You are on page 1of 17

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi : a. Rumah Sakit Umum Kelas A; b. Rumah Sakit Umum Kelas B; c. Rumah Sakit Umum Kelas C; d. Rumah Sakit Umum Kelas D. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis. (2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. (3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. (5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. (6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi. (7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik. (8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit Mulut. (9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. (10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut. (11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik. (12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/ Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,

4
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. (2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. (3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua

puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. (5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. (6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. (7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik. (8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti. (9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi. (11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik. (12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Pasal 11 (1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. (2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. (3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap. (4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. (5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. (6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap. (7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap. (8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. (9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Pasal 12 (1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. (3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7
(4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah. Pasal 13 (1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. (3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws. Bagian Ketiga Rumah Sakit Umum Kelas C Pasal 14 (1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. (2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. (3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. (5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. (6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan. (7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. (8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. (9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik

8
(10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Pasal 15 (1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. (2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. (3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. (4) Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. (5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. (6) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Pasal 16 (1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. (3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah. Pasal 17 (1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. (3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen

9
Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws. Bagian Keempat Rumah Sakit Umum Kelas D Pasal 18 (1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar. (2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. (3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (duan puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan

pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. (5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. (6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi. (7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. (8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik (9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Pasal 19 (1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. (2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. (3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. (4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.

10
(5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Pasal 20 (1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. (3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah. Pasal 21 (1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. (2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. (3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws. Pasal 22 Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan
The Journal of Quality Assurance Institute, Vol. 14, No. 1, January 2000, pp. 4-6 & 35-41.

Total Quality Management in Software Development Process


Eldon Y. Li, California Polytechnic State University, USA Houn-Gee Chen, National Chung Cheng University, Taiwan Waiman Cheung, The Chinese University of Hong Kong, PRC
Penyebab-dan-efek diagram. Diagram ini juga disebut "fishbone diagram" atau "Ishikawa diagram. "Ini mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan menampilkan semua kemungkinan penyebab atau faktor-faktor dari masalah atau peristiwa. 2. Checksheet. Dokumen ini dirancang untuk tabulasi hasil melalui pemeriksaan rutin situasi. Hal ini melewati antara besar pos pemeriksaan selama proses produksi dan bertindak sebagai perlindungan dari cacat. 3. Kontrol grafik. Tabel ini berfungsi untuk mendeteksi khusus penyebab variasi. Grafik memiliki kontrol batas garis di pusat, restoran, dan tingkat bawah.

Data sampel yang diplot di titik-titik pada grafik untuk mengevaluasi situasi proses dan tren. 4. Histogram. Diagram ini menampilkan grafis set data frekuensi dalam grafik bar dan memungkinkan evaluator untuk menentukan masalah dengan memeriksa dispersi bentuk, nilai tengah, dan alam dispersi. 5. Grafik. Ada banyak jenis grafik yang berguna untuk evaluator. Baris grafik, juga disebut dijalankan grafik, yang digunakan untuk menggambarkan variasi atas periode waktu. Grafik batang membandingkan kategoris nilai-nilai melalui paralel bar. Lingkaran grafik, atau pie grafik, menunjukkan rincian kategoris dari relatif terhadap nilai total nilai. radar grafik membantu dalam menganalisis item sebelumnya dievaluasi masing-masing memiliki porosnya sendiri pengukuran. 6. Diagram pareto. Bagan ini mengklasifikasikan masalah sesuai dengan penyebab dan fenomena. itu membuat penggunaan grafik batang diurutkan dalam urutan yang ditentukan untuk menampilkan kepentingan relatif dari masalah dengan dipilih kategori. 7. Tebar diagram. Diagram ini juga dikenal sebagai X-Y grafik. Ini menampilkan apa yang terjadi pada salah satu variabel ketika variabel lain perubahan dalam rangka untuk menguji teori atau membuat perkiraan.

The Total Quality Management : The Knowledge, Adoption and Implementation of Contractors in Semarang
THESIS Submitted as Partial fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Civil Engineering Diponegoro University By AIUOB MOHAMED SALEH ALI MATOUG NLM: L4A909008

POST GRADUATE DIPONEGORO UNIVERSITY SEMARANG, INDONESIA 2011


TQM adalah suatu filosofi manajemen, paradigma, pendekatan perbaikan terus-menerus untuk melakukan bisnis melalui model manajemen baru. Filosofi TQM berkembang dari filosofi perbaikan terus-menerus dengan fokus pada kualitas sebagai dimensi utama bisnis. Dalam TQM, menekankan kualitas dari produk atau jasa mendominasi. TQM memperluas luar kendali proses statistik untuk merangkul lingkup yang lebih luas dari manajemen kegiatan bagaimana kita mengelola orang dan organisasi dengan berfokus pada seluruh proses, tidak hanya pengukuran sederhana. TQM adalah pendekatan managemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keselurahan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelnaggan dan member manfaat pada anggota organisasi (prof dr kartawan. Universitas gunadarma)

Standar-standar termasuk hak pasien / pengguna jasa untuk:

martabat dan rasa hormat privasi kerahasiaan dan keselamatan dan keamanan. Persyaratan dapat mencakup organisasi: ) yang mendokumentasikan pasien / pengguna jasa hak dan tanggung jawab; b) melaksanakan kegiatan pelatihan mereka untuk staf. Standar tersebut mengharuskan sistem untuk menerima, menyelidiki dan menyelesaikan pasien / keluhan pengguna jasa dan keprihatinan dengan cara yang adil dan tepat waktu. Standar memerlukan staf untuk melibatkan pasien / pengguna jasa dalam mereka sendiri perawatan dan jasa oleh: menghormati preferensi mereka dan pilihan; menginformasikan mereka tentang pilihan mereka untuk perawatan dan pengobatan, dan memperoleh informed consent mereka. Pilihan mungkin termasuk apakah atau tidak diperlakukan, jenis pengobatan, yang mereka ingin terlibat dalam perawatan mereka atau pelayanan dan akhir keinginan hidup. Preferensi mungkin berhubungan dengan a) bagaimana mereka ditangani b) pribadi efek c) pakaian dan perawatan diri rutinitas d) makanan, minuman dan makanan e) kegiatan, minat, privasi pengunjung.

Persetujuan tertulis diperoleh untuk seperti kegiatan sebagai: a) partisipasi dalam penelitian atau eksperimental prosedur b) semua operasi dan invasif prosedur, anestesi dan moderat / mendalam sedasi dan c) di mana ada risiko yang signifikan dari efek samping.
Standar mengharuskan penilaian pasien / layanan pengguna: yang komprehensif melibatkan disiplin ilmu yang relevan selesai dan didokumentasikan dalam secara tepat waktu. Penilaian dapat mencakup: a) pasien / pengguna jasa kebutuhan dan sesuai dengan jenis risiko layanan dan pasien / pengguna jasa; b) unsur-unsur seperti:

- medis - fisik - Mental, perilaku dan emosional - gizi - fungsional - nyeri - Penyalahgunaan dan penelantaran. Standar tersebut mengharuskan individu yang perawatan / jasa rencana dipersiapkan dan didokumentasikan: berdasarkan pada penilaian pasien / pengguna jasa kebutuhan, termasuk hasil diagnostik tes mana yang relevan melibatkan pasien / layanan pengguna dan keluarga mereka termasuk tujuan atau diinginkan Hasil dari perawatan, pengobatan atau layanan. Standar membutuhkan kesehatan yang profesional: mengikuti perawatan / jasa rencana memantau kemajuan pasien / pengguna jasa dalam mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dari pengobatan, perawatan atau layanan menilai kembali pasien / pengguna jasa ' kebutuhan ketika diindikasikan merevisi rencana perawatan / layanan menurut hasil. 2.9 Standar memerlukan rujukan itu, transfer perawatan, debit atau akhir layanan direncanakan. Persyaratan dapat mencakup: a) perencanaan dimulai pada awalnya kontak dengan organisasi dan yang berkelanjutan; b) perencanaan termasuk pasien / layanan pengguna dan keluarga mereka; c) perencanaan yang melibatkan membuat link dengan lembaga rujukan, lainnya tingkat pelayanan kesehatan dan lainnya organisasi; d) jika kematian adalah hasil yang diharapkan dari layanan, termasuk perencanaan persiapan pasien dan mereka keluarga untuk kematian, manajemen rasa sakit dan gejala, hubungan dengan kelompok dukungan, konseling, dan menangani spiritual dan budaya kebutuhan. prinsip 3

ORGANISASI PERENCANAAN DAN KINERJA Standar menilai kapasitas dan efisiensi kesehatan organisasi. 3.1 Standar tersebut mengharuskan organisasi menggunakan proses perencanaan untuk menentukan tingkat staf dan campuran keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dari layanan yang diberikan. Persyaratan dapat mencakup: a) rencana mempertimbangkan jumlah Staf dan praktisi independen dibutuhkan, tingkat senioritas dan pengalaman yang diperlukan, dan berbeda disiplin dan peran untuk sesuai dengan kebutuhan pelayanan menjadi tersedia; b) proses perencanaan yang didokumentasikan Standar tersebut mengharuskan, untuk posisi yang mereka pegang, staf, independen praktisi dan relawan mana yang berlaku, harus relevan dan saat ini: orientasi dan pelatihan pendidikan pengetahuan keterampilan dan pengalaman. 3.3 Standar tersebut mengharuskan yang diizinkan oleh hukum dan oleh organisasi untuk berlatih adalah terpercaya dan memiliki ruang lingkup mereka berlatih didefinisikan. Persyaratan dapat mencakup: a) prosedur untuk menilai atau menerima profesional kesehatan pelatihan; b) kredensial dan cakupan praktik didokumentasikan dan teratur Ulasan. 3.4 Standar membutuhkan staf itu, independen praktisi dan relawan yang berlaku: a) memiliki kinerja dan kompetensi dievaluasi rutin secara b) menerima berkelanjutan yang relevan pendidikan dan pelatihan ketrampilan dan c) disediakan dengan internal dan pengembangan eksternal peluang. Persyaratan dapat mencakup kompetensi penilaian dan

evaluasi kinerja yang didokumentasikan dan berbagi dengan staf anggota (atau praktisi atau sukarelawan) terlibat. 3,5 Standar membutuhkan staf untuk mengikuti standar yang diterima saat ini, protokol dan berdasarkan bukti klinis Praktek pedoman. 3.6 Standar tersebut mengharuskan kesehatan organisasi untuk melibatkan pasien / pengguna jasa, keluarga mereka, staf dan mana mungkin masyarakat luas dalam perencanaan untuk penyediaan layanan. Persyaratan dapat mencakup dokumentasi perencanaan proses dan mereka yang terlibat di dalamnya. Standar tersebut mengharuskan organisasi berencana untuk mengidentifikasi diinginkan atau diharapkan pelayanan dan organisasi hasil dan mengukur kemajuan mencapainya. Persyaratan dapat mencakup: a) rencana strategis dan operasional termasuk jangka panjang dan pendek jangka tujuan dan sasaran untuk organisasi dan layanannya; b) kemajuan dalam mencapai tujuan-tujuan dan tujuan melalui didefinisikan kegiatan yang diukur dan melaporkan secara teratur. 3.8 Standar memerlukan layanan perencanaan harus didasarkan pada organisasi arah strategis dan untuk mempertimbangkan lingkungan dan keuangan faktor. 3.9 Standar memerlukan perencanaan yang fungsi, kegiatan dan pengembangan departemen dan layanan yang meliputi ketentuan untuk koordinasi dengan satu sama lain dan dengan layanan eksternal yang relevan. 3.10 Standar tersebut mengharuskan bahwa penggunaan sumber daya yang efisien secara teratur ditinjau dan dievaluasi terhadap organisasi rencana dan anggaran. Ulasan mungkin termasuk pemanfaatan Staf, peralatan, perlengkapan dan ruang. KESELAMATAN Standar termasuk langkah-langkah untuk melindungi dan meningkatkan keamanan pasien pengguna jasa /, staf dan pengunjung ke organisasi. 4.1 Standar memerlukan direncanakan

dan pendekatan terstruktur untuk risiko manajemen yang membahas semua signifikan risiko yang dihadapi oleh organisasi dan layanannya. Sebuah rencana manajemen risiko dapat mencakup unsur-unsur seperti: a) kebijakan b) konteks c) ruang lingkup dan tujuan dan kriteria untuk menilai risiko d) manajemen risiko tanggung jawab dan fungsi e) pelatihan staf f) daftar risiko yang teridentifikasi - strategis, operasional, keuangan, dan bahaya g) sebuah register resiko atau mirip dengan analisis risiko dan tingkat h) ringkasan rencana perawatan risiko untuk risiko besar i) proses untuk berkomunikasi dengan stakeholder. 4.2 Standar tersebut mengharuskan risiko rencana pengelolaan yang akan dimonitor dan terakhir untuk efektivitas dan Hasil dikomunikasikan dalam organisasi. Persyaratan dapat mencakup organisasi: a) pengawasan usaha rutin kinerja aktual dibandingkan dengan kinerja yang diperlukan; b) menyelidiki situasi saat ini dan isu-isu spesifik secara berkala; c) menggunakan hasil dari pemantauan dan proses review untuk membuat perbaikan. 4.3 Standar tersebut mengharuskan kesehatan organisasi untuk memiliki proses untuk melaporkan dan menyelidiki keselamatan insiden, efek samping dan dekat merindukan mempengaruhi pasien / layanan pengguna, staf atau pengunjung dan untuk menggunakan Temuan untuk meningkatkan pelayanan. Sistem ini dapat mencakup: a) pelatihan untuk staf b) berarti untuk mendokumentasikan dan melaporkan insiden / kejadian c) akar penyebab analisis d) proses untuk menginformasikan pasien / pengguna jasa efek samping. Standar tersebut mengharuskan organisasi untuk melindungi kesehatan dan keselamatan staf. Kesehatan dan program keselamatan untuk Staf harus sesuai dengan

risiko di sektor perawatan tertentu dan mungkin termasuk: a) pakaian pelindung dan peralatan untuk staf b) penilaian kerja c) beban kerja monitoring dan stres pengelolaan d) Staf vaksinasi e) pencegahan dari jarum suntik atau penanganan manual cedera f) perlindungan dari pekerjaan bahaya. 4,5 Standar membutuhkan kesehatan organisasi untuk melatih staf pada operasi yang aman peralatan, termasuk medis perangkat, dan memastikan hanya dilatih dan orang yang kompeten menangani khusus peralatan. 4.6 Standar membutuhkan kesehatan organisasi untuk memastikan bahwa: hukum keselamatan yang relevan dan peraturan terpenuhi bangunan, ruang, peralatan dan perlu untuk persediaan jasa menyatakan disediakan dan fasilitas dan peralatan yang diperiksa, diuji, dan dipelihara diperbarui atau diganti secara terencana dan cara sistematis. 4.7 Standar tersebut mengharuskan kesehatan organisasi untuk melakukan klinis penilaian risiko untuk menjaga pasien / pengguna jasa dari yang tidak diinginkan akibat perawatan / pengobatan. Penilaian risiko dapat diperlukan meliputi: a) obat manajemen, meliputi isu-isu seperti pasien / pengguna jasa alergi dan resistensi antibiotik; b) peralatan risiko, misalnya kebakaran / cedera risiko dari penggunaan laser; c) risiko akibat jangka panjang kondisi. Standar tersebut mengharuskan kesehatan organisasi untuk memiliki direncanakan dan sistematis program untuk mencegah dan mengendalikan infeksi yang termasuk setidaknya mencuci tangan dan Persyaratan pembersihan. Persyaratan lain dapat mencakup, sebagai sesuai dengan perawatan atau pelayanan disediakan:

a) struktur dan sumber daya b) penggunaan isolasi dan pencegahan teknik c) penggunaan antibiotik d) sterilisasi kegiatan e) pemantauan f) pengumpulan, analisis dan penggunaan Infeksi acara Data g) pelaporan h) Staf pendidikan. 4.9 Standar memberikan pedoman untuk membantu organisasi untuk mengelola masalah pasien / pelayanan keselamatan pengguna relevan dengan sektor perawatan, termasuk setiap daerah keselamatan yang tepat prioritas dari Patient Safety WHO global inisiatif. Untuk layanan akut dan lain-lain di mana berlaku, hal ini akan mencakup standar meliputi proses untuk: a) pengelolaan yang aman dan penggunaan darah dan produk darah b) hak pasien / kanan / situs yang tepat intervensi c) praktek yang aman sebelum, selama dan setelah operasi, anestesi, moderat / mendalam sedasi dan prosedur invasif d) pengelolaan yang aman obat, termasuk: - Resep / memesan - Transportasi, penyimpanan dan pembuangan - Mencegah, pemantauan dan mendokumentasikan - Segera menanggapi merugikan efek dan kesalahan pengobatan. Standar tersebut mengharuskan pasien / layanan catatan pengguna untuk saat ini, lengkap, akurat dan aman untuk membantu keselamatan dan kelangsungan perawatan dan pengobatan. Dalam kasus kedua elektronik dan catatan hard copy, persyaratan dapat termasuk, sebagai relevan dengan layanan yang disediakan: a) dibaca, tanggal, tepat waktu dan ditandatangani entri b) mengingatkan notasi c) kemajuan catatan, observasi, konsultasi laporan, diagnostik hasil d) semua yang signifikan acara-acara seperti perubahan ke / pasien 'layanan pengguna kondisi dan tanggapan terhadap

pengobatan dan perawatan e) setiap near miss, insiden atau Efek samping f) prosedur untuk kerahasiaan, keamanan dan penyimpanan g) penggunaan hanya diakui singkatan h) prosedur untuk mempertahankan dan menghancurkan catatan. prinsip 5 STANDAR PENGEMBANGAN Standar direncanakan, dirumuskan dan dievaluasi melalui didefinisikan dan proses yang ketat. 5.1 Kebutuhan baru atau direvisi standar dan prioritas yang didirikan dengan mencari pandangan pengguna potensial, profesional, pembeli, penyedia dan pasien / pengguna jasa kelompok dan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dan menggunakan data evaluasi dari penggunaan standar sebelumnya. 5.2 Hubungan dengan standar organisasi dan profesional dan persyaratan peraturan yang dipertimbangkan. Link atau tumpang tindih dengan lainnya standar dapat diidentifikasi untuk membantu penerapan standar dan menghindari duplikasi jika memungkinkan. 5.3 Standar dikembangkan atau direvisi sesuai dengan rencana yang meliputi tujuan, sumber daya dan jangka waktu. Standar didasarkan pada: penelitian yang tersedia saat ini, bukti dan pengalaman diakui secara internasional pedoman rekomendasi dari WHO dan nasional / internasional profesional organisasi dan masukan dari para ahli teknis dan persyaratan hukum. Standar didasarkan pada orang-orang lain organisasi / negara bisa disesuaikan dengan budaya lokal dan kesehatan persyaratan layanan. 5,5 Pemerintah, profesional, pembeli, penyedia dan pengguna jasa kepentingan memiliki kesempatan yang memadai untuk input ke dalam standar pengembangan dan proses revisi

melalui perwakilan langsung dan resmi konsultasi. Peluang bagi yang berminat lainnya pihak untuk berpartisipasi dapat mencakup penerbitan standar draft komentar, seperti posting di internet. 5.6 Ruang lingkup dan tujuan standar yang jelas dalam hal: jenis kesehatan organisasi yang mereka terapkan; apakah mereka dirancang untuk digunakan oleh seluruh organisasi; apa berbagai layanan yang mereka meliputi; alasan standar yang dibutuhkan dan digunakan. Tujuan atau alasan untuk mungkin standar: a) untuk menetapkan tingkat minimal dapat diterima prestasi b) untuk memfasilitasi peningkatan kualitas c) untuk akreditasi atau sertifikasi d) untuk lisensi atau e) untuk kelayakan asuransi. 5.7 Ada kerangka yang jelas untuk standar yang membuat mereka mudah untuk organisasi dan penilai untuk digunakan. Kerangka kerja dapat mencakup: a) standar yang dikelompokkan secara logis, misalnya dengan fungsi atau sistem; b) standar dicap sehingga bahwa konten mereka dapat dengan mudah diidentifikasi; c) sistem penomoran untuk standar dan kriteria mereka atau elemen yang memungkinkan mereka untuk menjadi mudah diidentifikasi; d) Sebuah gambaran yang jelas tentang standar Kerangka dalam dokumentasi diberikan kepada pengguna Kata-kata dari standar jelas dan tidak ambigu. Kata-kata yang jelas dapat dicapai dengan: a) kalimat yang memiliki subjek yang jelas dan benda-benda sehingga jelas apa yang diperlukan atau yang bertanggung jawab; b) kata-kata yang mungkin memiliki lebih dari satu makna atau interpretasi yang jelas, misalnya baik, baik atau memadai; c) suatu proses formal review untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi kata-kata yang ambigu atau tidak jelas; d) bahan yang tersedia untuk membantu

pengguna dalam penafsiran standar. 5,9 Standar diuji / dikemudikan dan dievaluasi oleh penyedia dan penilai sebelum persetujuan untuk memastikan mereka dimengerti, terukur, relevan dan dapat dicapai. 5.10 Standar baru dan revisi yang disetujui oleh pengaturan standar tubuh atau otoritas yang tepat sebelum umum pelaksanaan di sektor ini. 5.11 Ada suatu proses untuk menentukan kondisi di mana standar dapat digunakan oleh independen penilaian organisasi, lainnya daripada tubuh yang mengembangkan standar. Persyaratan meliputi: a) proses yang didokumentasikan; b) ekspektasi yang didefinisikan dan setuju, mis bahwa standar digunakan sebagaimana dimaksud dan bahwa organisasi independen menyediakan umpan balik pada standar dan Hasil dari menggunakan mereka. 5.12 Informasi dan pendidikan diberikan kepada pengguna dan penilai dari standar baru dan revisi untuk memungkinkan interpretasi dan implementasi. 5.13 Parameter, jangka waktu dan setiap transisi pengaturan untuk penerapan standar revisi jelas diidentifikasi dan diikuti. Persyaratan dapat mencakup revisi standar yang dipublikasikan dan didistribusikan kepada pengguna dan penilai di cukup waktu bagi mereka untuk mengembangkan pemahaman tentang standar sebelum tanggal pelaksanaan. Standar memungkinkan konsisten dan transparan rating dan pengukuran prestasi. 6.1 Ada sistem yang transparan untuk Peringkat kinerja organisasi pada setiap kriteria, standar atau elemen. 6.2 Pedoman atau informasi lainnya disediakan untuk membantu penilai untuk menilai secara konsisten dan kesehatan organisasi untuk menilai sendiri kinerja pada standar. Bimbingan dapat diberikan pada bagaimana kriteria atau standar tertimbang atau bagaimana peringkat harus diterapkan di mana

terdapat risiko yang teridentifikasi atau keselamatan masalah. 6.3 Ada metodologi yang ditetapkan untuk mengukur pencapaian keseluruhan dari set standar dalam cara yang konsisten. a) Contoh penerapan metodologi dapat menentukan prestasi termasuk Prestasi pada semua wajib standar, atau semua standar yang dicapai pada tingkat yang ditetapkan, atau tidak standar yang dinilai di bawah didefinisikan tingkat. b) Metodologi ini dapat digunakan oleh organisasi untuk menilai mereka keseluruhan pencapaian standar sebagai bagian dari sebuah selfassessment proses. c) Secara keseluruhan kinerja pada standar dapat digunakan untuk tujuan sertifikasi atau akreditasi, namun proses ini dapat menggunakan kriteria tambahan yang tidak relevan di sini.

Kepuasan kesehatan organisasi dan penilai dengan pengukuran dan penilaian sistem dievaluasi dan hasilnya digunakan untuk membuat perbaikan. Proses dapat mencakup: a) umpan balik pada sistem rating diperoleh setelah penilaian dari organisasi dinilai dan penilai, misalnya -nya kegunaan dan kemudahan penggunaan; b) analisis data umpan balik pada rutin dasar, misalnya per tahun; c) menggunakan data tersebut untuk meningkatkan sistem rating dengan cara yang dapat ditunjukkan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT Komisi Akreditasi Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat KARS adalah lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non-struktural, dan bertanggung jawab kepada Menteri. KARS mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, pembimbingan dan pelatihan serta monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan perkembangan akreditasi rumah sakit secara internasional. KARS dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia dan Komite Akreditasi Nasional dalam melakukan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi dan untuk membina rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu layanannya. (4) Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia mengikutsertakan asosiasi perumahsakitan lainnya.

TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

(PATIENT SAFETY )
DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2008
Badan akreditasi dunia The Joint Commision on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) mensyaratkan tentang kegiatan keselamatan pasien berupa identifikasi dan evaluasi hendaknya dilakukan untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri. Berdasarkan analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan kefarmasian, kejadian obat yang merugikan (adverse drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction) menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien yang memerlukan pendekatan sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian antara kesalahan merupakan hal yang manusiawi (to err is human) dan proses farmakoterapi yang sangat kompleks. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya risiko obat tersebut adalah multifaktor dan multiprofesi yang kompleks; jenis pelayanan medik, banyaknya jenis dan jumlah obat per pasien, faktor lingkungan, beban kerja, kompetensi karyawan, kepemimpinan dan sebagainya.

You might also like