You are on page 1of 10

1.

Hama Kutu Putih (Pseudococcus/mealybug)

Kutu putih/kutu sisik (famili Coccidae, ordo Homoptera) yang pernah dilaporkan menyerang tanaman jati antara lain : Pseudococcus hispidus dan Pseudococcus (crotonis) tayabanus. Kutu ini mengisap cairan tanaman tumbuhan inang. Waktu serangan terjadi pada musim kering (kemarau). Seluruh tubuhnya dilindungi oleh lilin/tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih; pada bagian belakang didapati benang-benang tawas yang lebih panjang. Telur-telurnya diletakkan menumpuk yang tertutup oleh tawas. Dampak Negatifnya Kerusakan pada tanaman jati muda dapat terjadi bilamana populasi kutu tinggi. Kerusakan yang terjadi antara lain : daun mengeriting, pucuk apikal tumbuh tidak normal (bengkok dan jarak antar ruas daun memendek). Gangguan kutu ini akan menghilang pada musim penghujan. Namun demikian kerusakan tanaman muda berupa bentuk-bentuk cacat tetap ada. Hal tersebut tentunya sangat merugikan regenerasi tanaman yang berkualitas. Kutu-kutu ini memiliki hubungan simbiosis dengan semut (Formicidae), yaitu semut gramang (Plagiolepis [Anaplolepis] longipes) dan semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) yang memindahkan kutu dari satu tanaman ke tanaman lain. Penyakit: Penyakit Mati Pucuk (Die Back) oleh jamur Phoma sp. Gejalanya yaitu pucuk utama tanaman jati (terutama pada musim penghujan) kadangkala gagal untuk tumbuh dan bersemi. Pada pucuk tersebut lapisan jamur berwarna hitam disertai kerusakan fisik akibat serangga bertipe alat mulut penggeek pengisap. Jaringan pucuk yang diserang serangga ini menjadi kering, rapuh dan busuk (terlihat pada musim kemarau). kerusakan tanaman muda berupa bentuk-bentuk cacat tetap ada. Hal tersebut tentunya sangat merugikan regenerasi tanaman yang berkualitas. Pengendalian Hama Kutu Putih (Pseudococcus/mealybug). Pengendalian dilakukan bila populasi kutu per tanaman muda cukup besar. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan pada tanaman-tanaman yang terserang. Langkah-langkah pengendalian hama kutu putih antara lain sebagai berikut Penyemprotan dengan insektisida nabati Untuk memulihkan bentuk-bentuk yang cacat maka dapat dilakukan pemotongan sampai pada batas atas kuncup ketiak, yang kelak akan menjadi tunas akhir yang lurus dan baik. Kegiatan pemotongan bagian-bagian yang cacat ini hendaknya dilakukan pada awal musim penghujan.

2.Hama Kumbang KUTU LILIN


Taksonomi hama kutu lilin (Pine Adelgid) adalah sebagai berikut : Phylum: Arthropoda Latreille, 1829 arthropods Klas: Insekta Linnaeus, 1758 insects OrdO: Hemiptera Famili: Adelgidae Genus: Pineus Species: boerneri Annand, 1928 Scientific Name Pineus boerneri Annand, 1928 Dampak Negative Serangan Hama Kutu Lilin Pinus : Ribuan hektar tanaman muda dan produktif telah terserang Ribuan pohon, tanaman muda dan pohon umur produktif hidup merana, dan sudah banyak yang mati. Akibat serangan pada pohon pinus yang sedemikian luas, maka produksi getah pinus sebagai sumber pendapatan perusahaan dapat terancam kelangsungannya. Hama Kutu Lilin sangat mengancam kelangsungan tegakan pinus di Jawa. Penyakit Kanker Batang oleh jamur Diplodia pinea. Infeksi awal kanker batang biasanya terjadi pada batang yang masih hijau, terutama pada pangkal percabangan dekat daun jarum. Infeksi patogen menyebabkan bercak-bercak pada batang yang bentuknya tidak teratur yang mengluarkan eksudat berupa resin. Daun-daun jarum yang berdekatan dengan lokasi infeksi terlihat menguning dan akhirnya kering (berwarna cokelat). Pada pohon yang telah dewasa, infeksi biasanya dimuali disekeliling kerucut tajuk, kemudian berkembang beberapa meter ke atas dan mencapai cabang. Infeksi disekeliling cabang biasanya menghasilkan kanker yang cukup besar. Pengendalian Hama Kutu Lilin. Karantina Survei dan Monitoring : cara ini penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan (penyebaran dan dampak) serangan hama kutu lilin dari waktu ke waktu secara detail. Dengan demikian maka keputusan langkah pengendalian (kapan dan dimana) dapat diambil secara tepat. Pengendalian secara kimiawi : keuntungannya merupakan cara cepat untuk melindungi pohon; kerugiannya antara lain dapat mematikan parasit dan predator, di samping dampak polusi lingkungan.. Manipulasi Silvikultur : penggunaan jenis-jenis spesies alternatif, pemilihan tapak yang tidak cocok bagi hama kutu lilin, penjarangan tegakan yang terserang untuk meningkatkan kesehatan (vigoritas) pohon, penanaman lebih dari satu jenis spesies pada suatu lokasi pertanaman. Pengendalian secara mekanik : melalui penggunaan perangkap dan penyemprotan air volume tinggi ke cabang-cabang. Cara ini tidak menimbulkan efek negatif pada lingkungan, tapi belum teruji untuk hama kutu lilin, juga perlu banyak tenaga pelaksana. Observasi resistensi genetik : pohon resisten (pohon sehat hijau tidak dijumpai adanya serangan kutu lilin, pohon bersih dari kutu lilin) dan juga pohon toleran (kutu lilin menyerang, tapi pohon tetap sehat hijau tidak menunjukkan gejala sakit). Untuk mendapatkan pohon yang benar-benar resisten ataupun toleran, maka observasi kontinyu perlu dilakukan terhadap pohon-pohon kandidat resisten toleran yang telah dipilih.

3. Hama Penggerek Pucuk Hypsipyla robusta ( shoot borer )/pada pohon Mahoni
Merupakan famili Lepidoptera; Pyralida. Pada tingkat larva menyerang tegakan pada tingkat sapling terutama pada umur 3 6 tahun dengan tinggi antara 2 8 m, pada pohon dengan umur tua jarang dijumpai serangan ini. Dengan daur hidup 1 2 bulan, berbagai tingkatan larva dapat sekaligus melakukan penyerangan berulang kali. Dampak Negative Tanaman akan menjadi layu ,mengering dan lama-lama mati , pada bagian batang pucuk yg mati akan dijumpai karva kumbang (ulat) Penyakitnya: Gejala yang nampak adalah pucuk tiba-tiba menjadi layu, mengering dan lama-lama mati. Jika dipotong bagian batang pucuk yang mati akan dijumpai terdapat larva kumbang (seperti ulat) berada di dalamnya.

Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Hypsipyla robusta.(Pohon Mahoni) Sampai saat ini belum ditemukan metode yang efektif guna mengatasinya. Pencegahan yang diajurkan antara lain penanaman multikultur (campur) antara mahoni dan akasia mangium (Matsumoto et al, 1997) dan pencampuran dengan Azadirachta indica (mimbo). (Suharti, 1995).

6.Hama Boktor ( Xystrocea festiva ). Hama boktor termasuk dalam ordo Coleoptera. Gejala yang ditimbulkan antara lain : Adanya luka pada batang. Umumnya telur diletakkan pada celah luka di batang. Telur baru ditandai utuh, belum berlubang-lubang; bila telur sudah berlubanglubang dimungkinkan bahwa telur sudah menetas. Sejak larva keluar dari telur yang baru beberapa saat menetas, larva sudah merasa lapar dan segera melakukan aktivitas penggerekan ke dalam jaringan kulit batang di sekitar lokasi dimana larva berada. Bahan makanan yang disukai larva boktor adalah bagian permukaan kayu gubal (xylem) dan bagian permukaan kulit bagian dalam (floem). Adanya serbuk gerek halus yang menempel pada permukaan kulit batang merupakan petunjuk terjadinya gejala serangan awal. engendalian secara silvikultur dilakukan dengan : Upaya pemuliaan, melalui pemilihan benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan terhadap hama boktor. Penebangan pohon terserang dalam kegiatan penjarangan (Tebangan E). Pengendalian secara manual, antara lain dilakukan dengan : Mencongkel kelompok telur boktor pada permukaan kulit batang sengon, menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva boktor terlepas dari batang dan jatuh ke lantai hutan Pengendalian secara fisik/mekanik, antara lain dilakukan dengan : kegiatan pembelahan batang sengon yang terserang boktor, pembakaran batang terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah, dengan cara pembenaman batang terserang ke dalam tanah.

Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan : menggunakan peranan musuh alami berupa parasitoid, predator atau patogen yang menyerang hama boktor, caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan agar mencari hama boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu berkembang biak sendiri di lapangan. Teknik pengendalian secara biologis yang pernah dicoba antara lain : parasitoid telur boktor (kumbang pengebor kayu Macrocentrus ancylivorus), jamur parasit (Beauveria bassiana), dan penggunaan predator boktor (kumbang kulit kayu Clinidium sculptilis). Pengendalian secara kimiawi, dilakukan dengan : aplikasi insektisida melalui cara bacok tuang, takik oles, bor suntik maupun semprot; cara kimiawi tersebut ternyata tidak efektif untuk mengendalikan hama boktor. Pengendalian secara terpadu, dilakukan dengan : penggabungan dua atau lebih cara pengendalian guna memperoleh hasil pengendalian yang lebih baik; contohnya pengendalian dengan cara menebang pohon yang terserang, kemudian batang yang terserang tersebut segera dibakar atau dibelah agar tidak menjadi sumber infeksi bagi pohon yang belum terserang 7.Hama Pengisap Pucuk dan Ulat Penggerek Pucuk. Ada dua kelompok hama, yaitu kelompok hama pencucuk pengisap, dan kelompok hama penggerek pucuk/daun.Kedua hama ini menyebabkan pucuk-pucuk tanaman kayu putih menjadi kering dan daun keriting. Hal ini mengakibatkan produksi panen daun kayu putih menjadi berkurang. Hama pengisap (ordo Homoptera-Hemiptera) yang mengisap pucuk-pucuk ranting, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : warna coklat tua, ukuran panjang 1,5 mm, tipe mulut pencucuk pengisap, memiliki sungut/antena panjang, memiliki struktur mirip kornikel panjang di bagian posterior dorsal abdomen, jumlah kaki 3 pasang, tubuh keras. Hama ini menyebabkan pucuk tunas muda layu dan kering. Hama kutu putih/kutu sisik (pseudococcidae = mealybug), yang sering bersimbiosis dengan semut hitam. Bilamana populasi tinggi keberadaan hama ini juga merugikan. ulat penggerek pucuk menyebabkan daun berlubang-lubang, keriting, pucuk kering. Aktivitas ulat penggerek dengan kutu pengisap pucuk menyebabkan turunnya produksi biomassa kayu putih.

Pengendalian Hama Kumbang dari Ulat Gading. Cari ulat dan musnahkan apabila terlihat ada gejala. Masukan kawat atau tongkat kayu kecil ke dalam lubang gerek untuk membunuh ulat. Siram lubang gerek dengan air panas. Masukkan kawat yang ujungnya diberi kapas dan pestisida ke dalam lubang gerek. Jika pohon sudah terserang, harus di tebang dan di pindahkan dari kebun. 1. Durian

Pengendalian Hama Penggerek Batang dan cabang (Stem borer). Insektisida fipronil disemprotkan ke daun dengan konsentrasi 2 ml/l air. Pohon ukuran kecil diaplikasi 3,5 liter, pohon ukuran sedang diaplikasi 7 liter, dan pohon yang besar diaplikasi 14 liter. Aplikasi diulang dua kali dengan interval 2 minggu. 1. Pinus Pengendalian Hama Kutu Lilin. Karantina Survei dan Monitoring : cara ini penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan (penyebaran dan dampak) serangan hama kutu lilin dari waktu ke waktu secara detail. Dengan demikian maka keputusan langkah pengendalian (kapan dan dimana) dapat diambil secara tepat. Pengendalian secara kimiawi : keuntungannya merupakan cara cepat untuk melindungi pohon; kerugiannya antara lain dapat mematikan parasit dan predator, di samping dampak polusi lingkungan.. Manipulasi Silvikultur : penggunaan jenis-jenis spesies alternatif, pemilihan tapak yang tidak cocok bagi hama kutu lilin, penjarangan tegakan yang terserang untuk meningkatkan kesehatan (vigoritas) pohon, penanaman lebih dari satu jenis spesies pada suatu lokasi pertanaman. Pengendalian secara mekanik : melalui penggunaan perangkap dan penyemprotan air volume tinggi ke cabang-cabang. Cara ini tidak menimbulkan efek negatif pada lingkungan, tapi belum teruji untuk hama kutu lilin, juga perlu banyak tenaga pelaksana. Observasi resistensi genetik : pohon resisten (pohon sehat hijau tidak dijumpai adanya serangan kutu lilin, pohon bersih dari kutu lilin) dan juga pohon toleran (kutu lilin menyerang, tapi pohon tetap sehat hijau tidak menunjukkan gejala sakit). Untuk mendapatkan pohon yang benar-benar resisten ataupun toleran, maka observasi kontinyu perlu dilakukan terhadap pohon-pohon kandidat resisten toleran yang telah dipilih. 1. Mahoni Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Hypsipyla robusta. Sampai saat ini belum ditemukan metode yang efektif guna mengatasinya. Pencegahan yang diajurkan antara lain penanaman multikultur (campur) antara mahoni dan akasia mangium (Matsumoto et al, 1997) dan pencampuran dengan Azadirachta indica (mimbo). (Suharti, 1995). 1. Sengon Pengendalian Hama Boktor. Pengendalian secara silvikultur dilakukan dengan : Upaya pemuliaan, melalui pemilihan benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan terhadap hama boktor. Penebangan pohon terserang dalam kegiatan penjarangan (Tebangan E). Pengendalian secara manual, antara lain dilakukan dengan : Mencongkel kelompok telur boktor pada permukaan kulit batang sengon, menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva boktor terlepas dari batang dan jatuh ke lantai hutan Pengendalian secara fisik/mekanik, antara lain dilakukan dengan : kegiatan pembelahan batang sengon yang terserang boktor,

pembakaran batang terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah, dengan cara pembenaman batang terserang ke dalam tanah. Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan : menggunakan peranan musuh alami berupa parasitoid, predator atau patogen yang menyerang hama boktor, caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan agar mencari hama boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu berkembang biak sendiri di lapangan. Teknik pengendalian secara biologis yang pernah dicoba antara lain : parasitoid telur boktor (kumbang pengebor kayu Macrocentrus ancylivorus), jamur parasit (Beauveria bassiana), dan penggunaan predator boktor (kumbang kulit kayu Clinidium sculptilis). Pengendalian secara kimiawi, dilakukan dengan : aplikasi insektisida melalui cara bacok tuang, takik oles, bor suntik maupun semprot; cara kimiawi tersebut ternyata tidak efektif untuk mengendalikan hama boktor. Pengendalian secara terpadu, dilakukan dengan : penggabungan dua atau lebih cara pengendalian guna memperoleh hasil pengendalian yang lebih baik; contohnya pengendalian dengan cara menebang pohon yang terserang, kemudian batang yang terserang tersebut segera dibakar atau dibelah agar tidak menjadi sumber infeksi bagi pohon yang belum terserang. 1. Pengendalian Hama Pucuk Kayu Putih Kegiatan pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida, dilakukan bilamana kerusakan sudah mencapai ambang ekonomis. Insektisida yang digunakan adalah insektisida jenis kontak. 1. Penyakit Hutan 1. Ciri-Ciri Pohon 1. Meranti (shorea spp) Pohon dapat mencapai tinggi 60 m, bebas cabang 35 m, diameter 1 m. Banir menonjol tetapi tidak terlalu besar. Tajuk lebar, berbentuk payung dengan ciri berwarna coklat kekuning-kuningan. K ulit coklat keabu-abuan, alur dangkal, kayu gubal pucat, dan kayu teras merah tua. Daun lonjong sampai bulat telur, panjang 8 -14 cm, lebar 3,5-4,5 cm. Permukaan daun bagian bawah bersisik seperti krim, tangkai utama urat daun dikelilingi domatia terutama pada pohon muda, sedang urat daun tersier rapat seperti tangga. Bunga kecil dengan mahkota kuning pucat, helai mahkota sempit dan melengkung ke dalam seperti tangan menggenggam. Deskripsi buah dan benih. Buah seperti kacang yang terbungkus kelopak bunga yang membesar. Kelopak ini berbulu jarang dengan 3 cuping memanjang sampai 10 cm dan melebar 2 cm berbentuk sendok, 2 cuping lainnya berukuran panjang 5,5 cm dan lebar 0,3 cm. Panjang benih 2 cm, diameter 1,3 cm, bulat telur, berbulu halus dan lancip dibagian ujungnya. Unit penaburan dan pengujian adalah buah dimana bagian bawah kelopak disisakan setelah sayap dipotong. 1 kg terdapat 13002100 butir benih tanpa sayap. 2. Kayu Putih (Melaleuca leucadendron) Dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpi, memiliki struktur pohon yang

tinggi dengan ukuran 10-30 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit berwarna putih yang terkelupas tidak beraturan. Tanaman ini berakar serabut, daunnya tunggal, lancip, helaian berbentuk jorong atau lanset, strukturnya agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling, panjangnya 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkalnya runcing atau agak bulat, tepi rata, tulang daun sejajar berbentuk tombak. Permukaan daunnya berambut, berwarna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan. Bila daun diremas atau dimemarkan akan berbau minyak kayu putih. Daunnya mengandung 0,7 % minyak kayu putih. Bunganya merupakan bunga majemuk, berwarna putih, bunga berbentuk seperti lonceng, berambut atau tidak berambut. Kelopak bunga berbentuk mangkok dengan panjang 1,52,5 mm, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan panjang 2-3 mm, berkelenjar minyak berwarna kuning. Daun mahkotanya berwarna putih, dan kepala putik berwarna putih kekuningan. Buahnya berbentuk seperti lonceng dengan panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua. Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam yang biasa disebut sari bolong berbentuk seperti biji, berwarna kuning. 2. Gejala atau Tanda Serangan 1. Jati Penyakit Mati Pucuk (Die Back) oleh jamur Phoma sp. Gejalanya yaitu pucuk utama tanaman jati (terutama pada musim penghujan) kadangkala gagal untuk tumbuh dan bersemi. Pada pucuk tersebut lapisan jamur berwarna hitam disertai kerusakan fisik akibat serangga bertipe alat mulut penggeek pengisap. Jaringan pucuk yang diserang serangga ini menjadi kering, rapuh dan busuk (terlihat pada musim kemarau). Pucuk tanaman jati yang lain dari tanaman yang diserang tetap dapat bersemi dan berkembang secara normal, namun pertumbuhan tanaman jati tersebut tidak lurus. Akibat serangan mati pucuk, pertambahan tanaman menjadi tidak lurus dan kualitas pertumbuhannya pun menurun. 2. Pinus Penyakit Kanker Batang oleh jamur Diplodia pinea. Infeksi awal kanker batang biasanya terjadi pada batang yang masih hijau, terutama pada pangkal percabangan dekat daun jarum. Infeksi patogen menyebabkan bercak-bercak pada batang yang bentuknya tidak teratur yang mengluarkan eksudat berupa resin. Daun-daun jarum yang berdekatan dengan lokasi infeksi terlihat menguning dan akhirnya kering (berwarna cokelat). Pada pohon yang telah dewasa, infeksi biasanya dimuali disekeliling kerucut tajuk, kemudian berkembang beberapa meter ke atas dan mencapai cabang. Infeksi disekeliling cabang biasanya menghasilkan kanker yang cukup besar. 3. Sengon Penyakit Akar Merah oleh jamur Ganoderma pseudoffereum. Gejalanya dapat dilihat pada tajuk atau pada akar. Penyakit akar merah yang menyerang tajuk mengakibatkan daun-daun yang menguning, kering, dan akhirnya rontok. Sedangkan penyakit akar merah yang menyerang akar terlihat adanya selaput miselium berwarna merah bata dilekati oleh butir-butir tanah. Miselium yang baru saja tumbuh umumnya

berwarna putih, krem dan merah yang khas hanya terjadi bila miselium menjadi tua. Pada tingkatan serangan lebih, jamur membentuk badan buah (basidiokarp) pada pangkal batang, bahkan dapat pula merabat sampai ke bagian atas batang pohon. 4. Ampupu Penyakit Tumor Batang oleh Nectria sp. dan Cytospora sp. Gejala serangan penyakit tumor batang berupa luka atau kematian (nekrotik) pada kulit batang yang terjadi secara lokal. Jaringan yang masih hidup yang terdapat di pinggir kanker akan menebal sehingga seakan-akan bagian yang sakit tenggelam dan terletak lebih rendah daripada bagian di sekelilingnya, gejala serangan lebih lanjut adalah terjadinya pembengkakan batang sehingga kulit batang pecah-pecah arah membujur. Demikian pula bagian kambiumnya dan bagian kayunya ikut pecah. Tumor batang sering berasal dari luka pada kulit batang atau mulai pada bekas patahan cabang yang mati yang kemudian menyebar kesekelilingnya. Pohon dapat hidup terus dan menahan meluasnya kanker dengan jalan membentuk kalus di sekitar kanker. Tetapi bila kanker berkembang lebih cepat dari pada pembentukan jaringan pertahanan, maka tidak akan ada kalus yang terbentuk hingga kanker akna meluas dengan cepat dan menyerang kalus yang baru terbentuk. 1. Akasia 1. Penyakit Busuk Hati (Heart Rot) oleh jamur Phellinus sp. dan P. Npxius. Gejala serangan penyakit ini dapat dibagi dalam enam tingakatan, yaitu busuk kantung (pocket rot), dimana pada potongan melintang batang terlihat kayu teras yang berwarna merah jambu (pink) seperti bunga karang yang terlihat di dalam kantung. Kedua yaitu busuk balok (blocky rot), bagian dalam kayu berwarna cokelat pucak samapai putih, jaringan kayu mudah runtuh, dan pecah apabila dipotong dengan pisau. Ketiga yaitu busuk serabut (stringy rot), bagian dalam kayu berwarna putih pucat, kuning sampai putih, berserat, dan pecah sepanjang tepinya. Keempat yaitu busuk bunga karang (spongy rot), dimana bagian hati kayu berwarna kunging sampai putih, berbentuk bunga karang, kering, da pecah menjadi serpihan-serpihan kecil. Kelima yaitu busuk berair (wateru rot), bagian hati kayu berwarna cokelat sangat basah, berserat seperti spon dan berbau busuk. Keenam yaitu hollow (kosong), dimana terdapat lubang-ubang kosong dengan tanda pembususkan. Gejala tingakt empat samai dengan 6 merupakan stadium lanjut dari penyakit busuk hati. Gejala akan berkembang, sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. 1. Penyakit Busuk Kulit oleh jamur Pythophtora palmivora. Gejala penyakit busuk kulit berupa cairan berwarna hitam yang berbau busuk pada kulit batang. Cairan ini menjadi kering pada musim kemarau dan menjadi basah berlendiri pada musim penghujan. Kulit batang yang sehat dan yang terkena cairan hitam memiliki batas yang jelas. Batas tersebut semula tebal karena adanya cairan hitam yang mengendap (susut) dan menjadi lunka. Bila kulit yang berwarna hitam dikupas, warna kayunya lebih gelap dibandingkan denganwarna kayu dibawah kayu yang sehat. Kulit kayu yang terserang berat akan berwarna cokelat merah baunya menjadi lebih tajam (bau khas legum hilang). Cairan hitam menyebar atau bahkan menyelimuti batang dan berkembang ke bawah mulai dari pangkal penyebaran, baikpada batang ganda (multi stem) maupun batang tunggal (single stem). 1. Kayu Putih

Penyakit Kutil Daun oleh Eriophyoes sp. Gejala serangan yaitu dengan terbentuknya kutil berwarna kunign muda pada permukaan atas daun. Kutil daun tersebut berkembang membentuk kutil berukuran besar. Perkembangan kutil daun dapat terjadi secara sendiri atau mengelompok menjadi satu. Kutil pada daun yang telah tua relatif tidak mengganggu, namun pada daun yang masih muda dan belum berkembang sempurna dapat menggangu pertumbuhan daun. Serangan penyakit kutil daun dapat megakibatkan sel-sel daun mengalami degenerasi bahkan kerusakan. 1. Meranti Penyakit Kerdil (Mikoplasma) oleh Cicadelidae atau Jassidae. Gejala serangan berupa prolepsis, yaitu munculnya kallus yang menumpuk mirip bolabola kecil yang bergerombol pada batang, terutama di ketiak cabang. Gejala ini dapat berkembang sangat intensif dan pada kallus yang masih segar sering tumbuh daun berwarna hijau muda, kecil dan kaku. Gejala ini banyak terjadi pada tanaman yang berasal dari cabutan alam, sedangkan tanaman yang berasal dari stek pucuk jarang menunjukkan gejala tersebut. Gejala ini dapat mengakibatkan pertuubuhan tanaman menjadi terhambat dan tidak dapat tumbuh normal meskipun umurnya telah mencapai beberapa tahun. 1. Teknik Pencegahan dan Pengendalian 1. Penyakit Mati Pucuk (Die Back) oleh jamur Phoma sp. Pada Jati Gejala mati pucuk terlihat jelas pada musim hujan, maka pada awal musim hujan pucuk-pucuk yang menunjukkan gejala serangan penyakit harus dipotong untuk menghilangkan sumber inokulum disertai dengan pemupukkan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pada musim hujan perlu dilakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung untuk mengurang kelembapan, sedangkan pada musim kemarau, pemangkasan terhadap tanaman pelindung tidak perlu dilakukan atau hanya dilakukan pemangkasan ringan saja agar kelembapan lingkungan tetap terjamin. Tanaman jati yang menunjukkan gejala mati pucuk harus diberi tanda dan diprioritaskan untuk ditebang pada saat penjarangan tanaman. 2. Penyakit Kanker Batang oleh jamur Diplodia pinea pada Pinus Melakukan monitoring sambil melakukan pekerjaan thinning atau pemangkasan tajuk secara teratur, terutama tajuk-tajuk yang kering dan menunjukkan gejala penyakit kanker batang untk menghilangkan dan mengurangi jumlah inokulum. Pohon-pohon pinus yang menunjukkan gejala terserang penyakit kanker batang harus segera diberi pupuk untuk meningkatkan kesehatan tanaman. 3. Penyakit Akar Merah oleh jamur Ganoderma pseudoffereum Pada Sengon. Hal yang lebih khusus pada tanaman sengon yaitu kecenderungan timbulnya jamur akar merah pada tanaman tua di atas umur 7 tahun. Oleh karena itu, untuk menghindarkan tanaman dari kerusakan yang lebih parah sebaiknya dilakukan pemanenan (penebangan) segera setelah pohon masuk tebang. 4. Penyakit Tumor Batang oleh Nectria sp. dan Cytospora sp Pada Ampupu. Sebelum penanaman perlu dilakukan kajian kecocokan lahan dan jenis yang akan ditanaman. Jarak tanaman harus dibuat sedemikian rupa sehingga kelembapan pertanaman tidak tinggi. Perawatan monitoring yang terus-menerus perlu dilakukan, terutama di daerah yang rawan terhadap penyakit kanker. Apabila dalam satu lokasi telah ditemukan beberapa pohon yang menunjukan gejala kanker batang, hendaknya pohon-pohon tersebut segera ditebang dan disingkirkan untuk mencegah meluasnya

penyakit. Apabila dalam satu rotasi tanam telah ditemukan banyak pohon yang menderita kanker batang, maka pada rotasi berikutnya hendaknya tidak dilakukan penanaman dengan jenis tersebut. 5. Akasia 1. Penyakit Busuk Hati (Heart Rot) oleh jamur Phellinus sp. dan P. Npxius. Pemilihan jenis yang sesuai dengan tempat tumbuh (site) merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya penyakit busuk hati secara meluas. Seleksi benih dari induk yang berkualitas dan berpenampilan bagus (pohon plus) dapat mengurangi terjadinya serangan penyakit busuk hati. Apabila dalam suatu areal telah terjadi epidemi penyakit busuk hati, maka rotasi harus diganti dengan jenis lain yang tahan terhadap serangan jamur. 2. Penyakit Busuk Kulit oleh jamur Pythophtora palmivora Pada Akasia. Karena penyakit sangat didukung oleh kondisi yang lembab dan gelap serta adanya pelukaan dan percabangan, maka salah satu cara pengendaliannya adalah dengan pemangkasan cabang (pruning) untuk memberikan suasana terang dan mengurangi kelembapan pada area pertanaman. Pemakaian fungisida untuk melumas kulit tidak dianjurkan karena tingkat efektifitasnya masih diragukan dan secara ekonomis mahal. 6. Penyakit Kutil Daun oleh Eriophyoes sp. Pada Kayu Putih Melakukan sanitasi dan eradikasi bersmaan dengan waktu pemangkasan tanaman. Melakukan monitoring secara cermat agar intensitas eranga tetap dibawah ambang ekonomi. Menggunakan bibit tanaman kayu putih yang relaif tahan terhadap penyakit kutil daun sehingga serangan tungau tidak mengakibatkan berkurangnya jumlah dan kualitas minyak kayu putih yang dihasilkan. 1. Penyakit Kerdil (Mikoplasma) oleh Cicadelidae atau Jassidae pada Meranti. Infeksi mikoplasma diduga sudah terjadi sejak anakan tanaman masih berada di alam. Oleh karena itu anakan tanaman perlu diseleksi untuk mengurangi terjadinya penyakit. Semai yanga berasal dari pembiakan vegetatif jarang terserang mikroplasma, maka perlu dikembangkan tanaman yang berasal dari pembiakan vegetatif, misalnya stek pucuk, untuk menghindarkan tanaman dari infeksi mikroplasma. Pengendalian serangga (vektor) mikroplasma dapat menggunakan pestisida (terutama dipersemaian) dan pengendalian biologinya perlu dicarikan musuh alaminya di lapangan. Untuk menjamin kualitas tanaman yang berasal dari cabutan alam, perlu dicari pohon induk yang berkualitas (pohon plus), baik dari segi penampilan maupun kesehatannya. Indakan sanitasi dan eradikasi perlu dilakukan untuk mengurangi sumber inokulum dan populasi serangga vektor yang di lapangan.

You might also like