You are on page 1of 17

Jumat, 17 Agustus 2012Laporan Pendahuluan Appendicitis

LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS

A.KONSEP ASKEP I. PENGERTIAN

Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).

II.

ETIOLOGI

Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. b. c. Fekalis/ massa keras dari feses Tumor, hiperplasia folikel limfoid Benda asing

III.

PATOFISIOLOGI

Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan peradanganyang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila

kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang dsebut infiltrat apendikularis. Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000). IV Pathway Pathway Apendicitis

V.

TANDA DAN GEJALA Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan Mual, muntah Anoreksia, malaisse Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney Spasme otot Konstipasi, diare

(Brunner & Suddart, 1997)

VI.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75% Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada

Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah (Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

VII.

KOMPLIKASI

Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks Tromboflebitis supuratif Abses subfrenikus Obstruksi intestinal

VIII.

PENATALAKSANAAN Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan

Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Brunner & Suddart, 1997) B. KONSEP ASKEP 1. PENGKAJIAN Menurut Doengoes, 1999 1.Aktivitas/ istirahat: Malaise 2.Sirkulasi : Tachikardi 3.Eliminasi > Konstipasi pada awitan awal > Diare (kadang-kadang) > Distensi abdomen > Nyeri tekan/lepas abdomen > Penurunan bising usus 4.Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah 5.Kenyamanan

Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam 6.Keamanan : demam 7.Pernapasan > Tachipnea > Pernapasan dangkal (Brunner & Suddart, 1997)

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1.Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria: Penyembuhan luka berjalan baik Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen Tekanan darah >90/60 mmHg Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal Abdomen lunak, tidak ada distensi Bising usus 5-34 x/menit

Intervensi: a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat a. Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal b. c. d. e. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema Kolaborasi: antibiotik

2.Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah Kriteria hasil: menurun Intervensi: a. b. c. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler Dorong untuk ambulasi dini Persepsi subyektif tentang nyeri Tampak rileks Pasien dapat istirahat dengan cukup

d. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang e. f. Hindari tekanan area popliteal Berikan antiemetik, analgetik sesuai program

3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi Kriteria hasil; Membran mukosa lembab Turgor kulit baik Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam Tanda vital stabil

Intervensi:

a. b. c. d. e.

Awasi tekanan darah dan tanda vial Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus Berikan perawatan mulut sering

f. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi g. Berikan cairan IV dan Elektrolit

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi Kriteria: Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan Berpartisipasidalam program pengobatan Intervensi a. b. Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodik

c. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi d. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase (Doenges, 1993)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EG

LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS 1. KONSEP MEDIS 1. Defenisi a) Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ). b) Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal (long, Barbara C, 1996 hal 228) c) Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ). 2. Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi Yaitu :

a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena : 1. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak 2. Adanya faekolit dalam lumen appendiks 3. Adanya benda asing seperti biji bijian 4. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus c. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut. d. Tergantung pada bentuk appendiks 1. Appendik yang terlalu panjang 2. Messo appendiks yang pendek 3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks 4. Kelainan katup di pangkal appendiks 3. Patofisiologi Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat , kemungkinan oleh faecalit ( massa keras dari faeces ), tumor , benda asing , bacterial dan virus. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara prodresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya appendiks yanag terinflamasi berisi pus. Sebagian kecil dari appendiks dapat menjadi membengkak atau nekrosis. Tekanan didalam appendiks meningkat dengan cepat , menimbulkan nekrosis yang cepat dari dinding appendiks dengan diikuti oleh perforasi. 4. Manisfestasi klinis Adapun manifestasi klinis dari appendicitis yaitu : 1. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan sering kali muntah. 2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan. 3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare 4. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kiri bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kanan bawah)

5. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk. 5. Pemeriksaan penunjang Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas anamnesa ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah : Nyeri mula mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri visceral Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus) Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri. b. Pemeriksaan yang lain 1. Lokalisasi Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney 2. Test Rectal Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. c. Pemeriksaan Laboratorium a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. b. Hb (hemoglobin) nampak normal c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat d. Urine penting untuk melihat apa ada insfeksi pada ginjal. d. Pemeriksaan Radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut : Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan Kadang ada fekolit (sumbatan)

Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma 6. Komplikasi Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks Abses hati Septi kemia 7. Penatalaksanaan a) Perawatan prabedah perhatikan tanda tanda khas dari nyeri: Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin. b) Terapi bedah : Appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting. c) Terapi antibiotik, Terapi antibiotic ini diberikan tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 7 hari jika appendicitis telah mengalami perforasi. 2. KONSEP KEPERAWATAN a) Pengkajian Aktivitas / istirahat Gejala : Malaise Sirkulasi Tanda : Takikardi Eliminasi Gejala : Konstipasi pada awal awitan Diare Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan. Makanan / cairan Gejala : Anoreksia , mual, muntah Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks Keluhan berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi apendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter). Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau telentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan / posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal. Keamanan : Demam (biasanya rendah) Pernapasan : Takipnea, pernapasan dangkal. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen, contoh pielitis akut, batu ureter, salpingitis akut, ileitis regional. Dapat terjadi pada berbagai usia . b) Diagnosa keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan penekanan ujung-ujung saraf, pelepasan mediator kimia (histamine, bradikinin, prostaglandin), distensi jaringan usus oleh inflamasi 2. Risiko terhadap perubahan volume cairan / kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, mual, pembatasan makanan dan cairan, kadang-kadang diare 3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi atau ruptur appendiks, peritonitis, pembentukan abses 4. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, nyeri 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual,muntah dan pembatasan makanan . 6. Pembatasan aktivitas berhubungan dengan relokasi nyeri . 7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman. 8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, atau kurangnya insformasi

c) Intervensi dan rasional Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan penekanan ujung-ujung saraf, pelepasan mediator kimia (histamine, bradikinin, prostaglandin), distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Kaji karakteristik nyeri : catat lokasi, durasi, intensitas nyeri (skala 0-10). Rasional : untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya. b. Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat. Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari penyakit klien. c. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler. Rasional : Posisi ini mengurangi ketegangan pada organ organ abdomen. d. Berikan aktivitas hiburan Rasional : Mengalihkan pasien dari rasa nyeri. e. Anjurkan teknik relaksasi dengan napas dalam. Rasional : Mengurangi ketegangan dapat mengurangi nyeri. f. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Rasional : sebagai mitra kita perlu berkolaborasi dengan dokter, apabila nyeri pasien tidak dapat hilang dengan posisi dan tehnik relaksasi. 2. Risiko terhadap perubahan volume cairan / kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, mual, pembatasan makanan dan cairan, kadang-kadang diare. Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Kaji tanda tanda vital klien; awasi tekanan darah dan nadi Rasional : Tanda tanda vital sangat membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler. Rasional : Turgor kulit dan membran mukosa merupakan indikasi status hidrasi serta keadekuatan sirkulasi perifer c. Kaji dan catat intake dan output cairan secara teliti, termasuk urine output,catat warna urine/konsentrasi dan jenis Rasional : Penurunan output urine pekat dan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/ kebutuhan peningkatan cairan. d. Berikan cairan peroral atau parenteral sesuai anjuran dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi Rasional : Dapat menurunkan iritasi gaster dan muntah serta meminimalkan kehilangan cairan 3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi atau ruptur appendiks, peritonitis, pembentukan abses.

Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Awasi dan catat tanda tanda vital, perhatikan bila ada demam berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen Rasional : Segera timbulnya dugaan infeksi atau terjadinya sepsis, abses peritonitis memudahkan perawat merencanakan dan melakukan tindakan keperawatan secara dini. b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka septic sesuai prosedur kerja Rasional : Dapat menurukan atau mencegah terjadinya infeksi c. Pantau insisi luka dan balutan, catatan karakteristik drainase luka/ adanya eritema Rasional : Memberikan deteksi dini terjadinya situasi proses infeksi atau pengawasan penyembuhan d. Berikan informasi yang tepat dan jujur pada klien atau orang terdekatnya tentang kondisi klien Rasional : Suatu informasi yang akurat memberikan pengetahuan tentang adanya kemajuan situasi sehingga memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan kecemasan e. Kolaborasi dalam pemberian abat obat antibiotic Rasional : Memungkinkan penurunan jumlah organisme terutama pada infeksi yang telah ada sebelumnya 4. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, nyeri Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Kaji tingkat cemas. Rasional : untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkat ansietas klien dan memudahkan tindakan selanjutnya. b. Beri penyuluhan tentang penyakit klien. Rasional : dengan penyuluhan maka klien akan lebih paham dengan penyakitnya serta mengurangi kecemasan klien. c. Beri penyuluhan tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Rasional : penyuluhan awal sebelum pembedahan akan menurunkan tingkat kecemasan klien. d. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu berada disamping klien. Rasional : keluarga sangat dibutuhkan sebagai penyemangat klien dalam menghadapi pembedahan. e. Beri aktivitas hiburan atau bahan bacaan yang menyenangkan. Rasional : untuk mengalihkan pasien dari kecemasan. f. Ingatkan klien untuk selalu berdoa pada Tuhan sesuai dengan agamanya.

Rasional : dengan berdoa maka klien lebih kuat dalam menghadapi pembedahan. g. Jika dibutuhkan, kolaborasi untuk pemberian obat penenang. Rasional : untuk membantu klien dalam tidur dan istirahat. 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya mual,muntah dan pembatasan makanan. Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Kaji tingkat kebutuhan nutrisi klien Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya. b. Beri makanan kesukaan klien. Rasional : memberikan makanan yang disukai klien akan mengundang selera makan klien. c. Beri makan porsi kecil tapi sering secara bertahap. Rasional : membantu klien untuk makan secara perlahan lahan sehingga klien tidak mengalami muntah d. Jangan beri makan yang merangsang asam lambung. Rasional : makanan yang merangsang asam lambung akan mengakibatkan mual dan muntah pada klien. e. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi. Rasional : agar klien lebih meningkatkan asupan nutrisinya f. Kolaborasi tim kesehatan lain tentang pemenuhan kebutuhan gizi klien Rasional : agar kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan baik. 6. Pembatasan aktivitas berhubungan dengan relokasi nyeri. Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas Rasional : untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalammelakukan aktivitas dan memudahkan dalam pemberian tindakan selanjutnya. b. Anjurkan kepada klien untuk menentukan sendiri posisi yang menyenangkan baginya. Rasional : memberikan kenyamanan bagi klien c. Anjurkan pada keluarga untuk selalu berada disamping klien dan membantu dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Rasional : agar klien tidak kesulitan dalam melakukan aktivitas karena selalu dibantu oleh keluarga.

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman. Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi. Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya : bantal dan guling. Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis. c. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru. Rasional : bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas dapat berkurang. d. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur yang serupa dan kebutuhan malam hari. Rasional : menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang burung hantu dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun. e. Dorong beberapa aktivitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktivitas beberapa jam sebelum tidur. Rasional : aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energy dan siap untuk tidur malam hari. f. Instruksikan tindakan relaksasi Rasional : membantu menginduksi tidur. g. Kurangi kebisingan dan lampu Rasional : memberikan situasi kondusif untuk tidur h. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur bila mungkin Rasional : pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi i. Kolaborasi dalam pemberian obat sedate, hipnotik sesuai indikasi Rasional : mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru. 8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, atau kurangnya informasi. Intervensi keperawatan dan rasionalisasi : a. Kaji pembatasan aktivitas pasien Rasional : Memberi informasi pada klien untuk merencanakan kembali rutinitas tanpa menimbulkan masalah. b. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat

Rasional : Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan mepermudah aktifitas normal c. Diskusikan mengenai perawatan dengan pasien dan keluarga. Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan d) Evaluasi 1. Mengalami peredaan nyeri Melaporkan berkurangnya nyeri Tidak mengalami nyeri tekan ditempat terjadinya infeksi Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak 2. Defisit volume cairan tidak terjadi turgor kulit baik, kelembaban membran mukosa baik, tanda tanda vital stabil dan keluaran urine adekuat. 3. Tidak terjadi infeksi tidak dijumpainya tanda tanda infeksi inflamasi, drainase purulenta, eritema suhu badan normal angka leukosit dan laju endap darah kembali normal. 4. Ansietas berkurang Ekspresi wajah relaks Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang. 5. Kebutuhan nutrisi terpenuhi 6. Peningkatan toleransi terhadap aktivitas Menurunnya keluhan terhadap kelemahan Tidak terjadi kelelahan dalam melakukan aktivitas Berkurangnya nyeri 7. Pola tidur kembali normal Jumlah jam tidur tidak terganggu Insomnia berkurang Adanya kepuasan tidur

Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi 8. Pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya bertambah.

You might also like