You are on page 1of 21

KOROSI

DISIAPKAN OLEH :

MI & QA TEAM
Bambang Haryono

UNOCAL INDONESIA COMPANY


SANTAN TERMINAL

KATA PENGANTAR

Tulisan yang berjudul korosi ini kami susun berdasarkan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : 1. Material yang digunakan pada industri MIGAS adalah bahan logam. 2. Umur peralatan yang sudah semakin tua dan banyak terserang korosi baik eksternal maupun internal dimana umur perlindungannyapun harus diperhitungkan. 3. Laju penanggulangan korosi belum berimbang dengan laju korosi. 4. Dan lain sebagainya. Oleh karena itu masalah korosi ini kami anggap perlu untuk disebar-luaskan ke shop atau ke unit-unit processing dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dan penyegaran kembali. Peralatan dari material logam tidak selamanya kuat atau dapat diandalkan tanpa adanya perawatan yang baik dan effektif. Hal ini memang tergantung sekali kepada kita sebagai pemiliknya. Musuh logam yang paling extreem adalah proses korosi, karena korosi itu tidak bisa dimusnahkan, tetapi hanya dapat dikendalikan. Proses korosi itu akan terjadi pada semua permukaan logam yang tidak dilindungi. Oleh karena itu dengan tulisan yang sederhana ini, akan dapat mengingatkan kita kembali pada masalah yang bisa dikatakan rawan ini. Kami berharap kepada semua pihak untuk peduli terhadap masalah korosi, seyogyanya masalah ini bisa dikendalikan secara efektif, sehingga semua peralatan kita bisa beroperasi dengan normal sesuai dengan rencana yang terarah. Lebih dari itu, agar problem korosi ini tidak sampai merugikan kita, baik ditinjau dari segi keselamatan kerja, material, waktu dan faktor kesulitan. Tulisan ini kami susun secara garis besarnya saja, sehingga mudah dipahami dan apabila terdapat kekurangan didalamnya, kami mohon saran konstruktif demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca yang memerlukannya.

Santan Terminal, 31 Desember 1998

DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1. Kerugian-Kerugian yang ditimbulkan akibat Proses Korosi. 1.2. Proses Korosi JENIS-JENIS PROSES KOROSI II.1.1.1.1.1.1.1. PENCEGAH AN / PENGENDALIAN KOROSI DAN PEMANTAUANNY A DILAPANGAN 3.1. Pencegahan/Pengendalian Korosi 3.2. Pemantauan Korosi

II.

III. IV.

HUBUNGAN KOROSI DENGAN SAFETY PENUTUP IV.1. Kesimpulan IV.2. Saran

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG Istilah korosi (karat/tagar) sudah dikenal manusia sejak manusia dapat membuat logam dari bijihnya (ore) pada beberapa abad silam. Selanjutnya pengetahuan tentang korosi ini muncul, setelah pada waktu itu mengetahui bahwa peralatannya menjadi rusak secara alami yang sampai pada jangka waktu tertentu tidak dapat dipakai lagi sebagaimana mestinya, bahkan jika sampai rusak berat akan membahayakan dan mencelakakannya. Hal ini disebabkan karena mereka belum mengetahui apakah korosi itu dan bagaimana cara penanggulangannya. Seiring dengan perjalanan waktu, peradaban manusiapun semakin maju dan mulai dikenal pengetahuan tentang korosi, yang sekarang berkembang dengan pesat. Ilmu korosi sangat penting diketahui karena sangat erat kaitannya dengan : Keselamatan manusia, Pencemaran Lingkungan, Kerugian produksi dan Kerugian ekonomi (material, tenaga kerja, waktu dan faktor kesulitan). Berdasarkan dengan kemajuan teknologi, maka sekarang masalah korosi sudah bisa dikurangi dengan jalan mengetahui prinsip terjadinya proses korosi (corrosion mechanism) sehingga dapat diaplikasikannya metode pencegahan korosi yang efektif dan ekonomis. Misalnya system perlindungan logam terhadap pengaruh lingkungan, pemantauan, perhitungan kemampuan bahan, dan system pemeliharaan secara berkala, maka peralatan dari logam tersebut bisa dipertahankan umurnya sampai puluhan tahun. Mengingat peralatan di industri MIGAS tempat kita berkerja hampir semua terbuat dari logam, maka pengetahuan tentang korosi ini menjadi penting dan semakin dikembangkan. Kita yang berkecimpung di dalamnya, yaitu menangani pekerjaan minyak dan gas bumi, yang dialirkan melalui sarana perpipaan yang berkelok-kelok dengan tekanan dari rendah sampai tinggi dengan pengaruh lingkungan yang bervariasi, maka kita harus sadar akan bahaya yang timbul akibat proses korosi. Menurut estimasi (Oil Field Corrosion Detection and Control Handbook), 80% kegagalan dikarenakan oleh faktor korosi. Sedapat mungkin angka itu bisa kita tekan sampai jauh di bawah ambang ekonomis. Kita

tidak boleh hanya mengejar produksinya saja, tanpa memperhatikan faktor kondisi peralatan yang seharusnya terawat dengan baik, bila tidak, proses korosi akan aktif. Maka pencegahan terhadap terjadinya proses korosi sangatlah penting agar kita bisa menjalankan tugas pekerjaan sehari-hari dengan aman dan selamat tanpa adanya kerugian baik keselamatan manusia, pencemaran lingkungan, produksi ataupun kerugian ekonomi. 1 1.2. KERUGIAN-KERUGIAN YANG DIAKIBATKAN OLEH PROSES KOROSI Tanpa adanya logam dan penggunaan barang-barang yang terbuat dari logam, praktis pola kehidupan manusia baik secara individu maupun dalam kelompok masyarakat tidak akan berkembang secepat seperti yang telah terjadi selama ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa logam memiliki peranan yang sedemikian pentingnya bagi proses kehidupan kita. Namun disisi lain muncul musuh logam yang amat ditakuti yaitu proses korosi, yang secara alamiah akan menurunkan kualitas dan fungsi logam tersebut sehingga pada akhirnya akan menimbulkan suatu kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang nilainya sangat besar sekali. Yang dimaksudkan dengan kerugian langsung adalah sbb. : a. Keselamatan manusia di lingkungan tempat kejadian, b. Pencemaran lingkungan akibat dari kejadian yang tak terkendali c. Besarnya kerugian dinyatakan dalam bentuk biaya perbaikan atau penggantian peralatan yang rusak karena korosi. Sedangkan yang dimaksudkan dengan kerugian tidak langsung merupakan besarnya kerugian dalam bentuk biaya yang secara tidak langsung timbul sebagai rangkaian konsekuensi dari terjadinya kerusakan peralatan karena proses korosi. Contohnya antara lain sbb.: a. b. c. d. e. f. g. h. Terhentinya unit produksi dan kehilangan produksi Penurunan kualitas produk Penurunan efisiensi Penurunan keamanan dan kehandalan Perencanaan yang berlebihan Tingginya bahan bakar dan energi Naiknya biaya produksi Pemborosan sumber daya alam

1.3. PROSES KOROSI Proses Korosi adalah proses alami, yaitu perubahan dari bentuk logam yang labil ke bentuk ikatan kimia yang lebih stabil sebagai akibat dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Bisa juga didefinisikan bahwa korosi adalah penurunan kwalitas logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Yang perlu diketahui bahwa proses korosi adalah merupakan proses alami, maka proses tersebut tidak bisa dihindari keberadaannya, tetapi dapat dikendalikan dengan perencanaan-perencanaan yang baik. Walaupun berlangsungnya proses korosi itu relatif lambat, tetapi terjadinya pada areal permukaan yang sangat luas yaitu pada semua permukaan logam yang tidak cukup perlindungannya. Proses korosi akan berlangsung apabila ada 4 faktor, yaitu : 1. Katoda 2. Anoda 3. Penghantar aliran listrik antara anoda dan katoda 4. Elektrolyte (air, air laut, tanah, udara lembab dsb) bisa juga disebut dengan lingkungan. Agar tidak terjadi korosi, maka salah satu faktor tersebut harus dihilangkan. Misalnya : Pipa harus dicat sesuai dengan prosedur yang disaratkan, maka pipa tersebut bisa bertahan lama. Dalam hal ini cat berfungsi memisahkan pipa dengan lingkungannya. Korosi Kimia dan Elektrokimia Proses-proses korosi dalam ekspresi pengertian yang luas, pada umumnya bersifat elektrokimia, karena prosesnya melibatkan reaksi oksidasi. M Mn+ + n e-

Namun demikian di dalam kenyatannya, proses korosi tersebut secara jelas dapat dibedakan menjadi : Korosi elektrokimia dan Korosi kimia. Korosi elektrokimia berlangsung melalui adanya reaksi elektroda dan pada umumnya jika logam berada di dalam lingkungan yang lembab/basah. Diantaranya yang termasuk adalah korosi pada larutan aquatik, korosi atmospheric dibawah pengaruh lapisan lembab di permukaan serta korosi di dalam tanah yang lembab. Korosi Kimia terjadi dibawah pengaruh gas-gas yang kering (dry gasses) atau cairan organik bebas air. Contohnya antara lain adalah proses oksidasi logam pada temperatur tinggi. Bagian terbesar dari proses-proses korosi adalah jenis korosi elekrokimia, dimana prosesnya terjadi melalui aktivitas dari sel galvanik atau yang dikenal dengan istilah sel korosi.

3 Mekanisme elektrokhemical proses korosi. Di dalam air atau tanah pada sebuah sel korosi, reaksi korosi yang terjadi pada anoda disebut reaksi oksidasi atau kehilangan elektron. Contoh reaksinya adalah sbb.: Fe Atom besi Fe ++ Ion besi +
2 e Elektron

Elektron ini harus bisa digunakan kembali sedangkan ion besi harus bisa melepaskan diri dari atomnya sehingga dapat terbentuk ion besi baru. Elektron yang dilepaskan dari atom besi tadi (anoda) digunakan oleh katoda. Pemakaian elektron oleh katoda ini disebut dengan reaksi reduksi. Bila terdapat oksigen di dalam elektrolit, maka reaksinya sbb.: O2 Oxygen + 2 H2O Air +
4 e Elektron 4 OH ion hidroksida

Bila tidak terdapat oksigen di dalam elektrolit, maka reaksinya sbb.:

2H+ Ion Hidrogen

+ 2e Elektron

H2 Atom Hidrogen

Ion Oksigen dan hidrogen terdapat di dalam air, dan inilah yang disebut dengan koroden. Banyaknya ion besi sebagai hasil dari reaksi oksidasi tersebut per satuan waktu dan per satuan luas dapat diukur dengan alat khusus (corrosometer) yang hasilnya disebut dengan laju korosi/kecepatan korosi dengan satuannya mpy (mils per year). Di dalam proses pembuatan logam pada dapur peleburan logam (dapur tinggi/blast furnace), pada dasarnya terjadi transformasi logam dari keadaan yang stabil (saat masih berbentuk bijih logam) menjadi tidak stabil setelah berbentuk logam. Oleh sebab itu hampir sebagian besar logam yang berada pada lingkungan atmosphere akan selalu menghadapi gaya penggerak yang berusaha untuk mengembalikannya ke kondisi yang stabil tersebut. Dengan perkataan lain, logam pada kondisi tertentu akan secara spontan bereaksi dengan lingkungan dan dikonversikan menjadi bentuk lain, dimana reaksi yang terjadi akan disertai dengan pelepasan energi. Agar reaksi berlangsung secara spontan kearah tertentu, maka energi dari reaktan harus lebih besar dari energi produknya atau ada energi yang dibebaskan. A + B Reaktan Bila G R > G P C + D Produk maka akan terjadi reaksi spontan

Dengan demikian apabila reaksi konversi tersebut masih membutuhkan catu energi, maka ini berarti bahwa konversi tidak dapat terjadi secara spontan dan tidak akan muncul gaya penggerak termodinamik untuk reaksi tersebut. Dalam kondisi ini suatu logam dikatakan berada pada keadaan yang secara termodinamis : stabil. Pada gambar di atas nampak bahwa logam besi (atom Fe) dapat di ekstraksi dari bijih besi (iron ore) yakni haematite (Fe2O3) dengan mereaksikan dengan karbon (C). 2 Fe2O3 + 3C Oksida besi Atom Karbon 4 Fe + 3 CO2 Atom Besi Karbon dioksida

Dari gambaran di atas juga nampak bahwa oksida memiliki stabilitas yang lebih baik bila dibandingkan dengan logam murninya sendiri, dimana logam secara

spontan akan berubah kembali menjadi oksida yang berupa karat berwarna merah kecoklatan apabila ter-ekspose ke udara bebas. 4 Fe + Atom besi 2 H2O Air + 3 O2 Oksigen 2 Fe2O3 + Oksida Besi 2 H2O Air

Struktur dan energi bebas dari oksida besi tersebut, pada dasarnya sama dengan bijih besi. Haematite (Fe2O3) yang sebelumnya di ekstraksi menjadi logam besi. Electromotive Force Series (hal 137 Matl & process book)

BAB II JENIS-JENIS KOROSI

1. KOROSI MERATA (Uniform Corrosion) Bentuk korosi ini paling sederhana dan biasanya terjadi pada logam yang homogen baik komposisi kimiawi maupun struktur mikroskopisnya. Biasanya disebabkan oleh reaksi elektrokimia yang terjadi secara merata di seluruh permukaan yang mengalami kontak dengan lingkungan korosif. Serangan korosi merata ini tidak dianggap sebagai serangan yang berbahaya karena laju korosinya lambat dan mudah diketahui, sehingga umur material yang bersangkutan dapat diperhitungkan dengan mudah. Pada jenis ini corrodent menyerang permukaan logam tanpa hambatan dengan kecepatan pengikisan yang merata.
PRODUK KOROSI (KOROSI MERATA)

CARBON STEEL PLATE

2. KOROSI SUMURAN (Pitting Corrosion) Adalah korosi setempat yang biasanya membentuk lubang yang tajam. Hal ini dapat terjadi jika sebagian daerah permukaan logam menjadi bersifat anodis terhadap bagian yang lain. Korosi sumuran bisa disebabkan karena tidak homogennya permukaan metal, kerusakan mekanis atau secara kimia dari protective oxide coating dan lain-lain. Pada beberapa jenis logam reaktif seperti Aluminium, Titanium dan Chrom/Baja Tahan Karat (Stainless Steel) yang tahan terhadap korosi dimungkinkan karena adanya lapisan pasif berupa oksida pelindung dipermukaannya. Sering jugs mengalami kerusakan karena pengaruh ion-ion agresif seperti Cl-, Br- dan F-. Ion-ion agresif ini pada kondisi tertentu akan merusak atau memecah oksida pelindung pada logam-logam reaktif, walaupun pada daerah yang terbatas. Akan tetapi begitu lapisan oksida pelindung rusak, sel korosi akan langsung terbentuk, dimana bagian logam yang lapisan pelindungnya rusak akan menjadi anode sedangkan bagian yang masih baik sebagai katoda. Pitting/korosi sumuran umumnya terjadi dalam waktu yang cukup lama untuk dapat terlihat, akan tetapi akibatnya tetap tidak diharapkan, karena banyak kasus-kasus kebocoran peralatan justru terjadi dari pitting-pitting ini. Pencegahan pitting korosi ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan jenis material yang tahan korosi dan yang memiliki tingkat kebersihan permukaan yang tinggi. 6 3. KOROSI CELAH (Crevice Corrosion) Yaitu korosi yang terjadi di celah pada permukaan metal, pada sambungan antara dua permukaan metal, antara metal dan non metal atau di bawah sesuatu benda padat/kotoran yang terletak di atas permukaan metal dapat menciptakan terbentuknya korosi celah. Korosi celah ini pada umumnya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : a. Perubahan acidity di dalam celah b. Kurangnya oksigen di dalam celah c. Pembentukan ion-ion berbahaya di dalam celah d. Menurunnya kadar inhibitor di dalam celah. 4. KOROSI EROSI (Erosion Corrosion)

Gerakan aliran dari corrodent di atas permukaan logam menyebabkan terjadinya kenaikan kerusakan karena erosi mekanis dan korosi, proses ini disebut korosi erosi. Proses korosi erosi pada umumnya disebabkan karena pengikisan lapisan pelindung permukaan a.l. produk korosi yang melekat di permukaan logam. Indikasi dari proses korosi erosi ini adalah adanya alur-alur halus yang tidak begitu dalam pada permukaan logam, sedangkan pola dari alur-alur ini pada umumnya mengikuti pergerakan dari koroden di atas logam. Kondisi yang memungkinkan terjadinya korosi erosi adalah pada daerah fluida kecepatan tinggi, pada daerah turbulensi, pada daerah tumburan aliran, dsb. Antara lain dapat dilihat pada sudu-sudu pompa, agitator (pemutar) dan pada pipa penyalur terutama di daerah tee dan elbow. Cara mengatasinya dilakukan dengan memodifikasi disain peralatan atau menggunakan jenis material yang lebih tahan korosi dan lebih keras. 5. KOROSI RETAK REGANG ( Stress Corrosion Cracking/SCC) Pengaruh gabungan dari tegangan tarik dan corrodent khusus, pada kondisi tertentu akan menyebabkan terjadinya keretakan pada logam. Sampai saat ini stress corrosion cracking masih merupakan permasalahan metalurgi yang cukup serius dan belum terpecahkan secara tuntas. Tegangan-tegangan yang merupakan penyebab keretakan ini timbul akibat residual cold work, pengelasan, perlakuan panas atau dari luar pada saat pengoperasian peralatan. Corak keretakannya dapat berupa intergranular atau transgranular dan umumnya disertai kecenderungan pencabangan retak. Metode pencegahan stress corrosion cracking antara lain dengan stress relieving, menghindari koroden yang specific atau pemilihan material yang tepat.

7 6. KOROSI KARENA PENGARUH HIDROGEN (Hidrogen damage) Hidrogen damage dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu : a. Hydrogen Blistering b. Hydrogen Embrittlement c. Hydrogen Attack Hydrogen blistering disebabkan karena penetrasi dari hydrogen ke dalam logam, akibatnya adalah deformasi setempat pada logam dan dalam kasus yang ekstrim dapat menyebabkan kerusakan total pada dinding bejana tekan.

Hydrogen embrittlement juga disebabkan karena penetrasi hydrogen ke dalam logam yang menyebabkan terjadinya penurunan ductilitas dan kekuatan tarik dari logam tersebut. Hydrogen attack terjadi pada tekanan dan temperatur operasi yang tinggi (diatas 450oF) dimana pada kondisi tersebut molekul hydrogen akan terdisosiasi menjadi atom-atom hydrogen dan menetrasi ke dalam logam. 7. KOROSI LELAH (Fatique Corrosion) Fatique atau kelelahan didefinisikan sebagai kecenderungan logam untuk patah/retak karena pengaruh tegangan cyclic yang berulang-ulang. Umumnya kerusakan karena kelelahan logam terjadi pada tingkat pembebanan di bawah kekuatan mulur (yield strength) dan setelah siklusnya mencapai jumlah yang cukup besar. Karakteristik dari jenis kerusakan ini adalah bentuk penampang patahannya, dimana sebagian bidang patahannya halus sedangkan sisanya kasar dan kadang-kadang berserabut. Studi-studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama proses penjalaran retak lelah tersebut, tegangan siklus yang berulang-ulang akan menyebabkan kedua bidang permukaan retakan saling memukul dan menggesek sehingga halus. Retak lelah ini semakin lama akan semakin meluas sehingga pada suatu saat penampang bidang yang menahan tegangan sudah menjadi sedemikian kecilnya sehingga tidak mampu lagi bertahan. Pada saat inilah kerusakan/keretakan total terjadi dan berlangsung sangat cepat sekali. Fatique Corrosion dalam kaitannya dengan kelelahan logam didefinisikan sebagai penurunan ketahanan fatique dari logam sebagai akibat dari pengaruh media yang korosif. Dengan demikian disini jelas bahwa corrosion fatique bukan dilihat dari penampilan bidang patahannya, tetapi sebenarnya lebih terkait dengan penurunan sifat mekanis (fatique resistance) akibat pengaruh korosi.

8 8. KOROSI GALVANIK (Galvanic Corrosion) Korosi galvanik terjadi apabila dua jenis logam yang berbeda (dissimilar metals) saling berhubungan atau tersambung melalui penghantar listrik berada pada larutan yang konduktif (elektrolit). Dalam kondisi ini, maka adanya perbedaan potensial diantara kedua logam tersebut akan menyebabkan terjadinya arus listrik dan arus elektron. Di dalam sel korosi/sel galvanik, arus listrik konvensional akan mengalir dari

kutub positif (katoda) ke kutub negatif (anoda), sedangkan arus elektron akan mengalir dari anoda ke katoda. Adanya arus elektron dari anoda ke katoda ini akan menyebabkan terjadinya pengurangan massa logam di daerah anoda. Atau dengan kata lain terjadi korosi di daerah anoda. Semakin tinggi perbedaan potensial diantara kedua jenis logam ini (anoda dan katoda) semakin besar arus perpindahan elektron yang terjadi dan semakin tinggi laju korosinya. 9. KOROSI BAKTERIA DAN BIOLOGIS (Bacterial & Bio-fouling Corrosion) Biological organism dapat menimbulkan korosi pada logam, baik secara langsung mempengaruhi proses reaksi anodik maupun katodik, serta berpengaruh terhadap protective film pada permukaan logam, maupun dengan memproduksi zat-zat yang korosif atau kerak-kerak (solid deposit). Biological organism ini dapat berupa micro organisme (anaerobic bacteria & aerobic bacteria) atau macro organism seperti lumut, kerang atau binatang karang. Anaerobic bacteria (species yang paling terkenal adalah desulphovibrio) bersifat mereduksi sulfat dengan menghasilkan sulfida yang mempercepat kelarutan besi. Total reaksi korosinya terhadap besi dan baja adalah sebagai berikut : 4 Fe + H2O + SO42
-

Fe3O4 + FeS + 2 OH + H2

Aerobic bacteria (sulphur oxidizing bacteria a.l. Thiobacillus) dapat mengoksidasi sulphur atau zat yang mengandung sulphur menjadi asam sulphat yang sangat korosif. Kerang, lumut dan binatang-binatang laut dapat menutupi permukaan logam dengan suatu lapisan (bio fouling), dimana di bawah lapisan ini akan terbentuk concentration cell/differential aeration dan mengakibatkan terjadinya pitting corrosion yang cukup serious.

BAB III

PENCEGAHAN/PENGENDALIAN KOROSI DAN PEMANTAUANNYA DI LAPANGAN


3.1. PENGENDALIAN KOROSI Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, pada dasarnya korosi adalah proses yang sifatnya alamiah, yakni kerusakan logam karena interaksinya dengan lingkungan. Karena sifatnya yang alamiah, maka adalah tidak mungkin untuk menghilangkannya. Oleh karena itu usaha yang dapat dilakukan sebenarnya adalah mengenali perilaku dan sifat korosi tersebut dan selanjutnya mengendalikannya. Sebaiknya memang usaha pengendalian ini dilakukan sejak tahapan perencanaan operasi. Akan tetapi problematika korosi tidak jarang baru muncul setelah suatu pabrik atau peralatan dioperasikan. Pada dasarnya semua jenis logam dan paduannya akan selalu mengalami korosi dan tidak ada satupun jenis material yang mampu bertahan terhadap semua kondisi lingkungan. Untuk itu usaha yang dapat dilakukan sebenarnya hanya memperlambat berlangsungnya proses degradasi material akibat korosi tersebut. Karena pada akhirnya material juga akan tetap rusak, dan perbaikan atau penggantian peralatan tetap juga harus dilakukan. Seperti yang telah disebutkan pada bab 1 bahwa faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya proses korosi (reaksi elektrokimia) tersebut adalah sebagai berikut : 1. Anoda 2. Katoda 3. Elektrolit 4. Penghantar listrik. Dari hukum pengendalian korosi menyebutkan bahwa: Menghilangkan salah satu dari ke 4 faktor pada sel korosi akan menghentikan reaksi korosi . Oleh sebab itu pendekatan yang harus dilakukan didalam pengendalian korosi sebenarnya adalah usaha-usaha untuk menghilangkan salah satu faktor tersebut. Cara-cara yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan bahan yang tepat 2. Modifikasi perencanaan konstruksi peralatan 3. Mengurangi agresivitas elektrolit sejauh mungkin yang dapat dilaksanakan dengan cara chemical atau physical treatment 4. Menaikkan negatif potensial dari permukaan logam, baik dengan memberikan protective film/coating atau dengan proteksi katodik.

5. Mencegah terjadinya kontak antara permukaan logam dengan lingkungan yang korosif, dengan cara wrapping atau pemberian protective coating/painting. 1. Pemilihan bahan yang tepat (Material selection) Pada saat ini informasi, data serta referensi mengenai material konstruksi dari logam dan paduannya yang memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi telah sedemikian banyak dan lengkap. Oleh sebab itu tugas dari perencana adalah bagaimana dapat memilih seoptimal mungkin jenis material yang harus digunakan untuk kondisi pembebanan, lingkungan dan pengoperasian tertentu dari peralatan. Walaupun demikian, rusaknya material pada dasarnya masih tergantung kepada berbagai faktor a.l temperatur, tekanan, kecepatan aliran, konsentrasi serta derajat korosivitas dari lingkungan. 2. Modifikasi Perencanaan Konstruksi peralatan Didalam tahapan perencanaan sebenarnya aspek pengendalian korosi relatif kecil bila dibandingkan dengan kegiatan perencanaan secara keseluruhan. Namun demikian tetap saja merupakan bagian yang sangat esensiil. Adapun contoh-contoh usaha dalam tahap perencanaan peralatan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kerusakan karena korosi antara lain adalah : a. Menghindari adanya sel bimetalik yang tidak perlu, tetapi kalau terpaksa sebaiknya dipasang insulating flange. b. Menghindari adanya differential aeration cell, dengan meniadakan celah-celah yang tidak perlu di dalam konstruksi. c. Bila mungkin diusahakan penggunaan material yang murah dengan tambahan cara proteksi lain (inhibition, cathodic protection, protective coating, dsb.nya). d. Menghindari adanya exessive residual stress dengan jalan stress relieving. e. Menghindari adanya dead spot yang dapat menyebabkan terjadinya akumulasi atau pengendapan air, lumpur dan kotoran-kotoran lainnya yang akan menyebabkan terjadinya deposit (cellular attack). f. Menghindari adanya lokasi yang tidak dapat atau sulit dijangkau, sehingga pekerjaan pengecatan atau pembersihan sulit dilakukan dengan sempurna. 3. Pengendalian agresivitas media Untuk mengurangi agresivitas dari media yang korosif, umumnya cara yang dilakukan adalah dengan netralisasi baik berupa chemical atau physical treatment.

11 Pengontrolan dosis merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan, sebab kesalahan pemberian dosis apabila terlampau sedikit tidak akan berfungsi dengan sempurna, sedangkan jika terlampau banyak justru akan menimbulkan permasalahan baru. 4. Menaikkan negatif potensial dari permukaan logam a. Perlakuan ini dimaksudkan agar reaksi anode dapat dihentikan/diperlambat, permukaan logam dapat diberikan proteksi dengan cara antara lain : Pemberian corrosion inhibitor kedalam stream proses yang korosif, maka akan terbentuk protective film coating pada permukaan logam. Untuk media korosif tertentu harus dipilih inhibitor yang sesuai. b. Perlakuan cathodic protection bertujuan agar logam yang tadinya anodik akan bersifat katodik, sehingga proses korosi dapat diperlambat. Penggunaan yang umum adalah untuk melindungi konstruksi baja dan pipa-pipa penyalur dari korosi di dalam tanah dan perairan. Penggunaan teknik ini biasanya digabung dengan protective coating untuk mengurangi jumlah kapasitas arus listrik yang diperlukan untuk melindungi sistim. 5. Proteksi permukaan metal terhadap lingkungan yang agresif. Cara ini paling banyak dipergunakan yaitu melapisi permukaan logam dengan dengan protective coating yang tipis, tetapi tahan terhadap lingkungan yang dihadapinya dengan maksud mengisolir logam sehingga tidak langsung bersinggungan dengan lingkungan yang agresif. Dalam pemilihan cara-cara pengendalian korosi seperti tersebut di atas sudah barang tentu harus dilakukan pertimbangan-pertimbangan yang mendalam yang menyangkut aspek teknis pelaksanaan, monitoring, safety, keandalan serta ekonomisnya. 3.2. PROTEKSI KATODIK ( CATHODIC PROTECTION ) beberapa hal yang perlu diketahui adalah : 1. Katoda adalah logam yang dilindungi seperti pipa penyalur, platform structure, dan sebagainya. 2. Anoda adalah logam yang

3.3. PEMANTAUAN KOROSI (CORROSION MONITORING) Tujuan dari pemantauan korosi antara lain adalah : 1. Untuk menentukan laju korosi (corrosion rate) suatu peralatan atau komponen peralatan secara periodik dan berkesinambungan. 2. Untuk dapat mengetahui sedini mungkin terjadinya percepatan laju korosi, sebagai konsekuensi dari adanya perubahan atau penyimpangan operasi suatu unit atau peralatan. 3. Untuk dapat mengetahui efektifitas usaha pengendalian korosi yang telah dilakukan termasuk pemakaian corrosion inhibitor dan zat-zat penetral (neutralizer) 4. Untuk memantau daerah-daerah kritis dari unit proses atau peralatan, yang diperkirakan memiliki potensi kerusakan korosi yang serius. 5. Untuk mengembangkan dan memungkinkan perbnaikan pola operasi dari unit proses terhadap permasalahan korosi, khususnya bila dilakukan pengolahan beberapa jenis feed-stock. Ada beberapa cara dalam memantau korosi yaitu : 1. Secara External Inspection 2. Secara Internal Inspection Yang termasuk dalam pemantauan secara external inspection sbb.: a. Visual Inspection b. Non Destructive Testing Yang termasuk dalam pemantauan secara internal adalah sbb.: a. Peluncuran Smart Pig (Corrosion Detection Pig) b. Electric Resistance Probe c. Sulphate Reducing Bacteria Monitoring d. Water Content Analysis Pada dasarnya tidak seluruh teknik pemantauan di atas diperlukan secara bersamaan untuk evaluasi korosi tertentu, karena penggunaannya tetap harus dikaitkan dengan program-program pemantauan yang dilakukan. Di dalam evaluasi, korelasi antara data korosi yang dipantau dan berbagai variable proses yang ada akan menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat dari korosi di dalam suatu peralatan atau unit process. Dengan demikian langkah selanjutnya akan dapat dilakukan secara effektif dan terarah.

BAB IV

KOROSI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SAFETY


Setelah kita mengetahui bahwa proses korosi adalah proses degradasi material akibat interaksinya dengan lingkungan, yang berarti bahwa kekuatan material itu semakin melemah, maka kita harus waspada akan kerugian dan bahaya yang ditimbulkannya. Telah kita ketahui pula bahwa kita bekerja di perminyakan, yaitu gas dan minyak bumi yang sangat mudah sekali terbakar, maka kita hendaknya proaktif dalam masalah korosi ini. Perpipaan/pipa penyalur dan bejana tekan telah dihitung kemampuannya untuk menahan tekanan sesuai dengan design. Seandainya saja pipa penyalur atau bejana tekan terkorosi, akan berakibat kebocoran. Gas ataupun minyak dari kebocoran tersebut akan berhamburan kemana-mana, yang berakibat kerugian material karena rusak, kerugian produksi karena terpaksa dimatikan, bahaya yang timbul karena polusi gas berbahaya, kerugian waktu kerja, yang seharusnya bisa untuk mengerjakan pekerjaan lain digunakan untuk memperbaiki peralatan yang rusak, dan yang terpenting adalah bahaya yang

ditimbulkan berakibat fatal terhadap manusia. Oleh karena itu, kita harus saling menjaga peralatan kita, terutama terhadap proses korosi serta bekerja dengan hati-hati.

14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Dari uraian terdahulu dapatlah kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Proses korosi tidak boleh dibiarkan terjadi pada peralatan perminyakan, terutama pada pompa, pipa penyalur, bejana tekan dan sebagainya yang bertekanan tinggi serta pada tempat-tempat strategis untuk orang berpijak misalnya tangga platform, grating dan lain sebagainya.

2. Kerugian akibat proses korosi yang semakin parah akan semakin bertambah besar baik itu kerugian material, waktu kerja, produksi serta terhadap manusianya sendiri. 5.2. Saran 1. Pemeliharaan peralatan di lapangan harus effektif sehingga secara psikologis orang merasa aman bekerja dan dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya. 2. Semua karyawan hendaknya proaktif dalam masalah safety, dalam hal ini khususnya mengenai pemantauan secara visual terhadap peralatan di lapangan yang korosi. 3. Bekerjalah dengan hati-hati.

15

You might also like