You are on page 1of 11

KELOMPOK 4 Tutorial Orthodonsia Skenario VII Dx = Maloklusi klas I Angle dgn berdesakan anterior disertai gigitan silang pd 11,12

& 41,42 dan prgeseran garis median RA ke kiri 2mm dan ke kanan 2mm Rencana perawatan = 1.Instruksi mengubah bad habit px (tdur miring k kanan) 2.Ekstraksi persistensi 3.koreksi berdesakan anterior, gigitan silang 11,12&41,42 dan pergeseran garis median 4.evaluasi 5.retensi

Gigi 53 terdapat karies media, dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin di diagnosa sebagai pulpitis reversibel pada gigi 53.

Pulpitis reversibel didefinisikan sebagai keradangan pulpa yang ringan sampai sedang yang disebabkan oleh rangsangan dan pulpa dapat normal kembali bila rangsangan dihilangkan, dengan gejala rasa sakit tajam tetapi sebentar, dan bila diperiksa rangsangan dingin > terasa dari pada panas

Gigi 63 karies superficial dengan kedalaman karies baru mengenai email saja (sampai dentin enamel junction), sedangkan dentin belum terkena di diagnosa pulpitis reversibel pada gigi 63.

Gigi 51, 52, 61, 62 di diagnosa karies terhenti. Pada gigi tersebut lesinya sudah tidak berkembang lagi, dan sudah keras karena tubulus dentin yang buntu, biasanya berwarna coklat pada lesinya.

4.2 Rencana perawatan Rencana perawatan gigi 51, 52, 61, 62

Pada gigi 51, 52, 61, 62 terjadi karies terhenti, yaitu suatu keadaan ketika gigi sudah mengalami karies, namun lesi karies tersebut terhenti atau tidak berkembang. Hal ini bisa disebabkan karena faktor lingkungan. Terkadang apabila terdapat perubahan kondisi lingkungan yang sangat baik, dapat menyebabkan karies melambat bahkan terhenti akibat adanya peningkatan proses remineralisasi. Paling sering terjadi di bagian lingual atau labial gigi anterior rahang atas. Ciri utama dari lesi ini adalah warna yang coklat kehitaman serta keras.

Ada beberapa cara dalam melakukan perawatan pada gigi yang mengalami karies terhenti. Penerapan cara ini tergantung pada luas daerah gigi yang terkena. Namun, inti dari perawatan

karies terhenti adalah adanya proses grinding pulas.

Pada karies terhenti yang mengenai daerah superfisisal gigi (enamel) perawatan yang dilakukan adalah grinding pulas, dilanjutkan dengan aplikasi fluor topikal. Fluor yang digunakan biasanya adalah SnF 10%. Sedangkan apabila lesi karies mengenai hingga daerah media (dentin) maka dilakukan grinding pulas lalu dilanjutkan dengan restorasi plastis yaitu GI.

Perlu menjadi catatan, bahwa karies terhenti tidak bisa dihilangkan. Perawatan yang bisa dilakukan hanya dihaluskan (grinding) dan alikasi fluor topikal. Karies terhenti dapat mengalami reaktifasi, tergantung pada keseimbangan antara proses remineralisasi dan demineralisasi. Sehingga sangat perlu dilakukan aplikasi fluor topikal, karena fluor dapat meningkatkan proses remineralisasi.

Rencana Perawatan gigi 53 dan gigi 63

Dapat dilakukan :

@ restorasi tumpatan plastis dengan menggunakan ionomer kaca, karena ionomer kaca memiliki sifat kariogenik, dan daya lekat baik ( perlekatan yang kuat pada dentin dan enamel).

Keunggulan dari bahan restorasi glass ionomer antara lain:

1. Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi.

2. Bersifat adhesi.

3. Tidak iritatif.

4. Mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor untuk mencegah karies lebih lanjut.

5. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit.

6. Daya larut yang rendah.

7. Bersifat translusent atau tembus cahaya.

8. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan email.

9. Di samping itu, semen glass ionomer juga bersifat bikompabilitas, yaitu menunjukkan efek biologis yang baik terhadap struktur jaringan gigi dan pulpa. Kelebihan lain dari bahan ini yaitu semen glass ionomer mempunyai sifat anti bakteri, terutama terhadap koloni streptococcus mutant (Mount, 1995). Kelompok 1 Tutorial Konservasi skenario 1 kemungkinan diagnosa, yaitu pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa parsialis, dan nekrosis pulpa totalis, (tergantung dari hasil test miller) dan rongent. Rencana perawatan yang tepat pada pasien setelah didapatkan kemungkinan diagnosanya yaitu: 1. jika diagnosanya adalah pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa parsialis dapat dilakukan perawatan saluran akar berupa apeksogenesis karena gigi tersebut adalah gigi permanen muda yang foramen apikalnya masih terbuka dan masih memungkinkan perkembangan bagian apikalnya. 2. Jika diagnosa yang didapat nekrosis pulpa totalis maka rencana perawatannya adalah berupa apeksifikasi karena gigi tersebut adalah gigi permanen muda yang foramen apikalnya masih terbuka. Selanjutnya dilakukan penumpatan, penumpatan yang cocok dalam kasus ini adalah tumpatan rigid inlay karena kavitas melibatkan satu cups yaitu cups distal, dengan mempertimbangkan kekutan bahan yang digunakan, mengingat gigi yang karies merupakan gigi molar pertama yang memiliki beban kunyah yang besar. Pedodonsia skenario 3 Seorang anak perempuan, Amel 8 tahun, diantar ibunnya untuk memeriksakan giginya yang sakit. Pada gigi 74 sakit untuk makandan gusinya bengkak. Secara klinis tampak karies profunda perforasi, disertai abses periapikal. Oleh oleh dokter giginya Amel diberi resep

untuk meredakan sakitdan bengkaknya dulu, setelah 4-5 hari kembali control untuk dilakukan perawatan lebih lanjut pada gigi 74 Diagnosis: 1. Karies profunda perforasi 2. Nekrosis pulpa totalis 3. Abses periapikal Rencana perawatan : Abses periapikal dihilangkan terlebih dahulu dengan pemberian antibiotik minimal 3 hari untuk mencegah retensi bakteri. Lalu dilakukan drainase yang dapat dilakukan melalui salah satu dari 3 cara yaitu : open bur untuk mengeluarkan gas gangrene, insisi jika pus sudah berada pada permukaan jaringan, dan ekso untuk mengambil gigi sekaligus pusnya. Setelah dilakukan drainase, dilakukan pulpektomi untuk mencegah kekambuhan abses dan ditumpat dengan GI karena gigi yang dirawat masih gigi sulung. Skenario VII ( Penyakit mulut) Dx : Oral Candidiasis ( Kronis) --> Karena telah berupa plaq pada lidah dan pasien tidak mengeluhkan rasa sakit.

Rencana perawatan : 1. Menghilangkan faktor presdiposisi ( penggunaan antibiotik jangka panjang, kemoterapi, steroid, kortikosteroid, dsb) 2. Terapi obat oral/ sistemik : obat anti jamur yang disesuaikan dengan tipe candidiasis 3. Menjaga OH (agar flora normal tidak menjadi agen infeksius) --> sikat gigi --> pembersihan lidah (Mc Cullough 2005,Silverman 2001)

Skenario III ( Bedah Mulut) Dx : pericoronitis akut

--> akibat gigi impaksi sebagian tertutupi operculum yang terluka, dan mengakibatkan infeksi. Rencana perawatan : 1. Diirigasi terlebih dulu 2. Diberi antibiotik untuk mengatasi infeksi dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit sementara 3. Dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk melihat kondisi sistemiknya lebih lanjut 4. Dilakukan odontektomi dan drainase abses jika penyakit sistemiknya sudah normal atau teratasi. Diagnosa Skenario 5 Bedah Mulut Bapak Rusdi mengatakan bahwa gigi molar 2 bawah kanan pernah sakit sekali 2 bulan yang lalu kemudian 2 minggu yang lalu ditambalkan di tukang gigi dengan sekali datang. Kemungkinan prosedur yang dilakukan oleh tukang gigi dalam menumpat tidak tepat dan tidak adanya sterilisasi kavitas pada gigi yang karies sehingga menjadi fokal infeksi odontogen yang tersebar ke spasia- spasia di wajah. Gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tenggorokan dan leher disertai pembengkakan di daerah submandibular yang tampak hiperemis, drooling dan trismus. Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang sehingga menimbulkan sesak nafas (Fahruddin dalam Rahardjo, 2008). Dari gejala- gejala yang ada diatas serta didukung pemeriksaan obyektif dan subyektif, pasien didiagnosa menderita Ludwigs angina. Ludwigs angina ditandai dengan infeksi/ selulitis bilateral yang parah, yang mengenai regio servikal, sublingual, submandibular, disertai pergeseran posisi lidah dan kemungkinan tersumbatnya saluran pernapasan (Pedersen, 1996). Semua infeksi orofacial akut misalnya reaksi orofacial akut mempunyai potensi mematikan. Ancaman ini harus selalu dipikirkan pada waktu melakukan evaluasi dan perawatan pada pasien yang bersangkutan, khususnya pasien imunokompromi. Gejalagejala subjektif dan tanda-tanda objektif yang menggambarkan status keberadaan dan proses penyakit ditentukan dengan seksama dan dicatat dengan teliti. Semua tindakan perawatan masa lalu juga dicatat, karena catatan perawatan merupakan hal yang sangat penting apabila akan dilakukan rujukan (Pedersen, 1996). Rencana perawatan Setelah diagnosis Ludwigs angina ditegakkan, maka penanganan yang utama adalah menjamin jalan nafas yang stabil (Bailey dalam Rahardjo, 2008). Ludwigs angina merupakan kondisi yang sangat berbahaya dan pasien harus dirawat inap untuk mendapatkan terapi antibiotic intravena, prosedur bedah yang ekstensif untuk drainase dan pemantauan yang teratur. Keuntungan yang lain dari rawat inap adalah lebih mudah untuk melakukan pengambilan radiograf , pemeriksaan laboratorium dan berbagai tindakan konsultatif yang lain. Misalnya pemeriksaan CT bisa mengungkapkan adanya gas (emfisema pada jaringan lunak) dalam jaringan atau kantung-kantung nanah yang tidak terdeteksi sebelumnya. Karena dekatnya letak sarana laboratorium, maka dapat dilakukan pengiriman bahan untuk kultur (khususnya untuk pemeriksaan terhadap bakteri anaerob) dengan cepat misalnya, sampel jaringan dan darah. Penghitungan sel-sel darah lengkap (CBC), hemoglobin dan hematokrit, ESR, dan penentuan elektrolit serum (ini sangat kritis apabila pasien menerima terapi cairan intravena) yang sering atau dilakukan setiap hari, semuanya bisa dilakukan dengan mudah. Barangkalin keuntungan utama dari rawat inap adalah

tersedianya pelayanan rujukan, terutama untuk penyakit menular, terapi respiratorik, dan diabetik. Tempat yang paling baik untuk melakukan perawatan adalah rumah sakit (Pedersen, 1996). SKENARIO II ORTHO KELOMPOK VI Diagnosa dari Skenario Menurut skenario , diagnosanya yaitu Maloklusi Kelas I angle disertai dengan pergeseran garis median Rahang Atas ke kanan 1 mm, dengan gigi anterior rahang atas dan bawah berdesakan serta terjadi gigitan silang. Rencana Perawatan Kesehatan mulut. Sebelum memulai perawatan ortodontik harus diupayakan kesehatan mulut yang baik. Gigi-gigi yang karies perlu dirawat demikian juga adanya kalkulus dan penyakit periodontal harus dirawat. Bila didapatkan penyakit sistemik, misalnya diabetes mellitus kadar gula darah harus terkontrol (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Perencanaan perawatan rahang bawah. Perencanaan perawatan di rahang bawah terutama di region insisivi dilakukan lebih dahulu kemudian rencana perawatan rahang atas disesuaikan. Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang stabil, yaitu terletak pada daerah keseimbangan di antara lidah, bibir dan pipi. Perubahan letak insisivi yang berlebihan cenderung terjadi relaps (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Perencanaan perawatan rahang atas. Penyesuaian perawatan rahang atas terhadap rahang bawah dilakukan terutama untuk mendapatkan relasi kaninus klas I, hal ini mempengaruhi pertimbangan seberapa banyak tempat yang dibutuhkan dan banyaknya kaninus diretraksi (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Relasi gigi posterior. Hendaknya diupayakan mendapatkan relasi molar pertama permanen kelas I tetapi bila tidak memungkinkan relasi molar bisa juga kelas II atau kelas III (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Penjangkaran. Mavam penjangkaran yang digunakan perlu dipikirkan untuk mencegah terjadinya kehilangan penjangkaran (gigi penjangkar bergeser ke mesial) yang berlebihan, apakah penjangkaran cukup dari gigi-gigi yang ada ataukah perlu mendapat penjangkaran dari tempat yang lain misalnya dari penjangkaran ekstra oral (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Masa retensi. Perlu perencanaan masa retensi pada akhir perawatan untuk kasus yang dirawat ortodontik. Hampir semua kasus yang dirawat ortodontik membutuhkan masa retensi untuk mencegah relaps, yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan. Macam piranti retensi dan lama pemakaian piranti tersebut perlu dijelaskan kepada pasien sebelum dilakukan perawatan ortodontik. Untuk piranti retensi lepasan dibutuhkan kepatuhan pasien untuk memakai piranti retensinya (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Koreksi gigi berdesakan

Gigi berdesakan disebabkan ketidaksesuaian ukuran gigi dan lengkung geligi. Apakah gigi yang berdesakan bisa diterima atau perlu dilakukan perawatan untuk menghilangkan berdesakan perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

Derajat berdesakan yang bisa dinyatakan dalam ukuran milimeter setiap kuadran Keadaan gigi permanen lainnya Profil pasien

Untuk mengoreksi gigi berdesakan diperlukan tempat yang bisa didapat dari enamel stripping, ekspansi lengkung gigi, memproklinasikan insisive, distalasi molar, dan pencabutan gigi. Ada satu prosedur perawatan yang disebut pencabutan serial untuk mengoreksi letak gigi yang berdesakan sebagai perawatan awal untuk terapi komprehensif. Koreksi gigitan silang

Gigitan silang anterior yang disebabkan insisive atas retroklinasi dapat dirawat dengan mendorong insisive tersebut ke labial dengan peranti lepasan. Bila hanya satu atau dua gigi atas yang dalam posisi silang, dan insisive bawah tidak berdesakan perawatannya dapat menggunakan inclined bite plane yang disemen di rahang bawah. Gigitan silang anterior meskipun hanya melibatkan satu gigi sebaiknya dirawat karena tekanan insisive atas pada saat oklusi dapat menyebabkan dehiscence di labial insisiv bawah. Koreksi protusi Koreksi hipotonus bibir

Latihan untuk bibir hipotonus 1. Srong dan Thomson Gigi RA dan RB oklusi sentris dan bibir ditiup tanpa tekanan. Kemudian kedua sudut mulut ditarik kesamping dan kedua telunjuk sampai hitungan ke sepuluh. Latihan dilakukan bertahap dan berulang. Awalnya 1 menit 3 kali sehari satu minggu. Kemudian setelah seminggu, 3 menit 2 kali sehari. 1. Tarik bibir atas dengan kekuatan otot sampai menutup insisive RA dan tekan pada mahkotanya sampai hitungan ke-20. Pegang bibir bawah agar tidak menekan gigi RB. Lalu istirahat dan selanjutnya kekuatan kontraksi dan waktu latihan harus diperpanjang / hari. 2. Kumur dengan air hangat 3. Memainkan alat musik tiup Evaluasi Retensi

Perlu perencanaan masa retensi pada akhir perawatan untuk kasus yang dirawat ortodontik. Hampir semua kasus yang dirawat ortodontik membutuhkan masa retensi untuk mencegah relaps, yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan. Macam piranti retensi dan lama pemakaian piranti tersebut perlu dijelaskan kepada pasien sebelum

dilakukan perawatan ortodontik. Untuk piranti retensi lepasan dibutuhkan kepatuhan pasien untuk memakai piranti retensinya . Amiliyah Rizqi SKENARIO II ORTHO KELOMPOK VI Diagnosa dari Skenario Menurut skenario , diagnosanya yaitu Maloklusi Kelas I angle disertai dengan pergeseran garis median Rahang Atas ke kanan 1 mm, dengan gigi anterior rahang atas dan bawah berdesakan serta terjadi gigitan silang. Rencana Perawatan Kesehatan mulut. Sebelum memulai perawatan ortodontik harus diupayakan kesehatan mulut yang baik. Gigi-gigi yang karies perlu dirawat demikian juga adanya kalkulus dan penyakit periodontal harus dirawat. Bila didapatkan penyakit sistemik, misalnya diabetes mellitus kadar gula darah harus terkontrol (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Perencanaan perawatan rahang bawah. Perencanaan perawatan di rahang bawah terutama di region insisivi dilakukan lebih dahulu kemudian rencana perawatan rahang atas disesuaikan. Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang stabil, yaitu terletak pada daerah keseimbangan di antara lidah, bibir dan pipi. Perubahan letak insisivi yang berlebihan cenderung terjadi relaps (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Perencanaan perawatan rahang atas. Penyesuaian perawatan rahang atas terhadap rahang bawah dilakukan terutama untuk mendapatkan relasi kaninus klas I, hal ini mempengaruhi pertimbangan seberapa banyak tempat yang dibutuhkan dan banyaknya kaninus diretraksi (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Relasi gigi posterior. Hendaknya diupayakan mendapatkan relasi molar pertama permanen kelas I tetapi bila tidak memungkinkan relasi molar bisa juga kelas II atau kelas III (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Penjangkaran. Mavam penjangkaran yang digunakan perlu dipikirkan untuk mencegah terjadinya kehilangan penjangkaran (gigi penjangkar bergeser ke mesial) yang berlebihan, apakah penjangkaran cukup dari gigi-gigi yang ada ataukah perlu mendapat penjangkaran dari tempat yang lain misalnya dari penjangkaran ekstra oral (Rahardjo, Pambudi. 2009.). Masa retensi. Perlu perencanaan masa retensi pada akhir perawatan untuk kasus yang dirawat ortodontik. Hampir semua kasus yang dirawat ortodontik membutuhkan masa retensi untuk mencegah relaps, yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan. Macam piranti retensi dan lama pemakaian piranti tersebut perlu dijelaskan kepada pasien sebelum dilakukan perawatan ortodontik. Untuk piranti retensi lepasan dibutuhkan kepatuhan pasien untuk memakai piranti retensinya (Rahardjo, Pambudi. 2009.). - Koreksi gigi berdesakan Gigi berdesakan disebabkan ketidaksesuaian ukuran gigi dan lengkung geligi. Apakah gigi yang berdesakan bisa diterima atau perlu dilakukan perawatan untuk menghilangkan berdesakan perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: Derajat berdesakan yang bisa dinyatakan dalam ukuran milimeter setiap kuadran Keadaan gigi permanen lainnya Profil pasien Untuk mengoreksi gigi berdesakan diperlukan tempat yang bisa didapat dari enamel stripping, ekspansi lengkung gigi, memproklinasikan insisive, distalasi molar, dan pencabutan gigi. Ada satu prosedur perawatan yang disebut pencabutan serial untuk mengoreksi letak gigi yang berdesakan sebagai perawatan awal untuk terapi

komprehensif. - Koreksi gigitan silang Gigitan silang anterior yang disebabkan insisive atas retroklinasi dapat dirawat dengan mendorong insisive tersebut ke labial dengan peranti lepasan. Bila hanya satu atau dua gigi atas yang dalam posisi silang, dan insisive bawah tidak berdesakan perawatannya dapat menggunakan inclined bite plane yang disemen di rahang bawah. Gigitan silang anterior meskipun hanya melibatkan satu gigi sebaiknya dirawat karena tekanan insisive atas pada saat oklusi dapat menyebabkan dehiscence di labial insisiv bawah. - Koreksi protusi - Koreksi hipotonus bibir Latihan untuk bibir hipotonus a. Srong dan Thomson Gigi RA dan RB oklusi sentris dan bibir ditiup tanpa tekanan. Kemudian kedua sudut mulut ditarik kesamping dan kedua telunjuk sampai hitungan ke sepuluh. Latihan dilakukan bertahap dan berulang. Awalnya 1 menit 3 kali sehari satu minggu. Kemudian setelah seminggu, 3 menit 2 kali sehari. b. Tarik bibir atas dengan kekuatan otot sampai menutup insisive RA dan tekan pada mahkotanya sampai hitungan ke-20. Pegang bibir bawah agar tidak menekan gigi RB. Lalu istirahat dan selanjutnya kekuatan kontraksi dan waktu latihan harus diperpanjang / hari. c. Kumur dengan air hangat d. Memainkan alat musik tiup - Evaluasi - Retensi Perlu perencanaan masa retensi pada akhir perawatan untuk kasus yang dirawat ortodontik. Hampir semua kasus yang dirawat ortodontik membutuhkan masa retensi untuk mencegah relaps, yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan. Macam piranti retensi dan lama pemakaian piranti tersebut perlu dijelaskan kepada pasien sebelum dilakukan perawatan ortodontik. Untuk piranti retensi lepasan dibutuhkan kepatuhan pasien untuk memakai piranti retensinya .

You might also like