You are on page 1of 8

PAPER FISIKA MEKANIKA TANAH Tanah dan Vegetasi

Nama

Kelompok Asisten

Disusun Oleh : : Anditya Husnul Hasna Dwi Agustina K Amanda A.Ghassani Valentina Purba Muhammad Aldiansyah Billy Abadinur :1 : 1. Vivi veti vania 2.Grafi tungga atmaja

(240110110085) (240110110095) (240110110101) (240110110102) (240110110104) (240110110109)

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

2013 Tanah Tanah adalah akumulasi tumbuhan alam yang bebas dan menduduki sebagian besar lapisan atas permukaan bumi. Ada empat lapisan dari tanah yakni, lapisan tanah atas (topsoil), lapisan tanah bawah (subsoil), lapisan batuan induk terlapuk (regalith) dan lapisan batuan induk (bedrock). 1. Immobilisasi, Mobilisasi, Zat Ion Mineral Immobilisasi adalah perubahan unsur hara dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik yaitu terinkorporasi dalam biomassa organisme dekomposer. Sedangkan mineralisasi terjadi sebaliknya. Kedua kegiatan ini tergantung pada proporsi kadar hara dalam bahan organik. Immobilisasi nitrogen secara netto terjadi bila nisbah antara C dan N bahan organik lebih dari 30, sedangkan mineralisasi netto terjadi bila nisbahnya kurang dari 20. Jika nisbahnya antara 20 hingga 30 maka terjadi kesetimbangan antara mineralisasi dan immobilisasi. Immobilisasi dan mineralisasi tidak hanya terjadi pada unsur nitrogen, tapi juga terjadi pada unsur lain. Pada saat terjadi immobilisasi tanaman akan sulit menyerap hara karena terjadi persaingan dengan dekomposer. Oleh karena itu, pemberian pemberian bahan organik perlu memperhitungkan kandungan hara dalam bahan organik tersebut. Bahan organik yang memiliki nisbah C dan N rendah, lebih cepat menyediakan hara bagi tanaman, sedangkan bila bahan organik memiliki nisbah C dan N yang tinggi akan mengimmobilisasi hara sehingga perlu dikomposkan terlebih dahulu. 2. Mikro dan Makro elemen Makro elemen terdiri dari Nitrogen (N) diperlukan untuk Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar., Oksigen (O) diperlukan untuk Sebagai pembangun bahan organik seperti glukosa utuk fotosintesis, Karbon (C) diperlukan untuk Sebagai pembangun utama bahan organik glukosa, Kalsium (Ca) diperlukan untuk Merangsang pembentukan bulu-bulu akar,Kalium(K) diperlukan untuk Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit. ,Fosfor, Hidrogen,Magnesium(Mg) diperlukan untuk Berperan dalam pembentukan buah,Sulfur(S) diperlukan untuk Mikro elemen terdiri dari Seng (Zn), Mangan (Mn), Nikel (Ni),besi (Fe), Klor (Cl), Molybdenum (Mo), Boron (B), Tembaga (Cu)\

3. Field Capacity (FC) Field Capacity merupakan jumlah air maksimal yang dipegang oleh matriks tanah atau jumlah air maksimal yang tercapai dalam tanah melawan gravitasi.Lebih mudahnya, jika tanah dalam pot disiram air, maka kelebihan air akan menetes ke bawah. Keadaan dimana air tersisa yang masih menempel pada agregat-agregat tanah tersebut disebut kapasitas lapang. Tanaman hanya bisa menyerap air dalam keadaan kapasitas lapang ini. 4. Struktur tanah (bobot volume dan Bobot jenis) Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat. Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan diantara agregat yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya. Agregat tanah sebaiknya mantap dan tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar seperti pukulan butiran air hujan. 5. PH tanah pH di definisikan sebagai kemasamam atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral. Di bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan basa. Asam menurut teori adalah suatu bahan yang cenderung untuk memberi proton (H+) ke beberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang cenderung menerimanya. Pengaruh utama pH di dalam tanah adalah pada ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), Al (Alumunium), Mn (Mangan), B (Boron), Cu (seng). Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktifitas dan dominasi mikroorganisme, dalam hubungannya dengan peoses proses yang sangat erat hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik dan transport gas ke atmosfer.Di bidang pertanian pengukuran pH tanah juga

digunakan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N dan hubungannya dengan dampak lingkungan. Status kimia tanah mempengaruhi proses biologik yaitu pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu proses biologik. langsung pada pertumbuhan akar. Meskipun Keasaman tanah juga masing-masing tanaman mempengaruhi pertumbuhan akar. pH tanah dengan kisaran 5 8 berpengaruh menghendaki kisaran pH tertentu, tetapi kebanyakan tanaman tidak dapat hidup pada pH yang sangat rendah (di bawah 4) dan sangat tinggi (di atas 9). Keasaman tanah juga menentukan kelakuan dari unsur-unsur hara tertentu, karena pH dapat mengendapkan atau membuat unsur hara tersedia (Islami dkk., 1995). pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 57,5.tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung. Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Bunting, 1981). 6. Struktur Tanah Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular. Agregat tanah

Pembentukan Agregat: Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu: 1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro 2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro. Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat 1. Bahan Induk 2. Bahan organik tanah 3. Tanaman 4. Organisme tanah 5. Waktu 6. Iklim Vegetasi 1. Hama dan Penyakit

Tikus Gejala serangan : 1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan. 2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan. 2. Wereng Gejala serangan : 1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang lubang. 2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati. 3. Walang Sangit Gejala serangan : 1. Menghisap butir butir padi yang masih cair. 2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. 3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam hitaman. 4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.

5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. 4. Ulat Gejala serangan : 1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. 2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja. 5. Tungau Gejala serangan : 1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. 2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. 6. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV). Gejala serangan : 1. Penyakit ini menyerang pada tembakau. 2. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar. 7. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora) Gejala serangan : 1. Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. 2. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab. 8. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici) Gejala serangan : 1. Menyerang pada tanaman cabe 2. Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair. 3. Lamakelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris. 4. Kurang Zat Hara Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek

kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada tanaman. Gejala Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman Nitrogen (N) Gejala kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna merah kecoklatan. Pembentukan buah tidak sempurna, kecil-kecil, kekuningan, dan masak sebelum waktunya. Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan pupuk kimia berupa urea (N=46%), ZA (N=21%), KNO3, NPK serta pupuk daun kandungan N tinggi. Fosfor (P) Gejala kekurangan fosfor ditandai dengan warna bagian bawah daun terutama tulang daun merah keunguan, daun melengkung, dan terpelintir (distorsi). Tepi daun, cabang dan batang juga berwarna ungu. Kekurangan unsur ini menyebabkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan. Cara penanganan kekurangan unsur fosfor adalah dengan menambahkan pupuk kimia SP36 (P=36%), NPK, MKP serta pupuk daun kandungan P tinggi. Kalium (K) Gejala kekurangan kalium ditandai dengan mengerutnya daun terutama daun tua meski tidak merata, tepi dan ujung daun menguning yang kemudian menjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak bergerigi dan akhirnya mati. Buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitas jelek dan tidak tahan simpan. Cara penanganan kekurangan unsur kalium adalah dengan menambahkan pupuk kimia KCl (K=52%), NPK, MKP, serta pupuk daun kandungan K tinggi. Sulfur (S) Gejala kekurangan sulfur ditandai dengan warna daun muda memudar (klorosis), berubah menjadi hijau muda, kadang-kadang tampak tidak merata, menguning atau keputih-putihan. Pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus. Cara penanganan kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta pupuk daun yang mengandung unsur S. Kalsium (Ca) Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan pertumbuhan kuncup yang terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah dan merana, tepi daun muda mengalami klorosis, buah muda banyak yang rontok dan masak sebelum waktunya, warna buah kurang sempurna. Cara penanganan kekurangan unsur kalsium adalah dengan menambahkan

kapur dolomite (Ca=38%), kalsium karbonat (Ca=90%), serta pupuk kalsium kandungan Ca 80-99%. Magnesium (Mg) Gejala kekurangan magnesium ditandai dengan daun tua yang semula hijau segar berubah menjadi kekuningan dan tampak pucat. Diantara tulang-tulang daun terjadi klorosis, warna berubah menguning dan terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Cara penanganan kekurangan unsur magnesium adalah dengan menambahkan pupuk kimia kieserite, kapur dolomite (Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg. 5. Unsur Mikro Besi (Fe). Gejala kekurangan besi ditandai dengan warna kuning pada daun-daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran dan mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan kemudian memutih, pertumbuhan tanaman seolah terhenti. Boron (B). Gejala kekurangan boron ditandai dengan tepi daun mengalami klorosis mulai dari bawah daun kemudian mengering dan akhirnya mati. Pada tanaman bercabang, ruas tanaman memendek, batang keropos, pembentukan cabang tumbuh sejajar berdampingan. Tembaga (Cu). Gejala kekurangan tembaga ditandai dengan daun berwarna hijau kebiru-biruan, ujung daun secara tidak merata ditemukan layu, terkadang terjadi klorosis meski jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal membentuk bunga. Mangan (Mn). Gejala kekurangan mangan ditandai dengan pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan atau kemerahan, jaringan daun di beberapa tempat mati, serta biji yang terbentuk tidak sempurna. Seng (Zn). Gejala kekurangan seng ditandai dengan daun tua berwarna kekuningan atau kemerahan, daun berlubang, mengering dan akhirnya mati. Molibedenum (Mo). Gejala kekurangan molibdenum ditandai dengan warna daun memudar, keriput dan mengering, pertumbuhan tanaman seolah terhenti dan akhirnya mati.

You might also like