You are on page 1of 19

LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN PRAKTIKUM FUNGSI HATI II

OLEH KELOMPOK V

MAKASSAR 2010

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Hati merupakan organ tubuh yang berkaitan erat dengan metabolisme protein dan asam amino, lemak, dan karbohidrat. Hati juga berfungsi mensintetis protein plasma, faktor pembekuan, asam empedu, katabolisme hormon dan sebagai organ detoksifikasi. Beberapa macam fungsi hati yaitu fungsi pengolahan zat makanan yang diserap usus, fungsi penyimpanan & pembentukan zat yang diperlukan tubuh, dan penetralan obat/racun. Beberapa orang yan suka mengkonsumsi alcohol, dapat megalami gangguan fungsi hati, sehingga memerlka pantauan jika pasien sedang menjalani masa perawatan dan penyembuhan akan suatu penyakit. Selain itu, kebanyakan obat-obat yang beredar di dunia kedokteran, memiliki efek samping hepatotksik yang memerlukan perhatian khusus dan evaluasi.

Untuk beberapa kasus pada tubuh manusia, tidak sedikit yang mengalami gangguan fungsi hati seperti hepatitis virus, perlemakan hati, obat-obatan, infeksi lain, alkohol dan lain-lain. Sering juga terdapat penyakit dalam yang disebabkan oleh gangguan fungsi hati, dimana terkadang penyakit tersebut bisa juga disebabkan oleh gangguan organ lain. Oleh karena itu, dalam

dunia medis diperlukan beberapa tes dan pemeriksaan untuk mempertegas diagnosa adanya gangguan fungsi hati yang dialami oleh pasien.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan Untuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fungsi hati. I.2.2 Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fungsi hati meliputi keterampilan melakukan pemeriksaan spesimen darah dan mengukur kadar enzim alkali fosfatase (ALP) yang terdapat dalam spesimen darah dengan menggunakan fotometer / Humalyzer. 2. Untuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fungsi hati meliputi keterampilan melakukan pemeriksaan spesimen darah dan mengukur kadar albumin yang terdapat dalam spesimen darah dengan menggunakan fotometer / Humalyzer. 3. Untuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fungsi hati meliputi keterampilan melakukan pemeriksaan spesimen darah dan mengukur kadar bilirubin direct dan total yang terdapat dalam spesimen darah dengan menggunakan fotometer / Humalyzer.

I.3. Prinsip Percobaan 1. ALP (Alkali Fosfatase) Pemeriksaan fungsi hati yang meliputi pemeriksaan enzim ALP diawali dengan pengambilan spesimen yaitu serum yang diperoleh dari hasil sentrifus 3 mL darah yang diperoleh dari teknik flebotomi. Spesimen tersebut kemudian diperiksa nilai enzim ALPnya dengan menggunakan Humalyzer dimana sampel terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 20 L dan dicampur dengan larutan buffer 1000 L dan diinkubasikan selama 5 menit pada suhu 37oC. Selanjutnya dicampur dengan penambahan reagen substrat 250 L. Reaksi didasarkan pada prinsip pNitrophenylphosphatase + AMP yang dikatalisis oleh ALP akan menghasilkan ANP, PO4 dan p-nitrofenol. Kemudian nilai absorbansi dibaca setelah 1 menit dijalankan stopwatch. Pembacaan diulang pada menit 1, 2, dan 3. 2. Albumin Pemeriksaan fungsi hati yang meliputi pemeriksaan albumin diawali dengan pengambilan spesimen yaitu serum yang diperoleh dari hasil sentrifus 3 mL darah yang diperoleh dari teknik flebotomi. Spesimen tersebut kemudian diperiksa nilai enzim ALPnya dengan menggunakan Humalyzer dimana sampel terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 10 L dan dicampur dengan reagen warna 1000 L dan diinkubasikan selama 5 menit pada suhu 20 - 25oC. Reaksi didasarkan pada prinsip yaitu albumin dengan bromkresol hijau dalam buffer sitrat membentuk

warna kompleks sebanding dengan konsentrasi albumin dalam sampel yang dibaca setelah 1 menit dijalankan stopwatch (ukur sampel dan standar terhadap blanko dalam 30 menit). 3. Bilirubin Pemeriksaan fungsi hati yang meliputi pemeriksaan bilirubin direct dan total diawali dengan pengambilan spesimen yaitu serum yang diperoleh dari hasil sentrifus 3 mL darah yang diperoleh dari teknik flebotomi. Spesimen tersebut kemudian diperiksa nilai bilirubin direct dan totalnya dengan menggunakan Humalyzer dimana untuk pengukuran bilirubin total sampel terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 1000 L dan dicampur reagen T-nitrit 1 tetes (40 L) dan diinkubasikan selama 5 menit pada suhu 37oC, sedangkan untuk pengukuran bilirubin directnya, sampel dimasukkan dalam kuvet sebanyak 1000 L dan dicampur dengan penambahan D-nitrit sebanyak 1 tetes dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 25 oC. Reaksi didasarkan pada prinsip bilirubin bereaksi dengan diazotased sulphanilic acid (DSA) membentuk warna merah azo. Serapan pada 546 nm sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel. Absorbansi diukur pada menit pertama setelah stopwatch dijalankan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum Fosfatase alkali merupakan kelompok enzim yang mengkatalisis sejumlah besar substrat pada pH alkali untuk melepaskan fosfat. Konsentrasi tinggi ALP ditemukan pada tulang (osteoblast), hati, plasenta, dan intestine. Pada orang dewasa, sekitar setengah dari aktivitas serum ALP berasal dari hati dan setengah lainnya dari tulang. Selama kehamilan, ALP secara total meningkat akibat kontribusi plasenta. Aktivitas total ALP serum menunjukkan variasi yang ditandai dengan usia akibat peningkatan aktivitas osteoblastik selama pertumbuhan. ALP 2-3 kali diatas nilai batas normal (ULN) untuk bayi dan meningkat lagi selama masa remaja. Peningkatan ini lebih dulu terjadi pada wanita dibanding pria. Aktivitas menurun pada dewasa ketika pertumbuhan berhenti dan sedikit meningkat pada wanita dibanding pria. ALP meningkat pada penyakit tulang dan system hepatobiliari. Peningkatan ALP pada kolestasis, khususnya pada obstruksi ekstrahepatik dapat mencapai 5 kali ULN. Pada penyakit hati parecimatous, seperti hepatitis akut, ALP nmeningkat akibat biliari statis tetapi biasanya nilai tidak lebih dari 3 kali ULN. Derajat elevasi ALP berguna dalam menentukan antara

penyakit kuning akibat kerusakan parensimal atau penyakit kuning akibat kolestasis. Pengukuran enzim ini dilakukan berdasarkan dari IFCC

(International Federation of Clinical Chemistry) yaitu dengan prinsip reaksi sebagai berikut : ALP p-nitrophenyl phosphate + AMP AMP + PO4 + p-nitrophenol

Albumin merupakan protein plasma yang ditemukan tinggi pada proses kehamilan dan menjelang kematian. Jumlahnya berkisar 50% total protein plasma. Albumin adalah polipeptida dengan berat molekul kecil sehingga dapat melintasi vaskuler dan gromerulus. Albumin adalah hasil sintesis oleh hati. Pada sindrom hepatic sintesis albumin dapat menjadi 3 kali lipat, bahkan bertambah menjadi 80% pada tekanan plasma koloid. Konsentrasi albumin dapat menjadi tinggi pada venous statis dam dehidrasi. Penurunan konsentrasi albumin ditemukan dalam berbagai kondisi seperti artefaktual, fisiologis, patilogis, peningkatan distribusi, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan kehilangan dan peningkatan katabolisme. Penurunan kadar albumin sebanding dengan tingkat inflamasi dan luka. Pada penyakit hepatic seperti sirosis, albumin yang disintesis rendah. Pada sindrom hepatic dapat ,menimbulkan hipoalbuminemia. Pengukuran albumin dilakukan dengan prinsip yaitu bromkresol hijau dengan albumin dalam buffer sitrat membentuk warna kompleks.

Absorbansi warna kompleks ini sebanding dengan konsentrasi albumin dalam sampel. Komposisi reagen 1) 1000 ml reagen warna Buffer sitrat (pH 4,2) Bromkresol green 2) 3 ml standard albumin Albumin Natrium azida 4g/dl atau 40 g/l 0,095% 30 mmol/l 260 mol/l

Eritrosit pada akhir masa hidupnya dirusak didalam system retikulo endothelial. Globulin dipisahkan dari hem dan cincin forfirin dibuka. Besi dilepaskan dan menjadi terikat ke transferin dan selanjutnya digunakan untuk sintesis haemoglobin baru. Bagian terbesar dari hemoglobi menjadi bilirubin. Bilirubin yang tersirkulasi didalam plasma terikat ke albumin. Bilirubin (tak terkonyugasi) dan bilirubin dikonyugasi, yang keduanya terikat ke protein terutama albumin dalam plasma dapat dibedakan secara kimia oleh kecepatan reaksinya dengan asam sulfanilat yang didiazotiasiasi untuk membentuk azobilirubin (reaksi Van Den Berg : VDB). Bilirubin dikonyugasi bereaksi cepat dan warna merah muda timbul (VDB positif) dalam beberapa menit. Bilirubin tak dikonyugasi tidak memberikan

warna yang segera (VDB negative), tetapi warna timbul setelah penambahan alcohol atau kafein (VDB indirect), biliverdin tidak bereaksi. Prinsip pengukuran yaitu bilirubin bereaksi dengan diazotized sulphaniic acid (DSA) membentuk warna zat merah azo. Serapan pada 546 nm sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel. Glucoronida bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA sedang albumin terkonjugasi dalam bilirubin indirect hanya akan bereaksi dengan DSA dibantu akselerator (zat pemercepat). Prinsip reaksi : Asam sulfanilic + natrium nitrit Bilirubin + DSA Bilirubin + DSA + akselerator DSA Direct azobilirubin Total bilirubin

BAB III METODE PERCOBAAN

III.1 ALat Percobaan Alat alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tabung sentrifuge, sentrifuge, fotometer, dan Humalyzer Junior.

III.2 Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah asam sulfanilic, asam hydroclorit, cafein, natrium benzoate, natrium nitrit (pengukuran bilirubin); buffer sitrat (pH 4,2), bromkresol green, albumin, natrium azida (pengukuran albumin); 2-amino-2-metil-1-propanol (pH 10,4), magnesium asetat, zink sulfat, natrium azida, p-nitrophenyl phospat, serum (pengukuran ALP)

III.3 Cara Kerja A. Pengukuran bilirubin 1. Bilirubin total Disiapkan alat dan bahan Diatur kondisi pemeriksaan suhu 20-25C

Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin total pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l.

Dipipet ke dalam kuvet reagen T-nitrit pada sampel 1 tetes (40l). Dicampur dengan baik dan diinkubasi selama 5 menit. Dipipet ke dalam kuvet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l. Dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30 menit.

Diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel (A546)

2. Bilirubin direct Disiapkan alat dan bahan Diatur kondisi pemeriksaan suhu 20-25C Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin direct pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l. Dipipet ke dalam kuvet reagen D-nitrit pada sampel 1 tetes (40l). Dicampur dengan baik dan ditambahkan sampel dalam 2 menit.. Dipipet ke dalam kuvet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l. Dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 5 menit tepat. Diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel (A546)

B. Pengukuran ALP 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Diatur kondisi pemeriksaan dengan celah optic 1cm, suhu 30C atau 37C, panjang gelombang Hg 405 nm, 400-420 nm dan pengukuran terhadap udara (kenaikan absorbansi) 3. Dihangatkan reagen dan kuvet sampai pada suhu yangb dikehendaki dan suhu dijaga konstan (0,5C) selama tes 4. Dilakukan percobaan dengan metode start reagen dimana dipipet kedalam kuvet sampel 20 l dan larutan buffer 1000 l. 5. Dicampur dan diinkubasi selama 1 menit pada suhu 30C atau 37C 6. Kemudian dipipet ke dalam kuvet substrat 250 l 7. Dicampur ke dalam sampel dan larutan buffer tadi yang diinkubasi 8. Dibaca absorbansi setelah 1 menit dan dijalankan stopwatch, baca lagi absorban tepat setelah 1,2, dan 3 menit. 9. Dilakukan percobaan dengan metode starf sampel dimana dipipet ke dalam kuvet sampel 20 l dan reagen kerja 1000 l. 10. Dicampur dan dibaca absorbansi setelah 1 menit dan dijalankan stopwatch. Baca lagi absorbansi tepat setelah 1, 2, 3 menit. C. Pengukuran albumin 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Diatur kondisi pemeriksaan dengan suhu 20-25 C, setelah optic 1cm, panjang gelombang Hg 546 nm.

3. Dipipet ke dalam kuvet sampel atau standard 10 l 4. Dipipet ke dalam kuvet reagen warna 1000 l dan reagen blanko 1000 l 5. Dicampur dengan baik 6. Diinkubasi selama 5 menit pada 20-25C 7. Diukur absorbansi sampel dan standard terhadap reagen blanko dalam 30 menit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan BILIRUBIN DIRECT 0,1 mg/dl BILIRUBIN TOTAL 0,8 mg/dl

IV.2 Gambar Pengamatan

Mikropipet

Humulyzer Jr.

Kuvet

Spesimen

Larutan blanko-standar

Reagen

Flebotomis

IV.3 Pembahasan Pada percobaan kali ini yang hanya dilakukan adalah pengukuran bilirubin direct dan bilirubin total. Untuk bilirubin total mulanya kondisi pemeriksaan diatur pada suhu 20-25C. Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin total pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l. Kemudian dipipet ke dalam kuvet reagen T-nitrit pada sampel 1 tetes (40l). dicampur dengan baik dan diinkubasi selama 5 menit. Setelah itu dipipet ke dalam kuvet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l kemudian dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30 menit serta terakhir diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel. Dari hasil pengukuran diperoleh kadar bilirubin total 0,8 mg/dl. Selanjutnya untuk bilirubin direct mulanya kondisi pemeriksaan diatur pada suhu 20-25C. Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin total pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l. Kemudian dipipet ke dalam kuvet reagen D-nitrit pada sampel 1 tetes (40l). dicampur dengan baik kemudian ditambahkan sampel dalam 2 menit. Setelah itu dipipet ke dalam kuvet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l kemudian dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30 menit serta terakhir diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel. Dari hasil pengukuran diperoleh kadar bilirubin direct 0,1 mg/dl. Nilai normal untuk bilirubin direct adalah 0,25 mg/dl (dewasa), bilirubin indirect 1-30 mg/dl, dan total bilirubin 1,1 mg/dl (dewasa).

Perbedaan antara blanko dan standard dimana blanko hanya berisi aquadest dan reagen untuk membandingkan antara sampel yang akan diuji (sudah mengandung reagen) dengan larutan yang hanya berisi reagen dan aquadest sehingga terukur nantinya adalah zat dalam sampel tanpa reagen. Sedangkan larutan standard berisi larutan sampel standard dan eagen untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari sampel yang akan diuji dengan kadar normal pada larutan standard. Perbedaan bilirubin direct dan indirect dimana bilirubin direct adalah bilirubin yang terkonjugasi dengan satu atau dua molekul glukoronat membentu mono / di-glukoronat. Bilirubin dengan adanya enzim LIDDAtransferasi. Bilirubin terkonjugasi ini bersifat larut air sehingga dikeluarkan melalui urin. Sedangkan indirect adalah bilirubin yang tidak terkonjugasi dan berada dalam bentuk bebas yang tidak larut. Penyebab meningkatnya bilirubin direct-indirect dan akibatnya yang ditimbulkan oleh perubahannya yaitu terjadi ikterus dimana

mekanismenya : 1. Produksi bilirubin unconjugated yang berlebihan karena haemoglobin. 2. Gangguan uptake bilirubin unconjugated oleh sel hati yang tidak sempurna. 3. Konjugasi dan bilirubin unconjugated yang tidak sempurna oleh hati. 4. Ekskresi bilirubin conjugated oleh sel hati yang tidak sempurna.

5. Obstruksi aliran limpa empedu dalam hati sering karena peradangan yang menyebabkan pembengkakan sel. 6. Obstruksi aliran empedu diluar hati karena adanya sumbatan atau tekanan pada duktus empedu.

Akibat yang ditimbulkan oleh perubahan dalam bilirubin 1. Kolestatis : Gangguan aliran empedu baik intra maupun ekstra hepatik dengan atau tanpa adanya penyumbatan 2. Hepatitis akut : Penyakit peradangan akut yang mengenai jaringan hati. 3. Hepatitis kronis : Keadaan dimana proses hepatitis berlangsung

melampaui masa 6 bulan yang dinyatakan dengan peradangan. 4. Sirosis hati : Keadaan kerusakan struktur hati, penimbunan jaringan ikat dengan pembentukan nodul. 5. Neoplasma (primer dan sekunder) 6. Anemia pernisiosa, anemia hemolitik, eritroblastatis foetalis.

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan Dari data pengamatan diperoleh : 1. Kadar bilirubin total adalah 0,8 mg/dl dimana nilai normal bilirubin total dewasa adalah 1,1 mg/dl. Data ini termasuk kategori normal. 2. Kadar bilirubin direct adalah 0,1 mg/dl dimana nilai normal bilirubin total dewasa adalah 0,25 mg/dl. Data ini termasuk kategori normal.

V.2 Saran Alat-alat serta bahan-bahan dapat dilengkapi lagi serta agar waktu praktikum tidak sampai malam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasim, Syahruddin. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Klinik. Makassar : Fakultas Farmasi Unhas 2. Sacher, Ronald dan Richard AM. 2002. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC 3. Kee, Joyee e Fever. 2002. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta : EGC

You might also like