempung memiliki sifat yang cenderung berlawanan dengan sifat Batubara. Batu Lempung memiliki sifat tahanan jenis yang sangat besar karena memiliki porositas yang sangat besar, ini dapat dilihat dari hasil resistivitas batu tersebut. Sedangkan pada density, Batu Lempung memiliki densitas yang sangat besar di bandingkan dengan batuan lainnya. Pada sinar Gamma, Batu Lempung memiliki nilai yang tertinggi di bandingkan dengan batuan lainnya karena batu lempung banyak mengandung unsure radioaktif (Potassium) sehingga menghasilkan nilai sinar gamma yang besar. Log neutron dipakai untuk menentukan primary porosity batuan, yaitu ruang pori pori batuan yang terisi air, minyak bumi, atau gas, sehingga pada log neuton, Batu Lempung memiliki nilai yang tinggi. Sedangkan pada log caliper, Batu Lempung menunjukan tingkat caliper yang tinggi, sehingga Bila caliper > bit size, maka dinding lubang sumur mengalami kerusakan (runtuh, eroded, dll). Dengan kata lain Batu Lempung memiliki tingkat keruntuhan yang tinggi.

Dengan demikian dari data log yang ada tersebut kita dapat membedakan mana lapisan yang merupakan lapisan Batubara dan mana lapisan overburden dan interburden (Batu Lempung). Lalu langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah menentukan seberapa tebal lapisan Batubara yang kita dapat dari data log yang kita dapat, dari sinilah kita dapat menentukan seberapa besar potensi atau cadangan batubara yang kita miliki.

Berikut ini merupakan tabel untuk menentukan litologi batuan dari data log:
Kedalaman (m) 10-13 13-21 21-22 22-24 24-36 36-41 41-43 43-48 48-50 Tebal (m) 3 8 1 2 12 5 2 5 2 Litologi Lapisan Overburden Lapisan Batubara Lapisan Interburden Lapisan Batubara Lapisan Interburden Lapisan Batubara Lapisan Interburden Lapisan Batubara Lapisan Interburden

Metode polygon Metode polygon merupakan suatu metode yang sering sekali digunakan dalam eksplorasi batubara. Metode polygon merupakan metode perhitungan yang konvensional. Metoda ini umum diterapkan pada endapan-endapan relative homogen dan mempunyai geometri yang sederhana.Kadar pada suatu luasan di dalam polygon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-tengah polygon, sehingga metode ini sering disebut dengan metode polygon daerah pengaruh (area

of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan garis sumbu. Dari metode polygon ini kita akan mendapatkan luasan daerah sebaran batubara (cadangan) dan titik pemboran. Disini, setiap titik pemboran (antara titik pemboran yang satu terhadap pemboran yang lain) memiliki luasan yang berbeda. Dibawah ini merupakan luasan dari setiap titik pemboran : Luas Sumur 1 (AOI 1) = 307.500 m2 Luas Sumur 2 (AOI 2) = 432.500 m2 Luas Sumur 3 (AOI 3) = 335.000 m2 Luas Sumur 4 (AOI 4) = 330.000 m2 Luas Sumur 5 (AOI 5) = 360.000 m2 Luas Sumur 6 (AOI 6) = 162.500 m2

TABEL Data-data yang telah diperoleh dari data log dan data dari luasan sumur yang didapat dari metode polygon akan dimasukkan kedalam tabel Dari table ini akan diketahui seberapa besar volume dan ton yang kita dapat dari lapisan Overburden, Interburden, dan lapisan Batubara. Kemudian dapat ditentukan seberapa besar cadangan batubara yang tersedia dan system metode yang akan digunakan untuk melakukan penambangan batubara tersebut. Sistem

penambangan dapat berupa penambangan terbuka atau tertutup, yang dapat diketahui dari perhitungan stripping ratio.

Perhitungan data tabel : Perhitungan Rasio pengupasan (stripping ratio) : SR = Volume (OB+IB) / Tonasebatubara

SR= (65297500) / 53994875

= 1.209327737

Jadi perbandingannya adalah 1 : 1.209327737maka sistem penambangannya menggunakan sistem tambang terbuka.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa j mlah u cadangan batubara yang dapat diketahui dengan menggunakan metode Poligon pada kawasan ini adalah 53.994.875ton, nilai ini didapatkan dari penjumlahan hasil perkalian antara Volume batubara di setiap coal seam dengan berat jenis coal seam. Nilai Stripping Ratio yang dihasilkan dari hasil perbandingan antara Volume total lapisan overburden dan interburden dengan Tonase total dari batubara yaitu 1 : 1.209327737 Dengan memperhitungkan stripping ratio yang menunjukan angka 1 :
1.209327737ini dapat direkomendasikan bahwa metode sistem penambangan

batubara pada kawasan ini adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) karena dari nilai stripping ratio yang telah disepakati bahwa nilai pada stripping

ratio yang menunjukan angka <7:1 harus menggunakan sistem tambang terbuka untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan dan dapat merugikan perusahaan.

LAMPIRAN

You might also like