You are on page 1of 14

LAPORA HASIL SGD AN L A ADOLENC CENT DIS SEASES BLOK 13 LBM 5 K M

Oleh Kelompok SG 3 : GD 1. Aulia Uswatun Niswah h 2. Ayu Fitria Kusumaning grum 3. Fania Mahardini awati S. 4. Febia Astia 5. Henny Eka Putri a 6. Lia Hikmat Sani tu Jayanti 7. Lira Wiet J 8. Mentari Nu Akbari urul arte 9. Nandya Ca Irene ekti 10. Nirmala ye hanes 11. Paulus Yoh 12. Risa Fatonalia (112100118) ) (112100119) ) (112100131) ) (112100132) ) (112100136) ) (112100144) ) ) (112100145) (112100150) ) ) (112100152) ) (112100155) ) (112100157) (112100161) )

FAKU ULTAS K KEDOKTE ERAN GIG GI UNIVE ERSITAS ISLAM S SULTAN A AGUNG S SEMARA ANG 2010

KETUA

: MENTARI NURUL AKBARI

SCRIBER : FANIA MAHARDINI UNIT BELAJAR 5 JUDUL : GIGIKU GOYANG DAN PATAH

SKENARIO Sharukh umur 20 tahun datang ke RSIGM memeriksakan gigi setelah mengalami kecelakaan saat bermain futsal, 30 menit yang lalu. Setelah dibersihkan gigi dan mukosa dari darah, terlihat gigi 11 yang goyang derajat 2 tetapi tidak ada patahan pada mahkotanya sedangkan pada gigi 21 terlihat sisa patahan gigi yang tertinggal mahkota mesial dan gigi 22 patah hanya sedikit pada incisal. Uji vitalitas pada gigi 11 dan 21 negatif sedangkan pada gigi 22 positif. Pemeriksaan radiograf terlihat pada gigi 11 terdapat fraktur horizontal dari mesial ke distal pada akar gigi, gigi 21 terlihat patahan melintang mesial-distal dari sisa mahkota sampai ke akar dan gigi 22 hanya terlihat fraktur pada incisal 1mm. Dokter Budi langsung memberikan perawatan pertama untuk gigi-gigi yang mengalami fraktur.

I.

PENDAHULUAN Trauma gigi merupakan masalah umum yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja.

Trauma yang disertai fraktur mahkota insisivus permanen merupakan sebuah pengalaman yang tragis bagi pasien muda. Trauma pada gigi anterior dapat mengakibatkan perubahan warna gigi dan posisi gigi, patah pada sebagian atau seluruh mahkota, atau lepasnya gigi dari soket yang akan mengganggu fungsi gigi anterior dan estetik. Bila mahkota atau akar patah / fraktur, pulpa dapat sembuh dan hidup terus, dapat segera mati atau dapat mengalami degenerasi progresif dan akhirnya mati. Faktor penyebab terjadinya fraktur pada gigi anterior dapat digolongkan sebagai penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung apabila gigi langsung terkena benda penyebab trauma, sedangkan penyebab tidak langsung misalnya, trauma pada mandibula yang mengakibatkan trauma pada gigi insisivus atas. Terjadinya fraktur pada gigi anterior ini juga didukung oleh faktor-faktor predisposisi sebagai faktor internal seperti susunan

gigi yang protrusif dan dan penutupan gigi yang tidak baik. Faktor eksternal seperti jatuh, berkelahi, aktivitas olahraga dan kecelakaan lalu lintas. Perawatan fraktur mahkota gigi anterior tergantung pada derajat dan jenis keterlibatan pulpa, apakah pulpa terbuka atau tidak. Perawatannya dapat dilakukan dengan penghaluasan tepi enamel yang tajam, kasar, dan bergerigi, penambalan/restorasi dan perawatan pulpa seperti pulp capping, pulpotomi, pupektomi serta bila gigi tidak dapat dipertahankan dilakukan pencabutan. II. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan skenario pada LBM 5 ini, kami mendapat beberapa masalah yang timbul dan setelah berdiskusi bersama dengan semua anggota kelompok SGD, kami setuju bahwa rumusan masalah dari skenario tersebut yaitu mengenai Fraktur Gigi. Kemudian semua anggota SGD kami menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah sesuai pada skenario di atas. Pertanyaan-pertanyaan yang akan di diskusikan bersama adalah sebagai berikut : 1. Definisi fraktur gigi ? 2. Klasifikasi ? 3. Etiologi ? 4. Pemeriksaan dalam menegakkan diagnosis? 5. Gejala ? 6. Gambaran klinis ? 7. Faktor predisposisi ? 8. Mengapa pada gigi 11 non vital padahal gigi tersebut tidak ada patahan pada mahkotanya dan goyang derajat 2? 9. Mengapa pada gigi 21 non vital? 10. Diagnosis dari masing-masing gigi? 11. Mengapa gigi 22 masih vital padahal terkena trauma? 12. Perawatan pada masing-masing diagnosis fraktur gigi? 13. Mengapa trauma baru 30 menit gigi bisa non vital? 14. Mengapa pada gigi 11, 21, 22 sama-sama terkena trauma namun letak dari fraktur berbeda? 15. Pada awalnya fraktur gigi biasanya (-) tapi 6-8 minggu bisa vital lagi karena pulpa pingsan

III.

DASAR TEORI DAN PEMBAHASAN Fraktur dental atau patah gigi adalah hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi

Definisi Fraktur Gigi utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Klasifikasi Fraktur Gigi Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi anterior. Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis dan Davey (1970) dan klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology. Klasifikasi yang lazim digunakan untuk trauma gigi depan adalah yang diperkenalkan oleh Ellis dan Davey, terdiri dari sembilan kelas. Kelas I sampai kelas VIII untuk gigi depan tetap dan kelas IX untuk gigi depan sulung yang juga terdiri dari delapan kelas, sama seperti halnya pada gigi tetap. Klasifikasi ini sangat sederhana sehingga mudah untuk menegakkan diagnosa dan perawatan. Klasifikasi menurut Roberts sama dengan yang diperkenalkan Ellis, tetapi untuk membedakan antara gigi sulung dan gigi tetap, digunakan istilah kelas I tetap, kelas II dan seterusnya. Sedangkan untuk gigi sulung, digunakan kelas I sulung dan seterusnya. Hargreaves dan Craig memperkenalkan klasifikasi hanya untuk fraktur mahkota gigi sulung, yaitu kelas I, II, III dan IV. Klasifikasi tersebut hampir sama dengan klasifikasi Ellis. Perbedaannya terletak pada kelas IV yaitu fraktur akar disertai atau tanpa mahkota gigi sulung

Klasifikasi Ellis & Davey Kelas I Fraktur yang sederhana dari mahkota gigi dengan terbukanya sedikit atau tidak sama sekali bagian dentin dari mahkota (hanya mengenai bagian enamel) Fraktur yang terjadi pada mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang Kelas II luas, tetapi belum mengenai pulpa (hanya mengenai bagian dentin) Fraktur pada mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang luas, sudah Kelas III mengenai pulpa (dentin dan pulpa terkena) Trauma pada gigi yang mengakibatkan gigi menjadi non vital disertai Kelas IV Kelas V Kelas VI dengan ataupun tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi Trauma pada gigi yang menyebabkan hilangnya gigi, yang disebut dengan avulse Fraktur pada akar disertai dengan ataupun tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi Trauma yang menyebabkan berpindahnya gigi (intrusi, ekstrusi, labial, Kelas VII palatal, bukal, distal, mesial, rotasi) tanpa disertai oleh adanya fraktur mahkota atau akar gigi Trauma yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar pada gigi (total Kelas VIII Kelas IX distruction) tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar gigi tidak mengalami perubahan Semua kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan, definisi untuk gigi sulung sama dengan untuk gigi tetap

Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut yaitu sebagai berikut : I. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa 1. Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal. 2. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja. 3. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa. 4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture), yaitu fraktur yang mengenai email, dentin, dan pulpa. II. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar 1. Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang kompleks (complicated crown-root fracture) dan fraktur mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture). 2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa melibatkan lapisan email. 3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket. 4. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi. 5. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi.

III. Kerusakan pada jaringan periodontal 1. Concusion, yaitu trauma yang mengenai j aringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi. 2. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi. 3. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang. 4. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal 5. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek. 6. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket. IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut 1. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel. 2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa. 3. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet. Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan beberapa kelainan pada gigi tetap, antara lain hipoplasia email, hipokalsifikasi, dan dilaserasi. Beberapa reaksi yang terjadi pada jaringan pulpa setelah gigi mengalami trauma adalah hiperemi pulpa, diskolorisasi, resorpsi internal, resorpsi eksternal, metamorfosis kalsifikasi pulpa gigi, dan nekrosis pulpa.

Etiologi Fraktur Gigi Faktor penyebab terjadinya fraktur pada gigi anterior dapat digolongkan sebagai penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Langsung Apabila gigi langsung terkena benda penyebab trauma. Tidak langsung Misalnya, trauma pada mandibula yang mengakibatkan trauma pada gigi insisivus atas.

Pemeriksaan dalam Menegakkan Diagnosis Pemeriksaan subyektif : Anamnesis Visual : melihat keadaan gigi geligi dan jaringan penyangga, tulang muka serta bibir dan jaringan lunak Vitalitas : pada awalnya fraktur gigi biasanya (-) namun 6-8 minggu bisa vital lagi karena pulpa pingsan Mobilitas Perkusi : melihat adanya kerusakan periradikuler atau penyangga gigi Palpasi : meraba tulang wajah Transilumination : menggunakan sinar fiber optic sebagai sumber cahaya (aulia) Pemeriksaan penunjang : Radiograf Pewarnaan : melihat adanya perluasan fraktur gigi dan terbukanya gigi, menggunakan 3 cara : iodine dan metylen blue utk melihat garis fraktur (lira), Tes menggigit : penderita menggigit (asti) Tergantung pada frakturnya, jika sudah mencapai dentin bisa sensitif, sensitive terhadap perubahan temperature, terhadap rasa, seperti rasa manis dan asam Tergantung umur pasien Pemeriksaan obyektif :

Gejala Fraktur Gigi

Gambaran Klinis

Terjadinya malposisi Nyeri tajam dan cepat Rasa sakit tajam saat mengunyah dan oklusi Terjadi perubahan warna gigi

Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang. Concusion, yaitu trauma yang mengenai j aringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket. Terlihat adanya garis fraktur Garis retaknya mengikuti alur lingual dan bukal Bila tekanan besar fraktur menjalar dari arah servikal ke oklusal Terjadi diskolorisasi Fraktur mahkota gigi umumnya diagonal, melibatkan sudut gigi biasanya yg mesial Fraktur akar gigi biasanya horizontal, meskipun ada yang diagonal dan vertical

Faktor Predisposisi Anatomi gigi Pada bibir atas dan bawah kurang menutup sempurna, pada maloklusi klas II divisi I (lebih rentan terjadi fraktur) Overjet lebih dari 6 mm Hipoplasia email Anak yang menderita Cerebral palsi Anak yang memiliki kebiasaan menghisap ibu jari Penderita epilepsy Pada laki-laki beresiko lebih rentan dari perempuan

Mengapa pada gigi 11 non vital padahal gigi tersebut tidak ada patahan pada mahkotanya dan goyang derajat 2? Nonvital karena benturan trauma sangat keras menyebabkan saraf menjadi paralisis dan pembuluh darah sobek Trauma melibatakan gigi dan jaringan periodontal, terdapat pembuluh darah dan saraf , saraf sensorik mengalami kerusakan, pasokan darahnya terhenti akibatnya tidak mendapat nutrisi dan oksigen Hantaman karena trauma berat menyebabkan jaringan periodontium menjadi parah, dan mengahasilkan suatu foramen apikal yang terbuka dan menjadi lebar (pada gigi sulung) Goyang derajat 2 disebabkan fraktur akar horizontal Nonvital karena benturan trauma sangat keras menyebabkan saraf menjadi paralisis dan pembuluh darah sobek Trauma melibatakan gigi dan jaringan periodontal, terdapat pembuluh darah dan saraf , saraf sensorik mengalami kerusakan, pasokan darahnya terhenti akibatnya tidak mendapat nutrisi dan oksigen Hantaman karena trauma berat menyebabkan jaringan periodontium menjadi parah, dan mengahasilkan suatu foramen apikal yang terbuka dan menjadi lebar (pada gigi sulung)

Mengapa pada gigi 21 non vital?

Adanya trauma

terjadi obstruksi pembuluh darah ischemia infark

pembuluh darah rusak edema pulpa menurunnya respon pulpa

dilatasi pembuluh darah kapiler menurunnya sirkulasi kolateral Diagnosis dari masing-masing gigi?

degenerasi kapiler

Gigi 22 : Fraktur kelas I Ellis, fraktur yang sederhana dari mahkota gigi dengan terbukanya sedikit atau tidak sama sekali bagian dentin dari mahkota (hanya mengenai bagian enamel)

Gigi 21 : Fraktur kelas IV Ellis, trauma pada gigi yang mengakibatkan gigi menjadi non vital disertai dengan ataupun tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi

Gigi 11 : Fraktur kelas VI Ellis, fraktur pada akar disertai dengan ataupun tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi

Mengapa gigi 22 masih vital padahal terkena trauma? Trauma baru mengenai incisal 1 mm, baru pada permukaan email Trauma tidak terlalu berat sehingga tidak melibatkan jaringan periosteum Pada gigi 22 dilakukan penumpatan dengan resin komposit Pada gigi 21 dibuatkan splinting gigi untuk menstabilkan gigi yang terkena trauma dan menyembuhkan jaringan periodontalnya, dilakukan pulpektomi kemudian restorasi Pada gigi 11 dibuatkan splinting untuk mengistirahatkan gigi, jika fraktur semakin mendekati mahkota maka prognosisnya makin baik, bila prognosisnya buruk akan dilakukan pencabutan Mengapa trauma baru 30 menit gigi bisa non vital? Nonvital karena benturan trauma sangat keras menyebabkan saraf menjadi paralisis dan pembuluh darah sobek Trauma melibatakan gigi dan jaringan periodontal, terdapat pembuluh darah dan saraf , saraf sensorik mengalami kerusakan, pasokan darahnya terhenti akibatnya tidak mendapat nutrisi dan oksigen

Perawatan pada masing-masing diagnosis fraktur gigi?

Hantaman karena trauma berat menyebabkan jaringan periodontium menjadi parah, dan mengahasilkan suatu foramen apikal yang terbuka dan menjadi lebar (pada gigi sulung)

Adanya trauma

terjadi obstruksi pembuluh darah ischemia infark

pembuluh darah rusak edema pulpa menurunnya respon pulpa

dilatasi pembuluh darah kapiler menurunnya sirkulasi kolateral Arah posisi traumanya berbeda Besar/kekuatan hantaman Anatomi/posisi gigi

degenerasi kapiler

Mengapa pada gigi 11, 21, 22 sama-sama terkena trauma namun letak dari fraktur berbeda?

Pada awalnya fraktur gigi biasanya (-) tapi 6-8 minggu bisa vital lagi karena pulpa pingsan Pulpa pingsan : saraf terkena injuri menyebabkan paralisis pada saraf dan pembuluh darah sobek

IV.

KESIMPULAN Fraktur gigi adalah kerusakan jaringan keras atau lepasnya fragmen dari gigi yang

disebabkan karena trauma mekanis maupun non mekanis. Dengan Gejala :Rasa nyeri, sakit tajam pada saat mengunyah dan oklusi, terjadi hipersensitive( bila dentin terbuka), fraktur diemail biasanya tidak sakit. Fraktur gigi merupakan kasus yang sering dijumpai pada saat praktek dokter gigi. Yang paling rentan adalah anak-anak usia 8-12 tahun. Anak laki-laki juga lebih banyak terkena fraktur gigi dari pada anak peremupuan karena aktivitas dan kebiasaan yang berbeda. Pravelensi fraktur gigi Trauma pada saat OlahRaga(6%), kecelakaan (6%), trauma karena kekerasan (abuse)(terjatuh dan terbentur20%)dan karena makan-makanan yg keras (30persen). Fraktur gigi dapat dicegah dengan tidak makan-makanan yang keras, periksa rutin ke drg, menghilangkan bad habbit, menggunakan protektor pada saat OR.

V.

CONCEPT MAPPING

TRAUMA PEMERIKSAAN GAMBARANKLINIS FRAKTURGIGI GIGI11 KELASVI PERAWATAN KELASIV KELASI GIGI21 GIGI22 KLASIFIKASI

DAFTAR PUSTAKA

Grossman, Louis i.d.k.k. Ilmu Endodontic dalam Praktek Edisi Ke sebelas. 1995. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. www.scribd.com www.usu.ac.id

You might also like