Professional Documents
Culture Documents
HEMATURIA (Hematuria)
Mohammad Sjaifullah Noer Divisi Nefrologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya
Continuing Education XXXV K or espond e n si : Mohammad Sjaifullah Noer, dr, SpA(K) Divisi Nefrologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo Jl. Mayjen Prof Moestopo 6-8 Surabaya Telp 031-5501693 Fax 031-5501748
A BST R A C T
The de t ec t ion of blood in a child's urine is alarming and oft en prompts many labora tory studi es. H em a turia is one of the most impor t ant signs of r enal or bladde r dis e ase . The physi c ian should ensur e tha t se rious condi t ions ar e not ove rlooked, avoid unnecessary labora tory studi es, r e assur e the f amily, and provide guide lines for addi t ional studi es i f the r e is a change in the child's course . This ar t i c l e provides an approa ch to the evalua t ion and
management of hema turia in a child. Many t ests have been r ecommended for the child wi th
hema turia , but no consensus exists on a syst ema t i c evalua t ion. K eywords : Mi c roscopi es hema turia , ma c roscopi es hema turia
A BST R A K
Adanya darah dalam kemih seorang ana k me rupa k an sua tu pe ringa t an yang pe rlu sege ra di t inda k lanjut i dengan be rbagai peme ri ksaan labora torium. H ema turia me rupa k an salah sa tu ge jala yang paling pent ing dalam penya k i t ginjal dan salurannya . P enanganan harus dla kuk an sec ara ce rma t untuk memast i k an bahwa t ida k ada hal se rius yang t e rl ewa t k an, namun hindar k an me la kuk an peme ri ksaan-peme ri ksaan yang t ida k pe rlu. Jangan lupa untuk
menenangk an orang tua pende ri t a , me l engk api protokol t ambahan yang mungk in dipe rluk an
apabila t e rjadi sesua tu hal pada pende ri t a . Ma k alah ini mengemuk a k an pendek a t an yang harus dila kuk an dalam mengevaluasi dan menangani hema turia pada ana k . Banya k peme ri ksaan yang dianjur k an, namun be lum ada sua tu konsensus yang dapa t dipa k ai sebagai pedoman dalam penanganan ana k dengan hema turia .
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
PE NDA H UL UAN
Darah dalam kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera ditindak lanjuti dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupakan salah satu gejala yang penting pada berbagai penyakit ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih mempunyai arti dalam hal diagnostik dan prognostik penyakit. Pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada hal penting terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu hendaknya dihindarkan. 1 Hematuria sering dijumpai pada kelainan ginjal dan saluran kemih, meskipun prevalensi hematuria mikroskopik asimtomatik pada anak sekolah hanyalah sebesar 0.5 1.6%.2, 3 Hematuria dapat merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius sehingga oleh karenanya sangat penting untuk dipastikan adanya sel darah merah dalam kemih serta ditentukan tingkat keparahan dan persistensinya. Penanganan anak dengan hematuria yang disertai proteinuria atau penurunan fungsi ginjal tidak banyak diperdebatkan, tetapi penanganan anak dengan isolated hematuria merupakan hal yang masih selalu menjadi perdebatan.4 Hematutria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti misalnya: sebagai bagian dari suatu episode hematuria makroskopik, sebagai gejala dari infeksi saluran kemih atau sebagai gejala lain yang secara kebetulan dijumpai pada saat pemeriksaan rutin. Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peran penting dalam menegakkan diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab atau gejala-gejala spesifik saluran kemih seperti misalnya disuria, ngompol lagi, sering kencing, maka diagnosis kemungkinan besar infeksi saluran kemih. Kolik daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria, kemungkinannya adalah batu ginjal atau ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir waktu kencing. Adanya nyeri telan atau radang tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria, maka kemungkinan terbesar adalah glomerulonefritis pasca streptokokus. Bila ada riwayat ruam kulit, terutama bila terjadi Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Continuing Education XXXV ruam kupu di daerah wajah, mungkin itu suatu lupus eritematosus sistemik, atau bila ruam berbentuk purpura maka kemungkinannya adalah purpura Henoch Schnlein.5 Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya riwayat adanya trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama pada keluarga laki-laki sangat mungkin satu sindrom Alport. Demikian pula adanya riwayat penyakit ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga.5 Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakkan diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genitalia, atau adanya ruam kulit atau nyeri sendi akan dapat membantu menegakkan diagnosis.5
D E F I N ISI
Hematuria adalah suatu terminologi medik yang menjelaskan adanya darah dalam kemih. Hematuria makroskopis atau gross dapat terlihat secara kasat mata, sedangkan hematuria mikroskopik hanya dapat dideteksi dengan uji dipstick yang dipastikan dengan pemeriksaan mikroskop sedimen urin. Penanganan anak dengan hematuria gross berbeda dengan penanganan pada anak dengan hematuria mikroskopik. Warna urin dari hematuria gross yang berasal dari glomerulus berwarna coklat, teh, atau coca-cola, sedangkan hematuria gross yang berasal dari saluran kemih bawah (kandung kemih atau urethra kemih) berwarna lebih muda. Insiden hematuria gross pada anak yang datang ke gawat darurat berkisar 1.3 per 1.000.6 Diagnosis hematuria mikroskopis ditegakkan apabila didapatkan lebih dari 5 sel darah merah per lapang pandang besar. Hematuria hampir selalu merupakan masalah medik yang lebih memerlukan penanaganan oleh sepesialis penyakit ginjal dibandingkan spesialis bedah urologi. Adanya hematuria harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan sedimen urin secara mikroskop, oleh karena banyak penyebab lain selain darah yang dapat menimbulkan kemih berwarna merah atau coklat dan memberikan uji dipstick yang positif palsu.
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
C au ses
Red blood cells, free hemoglobin, myoglobin, porphyrins Benzene, chloroquine, deferoxamine, phenazopyridine, phenolphthalein Beets, blackberries, rifampin, red dyes in food Urates
Dikutip dari: Pradhan M, Kaplan BS. Evaluation of hematuria. Dalam: Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric nephrology and urology: the requisites in pediatrics. Philadelphia: Mosby, 2004. h. 95-102.7
D I A G N OSIS
Hematuria mikroskopik bermakna ditegakkan apabila paling sedikit dalam 3 kali pemeriksaan urinalisis dalam kurun waktu 2-3 minggu menunjukkan adanya 5 atau lebih sel darah merah per lapang pandang besar. Uji dipstick merupakan uji tapis yang sensitif untuk memastikan adanya darah dalam urin. Dipstick terdiri dari secarik kertas yang diisi dengan
hydrope roxide
dan
t e t rame thylbenzidine .
P e roxidase-li ke
a c t ivi ty
dari
hemoglobin
mengkatalisis suatu reaksi yang menimbulkan warna biru hijau. Uji tersebut mampu mendeteksi sel darah merah intak, f r ee hemoglobin, dan mioglobin. Uji tersebut dapat mendeteksi free hemoglobin minimal 150 g/l, ekivalen dengan 5-20 sel darah merah intak per mm3 urin. Positif palsu terjadi apabila urin tercemar dengan sabun pemutih pembersih tabung penampung urin. Negatif palsu terjadi apabila urin mempunyai berat jenis yang tinggi atau mengandung asam askorbat dalam kadar yang tinggi. Sampel urin yang uji dipsticknya positif sebaiknya selalu dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskop, untuk melengkapi informasi tentang jumlah eritrosit, adanya sel-sel lain, torak, kristal dan bakteri.
Ame ri c an A c ademy of P edia t ri cs menganjurkan uji tapis urinalisis pada anak-anak pada
saat masuk sekolah (usia 4-5 tahun) dan sekali pada masa remaja (usia 11-21 tahun).8 Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
L O K A L ISASI
Darah dapat berasal dari berbagai bagian ginjal, yaitu glomerulus, tubulus, dan interstitium, atau dari saluran kemih, kandung kemih, dan urethra.9 Sel darah merah terlepas dari kapiler glomerulus melalui celah-celah dinding kapiler yang tidak dapat terlihat walaupun dengan pemeriksaan mikroskop elektron. Proteinuria, torak ertrosit, dan eritrosit yang mengalami deformitas dalam urine biasanya menyertai hematuria yang berasal dari kerusakan glomerulus. Papila renalis dapat rusak oleh mikrotrombi dan/atau anoksia pada pasien dengan hemoglobinopati atau toksin.10 Pasien dengan kelainan parenkim ginjal dapat menunjukkan adanya hematuria mikroskopik atau makroskopik selama terjadinya infeksi sistemik, atau setelah kegiatan fisik sedang. Hal tersebut sebagai akibat respon hemodinamik ginjal terhadap aktivitas fisik atau demam. Hal tersebut penting untuk membedakan antara penyebab hematuria glomerulus atau non-glomerulus agar dapat membatasi kemungkinan diagnosis dan mengarahkan pemeriksaan yang lebih terfokus.11 Dalam menangani anak-anak dengan hematuria hendaklah selalu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Tidak semua anak dengan hematuria membutuhkan pemeriksaan yang sama. Satu-satunya pemeriksaan laboratorium yang sama untuk semua anak dengan berbagai gejala hematuria hanyalah pemeriksanan urinalisis dengan pemeriksaan mikroskop. Pemeriksaan lainnya tergantung dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan kelainan urinalisis. Sebagian besar kasus-kasus hematuria memerlukan penanganan oleh spesialis nefrologi anak. Rujukan kepada spesialis bedah urolologi lebih terbatas, termasuk diantaranya adalah batu yang berdiameter lebih dari 5 mm yang tidak bisa keluar sendiri, trauma ginjal, kelainan anatomi, atau hematuria gross yang berasal dari saluran kemih.11
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
No Edema, fever, pharyngitis, rash, arthralgias No Deafness in Alport syndrome, renal failure Often present May be present No Lupus erythematosus, Henoch-Schnlein purpura Brown, tea, cola Often present Yes Yes No
Urethritis, cystitis Fever with urinary tract infections. Severe pain with calculi. Yes Usually negative May be positive with calculi Unlikely No Important with Wilms polycystic kidneys No
tumor,
Dikutip dari: Pradhan M, Kaplan BS. Evaluation of hematuria. Dalam: Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric nephrology and urology: the requisites in pediatrics. Philadelphia: Mosby, 2004. h. 95-102.7
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
D I A G N OSIS B A N D I N G
Berbagai penyebab hematuria pada anak dapat dilhat pada tabel dibawah ini. T ab e l 3. C au ses of H e maturia in C hildr e n
G lom e rular dise a se IgA nephropathy, benign familial hematuria (BFH), Alport syndrome Acute post-streptococcal glomerulonephritis (APSGN), membranoproliferative glomerulonephritis Systemic lupus erythematosus, membranous nephropathy Rapidly progressive glomerulonephritis, Goodpastures disease Henoch-Schnlein purpura, hemolytic-uremic syndrome Inf ec tion Bacterial, viral (adenovirus), tuberculosis Hematologic Sickle cell disease, coagulopathies (von Willebrands disease) Renal vein thrombosis, thrombocytopenia N e phrolithia si s and hyp e r c al c iuria Stru c tural abnormaliti es Congenital anomalies, polycystic kidney disease, vascular anomalies (arteriovenous malformations, hemangiomas) T rauma T umor s M e di c ations Penicillin, aminoglycosides, anticonvulsants, diuretics, coumarin, aspirin Amitryptiline, cyclophosphamide, chlorpromazine, thorazine
Dikutip dari: Pradhan M, Kaplan BS. Evaluation of hematuria. Dalam: Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric nephrology and urology: the requisites in pediatrics. Philadelphia: Mosby, 2004. h. 95-102.7
membranes.
B enign F amilial H ema turia bisa terjadi secara autosomal resesif, autosomal dominan atau
sporadik. Biasanya B enign F amilial H ema turia terdeteksi pada saat pemeriksaan urin rutin.
1st to 9th year : 100 to 340 nm Over 9th year : 190 to 440 nm Thinner in female than male Local normal range should be established
Dikutip dari: Pradhan M, Kaplan BS. Evaluation of hematuria. Dalam: Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric nephrology and urology: the requisites in pediatrics. Philadelphia: Mosby, 2004. h. 95-102.7
alpha 5 st rand of type IV collagen yang berakibat suatu abnormalitas pada membaran basal
glomerulus. Sindrom Alport biasanya terjadi pada masa akan-anak dengan gejala hematuria gross atau mikroskopik. Episode hematuria biasanya timbul setelah infeksi saluran napas atas. N e fritis int e r stitial Berbagai penyebab nefritis interstitialis dapat dilihat pada tabel berikut. Gejala khas berupa lelah, malaise, dan nyeri pinggang. Jumlah kemih bisa meningkat, menurun atau normal. Urinalisis dapat menunjukkan hematuria, proteinuria ringan, piuria dengan torak leukosit den eosinofil. Nefritis interstitialis tidak pernah berupa i sola t ed hema turia atau hematuria gross. T ab e l 5. Common C au s es of A c ut e Int e r stitial N e phriti s
Medications Infections Non-steroidal anti-inflammatory agents, antibiotics, rifampin Epstein-Barr virus (EBV), cytomegalovirus (CMV), bacterial associated, myobacterial
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Dikutip dari: Pradhan M, Kaplan BS. Evaluation of hematuria. Dalam: Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric nephrology and urology: the requisites in pediatrics. Philadelphia: Mosby, 2004. h. 95-102.7
Inf e k si Infeksi saluran kemih paling sering menimbulkan hematuria gross, tetapi jarang menimbulkan isola t ed mi c rohema turia. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri menunjukkan gejala-gejala berupa demam, nyeri pinggang atau nyeri perut, dan gejala-gejala disuria,
hematuria gross. K e lainan h e matologi Pasien dengan si ck l e ce ll di se ase atau t rai t menunjukkan gejala hematuria gross tanpa nyeri. Hematuria biasanya berulang, dan biasanya berasal dari ginjal kiri. Kadang-kadang berupa mikrohematuria asimtomatik. Koagulopati dan trombositopenia jarang menimbulkan hematuria gross. Kelainan koagulopati perlu dicurigai apabila tidak ditemukan penyebab lain terjadinya hematuria gross asimtomatik, pasien dengan adanya riwayat perdarahan dalam keluarga dan riwayat adanya memar atau perdarahan ditempat lain. N e frolithiasi s / H ip e r kal siuria Gejala nefrolitiasis bervariasi dengan kombinasi kolik ginjal, hematuria gross, mikrohematuria asimtomatik, atau ditemukan secara kebetulan pada waktu pencitraan. K e lainan struktural / massa Hematuria gross dapat terjadi pada trauma minor pada pasien dengan kista ginjal atau hidronefrosis akibat obstruksi pada daerah ur e t e rope lvi c junc t ion. A nomali vas kul e r Trombosis vena renalis jarang menunjukkan gejala hematuria gross, tetapi trombosis vena renalis merupakan penyebab penting terjadinya hematuria pada masa neonatus.
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Continuing Education XXXV Malformasi arteriovenous saluran kemih dan hemangioma jarang menyebabkan hematuria gross episodik. Sangat sulit didiagnosis, walaupun dengan sitoskopi dan angiografi renal.
Loin Pain-H ema t uria Syndrom e Loin Pain-H ema turia Syndrome adalah suatu episode nyeri pinggang berulang yang
disertai hematuria dimana dalam pemeriksaan tidak menunjukkan kelainan patologi yang berarti dibandingkan keluhan dan gejalanya. Rasa nyeri dapat unilateral atau bilateral, dan hematuria dapat gross atau mikroskopik. Nyeri biasanya menjalar ke daerah perut atau ke daerah pangkal paha. Paling banyak dijumpai pada wanita muda berusia antara 20-40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada anak-anak besar. Semua pemeriksaan laboratorium dan pencitraan normal. Gambaran patologi ginjal tidak spesifik, menujukkan kelainan ringan dari proliferasi mesangial sampai fibrosis interstitialis dan mikroaneurisma. Diagnosis loin pain-
hema turia syndrom ditegakkan apabila tidak ditemukan kelainan lain, dan pasien tidak
menunjukkan adanya infeksi, malignansi, nefrolitiasis, hiperkalsiuria, dan trauma. Demikian pula sistem genitourinarinya normal. Diagnosis banding termasuk uropati obstruktif, ISK, calculi, tumor, glomerulonefritis, trombosis vena renalis, hiperkalsiuria, dan medullary sponge kidney. Angiografi renal menunjukkan beragam kelainan, seperti misalnya be ading, tur tuosi ty,
cor t i c al inf ar c ts, dan mikroaneurisma. Kelainan anatomik dimana vena renalis sinistra yang
terjepit antara aorta dan arteri mesenterika superior biasanya menunjukkan gejala loin pain (nut c ra cke r syndrome). Banyak pasien menunjukkan gejala psikologik atau psikopatologik, sehingga dalam pemeriksaan hendaklah dicari riwayat psikiatri secara detil, persepsi pasien tentang nyeri, dan lingkungan psikososial. Nyeri dapat hebat, sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap analgesik. Terapi utama adalah simtomatik dengan terapi analgesik. Autotransplantasi atau denervasi ginjal pernah dilakukan dengan hasil yang bervariasi. K e lainan urologik Stenosis meatal dapat merupakan penyebab hematuria gross maupun mikroskopik, terutama pada periode neonatus. Polip kandung kemih atau ulserasi jarang menyebabkan hematuria pada anak. Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
U r e thror rhagia Anak laki-laki yang mengalami bercak perdarahan pada celana dalamnya sering menimbulkan kekhawatiran yang sangat pada keluarga, biasanya adalah urethrorrhagi. Usia rata-rata biasanya pada sekitar umur 10 tahun. Gejala termasuk terminal hematuria pada 100% dan disuria pada 29.6% kasus. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan normal pada semua pasien, kecuali hematuria mikroskopik sebanyak 57%. Cystourethroscopy menunjukkan inflamasi bulbar urethra tanpa striktur. Resolusi komplit terjadi pada separuh pasien pada 6 bulan, 71% pada 1 tahun, dan 91.7% seluruhnya. Rata-rata durasi gejala berlangsung selama 10 bulan (2 minggu sampai 38 bulan), tetapi kelainan dan menetap selama kurang lebih 2 tahun. Terapi cukup secara simtomatik. Evaluasi pencitraan rutin, laboratorium dan sistoskopi tidak diperlukan dalam evaluasi urethrorrhagia. Sistoskopi sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan striktur urethra. L atihan fi sik Latihan fisik yang berat dapat menimbulkan hematuria gross. Mikrohematuria dapat juga timbul pada latihan fisik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan urine 48 jam setelah pasien selesai melakukan latihan fisik. Mikrohematuria juga sering dialami wanita muda pada awal menstruasinya.
H E M A T U R I A G R OSS
Hematuria gross merupakan gejala tanda bahaya (alarm) bagi anak dan orang tuanya yang membutuhkan evaluasi yang cepat. Urinalisis harus segera dikerjakan untuk memastikan Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Continuing Education XXXV adanya eritrosit dan mencari adanya torak dan kristal. Kadang-kadang Schistosoma haematobium terdiagnosis dengan ditemukannya ova dalam urin pada anak dengan hematuria gross yang tak dapat diterangkan.12 Penyebab hematuria gross pada anak yang berasal dari glomerulus adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus dan nefropati IgA. Anamnesis yang teliti harus dilakukan untuk menemukan penyebab hematuria. Riwayat adanya nyeri tenggorok, pyoderma atau impetigo, proteinuria, sembab, hipertensi, dan torak mendukung diagnosis glomerulonefritis. Bila titer ASO dan uji Streptozyme, dan kadar komplemen C3 serum dilakukan akan dapat memastikan diagnosis. Bila pemeriksaan tersebut tidak dilakukan, harus dibuat diagnosis banding. Nefropati IgA dapat menyebabkan hematuria gross berulang, dan penyakit ini didahului oleh infeksi saluran napas atas dan bahkan disertai nyeri perut atau nyeri pinggang. Demam, disuria, nyeri pinggang dangan atau tanpa gejala muntah mungkin suatu ISK. Hal ini merupakan penyebab terbanyak hematuria gross pada anak yang datang ke IRD. CTScan abdomen dan pelvis perlu segera dilakukan bila ada riwayat trauma abdomen, dan pasien segera dirujuk kepada spesialis urologi. Riwayat keluarga adanya batu ginjal atau kolik ginjal hebat dengan hematuria gross sangat mungkin suatu batu saluran kemih. Hiperkalsiuria dapat menyebabkan hematuria gross berulang atau hematuria mikroskopik tanpa adanya gambaran batu pada pencitraan. Untuk mencari sumber perdarahan, sistoskopi paling tepat dilakukan pada saat terjadi perdarahan aktif. Wanita muda yang mengalami hematuria gross berulang perlu diselidiki adanya riwayat child abuse, atau adanya benda asing yang masuk kedalam vagina. Daerah genitalia harus diperiksa apakah ada tanda-tanda trauma. Bila tidak ditemukan eritrosit dalam urin, tetapi uji dipstick positif untuk darah, kemungkinannya adalah hemoglobinuria dan mioglobinuria.
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
H E M A T U R I A M I K R OS K O PI K
I sola t ed Mi c roh ema t uria
Isola t ed mi c rohema turia , tanpa adanya kelainan pada anamnesis atau permeriksaan
fisik, sering ditemukan pada pemeriksaan urine rutin. Urinalisis hendaknya diulang 2 atau 3 kali dalam beberapa bulan (tanpa didahului oleh latihan fisik) sebelum memulai pemeriksaan berikutnya. Bila hematuria mikroskopik menetap, harus dibuat anamnesis yang teliti tentang pemakaian obat-obatan, riwayat dalam keluarga adanya hematuria, ketulian, gagal ginjal, batu saluran kemih, riwayat adanya si ck l e ce ll di se as e atau t rai t. Urin orang tua hendaknya juga Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Continuing Education XXXV diperiksa untuk mencari adanya hematuria.13, 14 Apabila semua penyelidikan dan pemeriksaan tidak menunjukkan kelainan, orang tua hendaknya ditenangkan dan pemeriksaan lanjutan seperti misalnya ultrasonografi ginjal dan sistoskopi sebaiknya dihindarkan.15 Selanjutnya anak dapat dire-evaluasi setiap tahun melalui pemeriksaan urinalisis, dan pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan apabila sewaktu-watu terjadi perkembangan baru. Uji untuk hematuria mikroskopik masih terus dikembangkan termasuk pada dewasa.
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
D A F T AR PUST A K A
1. 2.
Meyers KE. Evaluation of hematuria in children. Urol Clin North Am 2004; 31(3):55973. Vehaskari VM, Rapola J, Koskimies O, Savilahti E, Vilska J, Hallman N. Microscopic haematuria in schoolchildren: epidemiology and clinicopathologic evaluation. J Pediatr 1979; 95:676-84. Dodge WF, West EF, Smith EH, Bunce H. Proteinuria and hematuria in schoolchildren: epidemiology and early natural history. J Pediatr 1976; 88:327-47. Parvex P, Cachat F, Girardin E. Hematuria and proteinuria in childhood. Rev Med Suisse 2005; 1(7):481-2, 484-5. Milford DV, Robson AM. The child with abnormal urinalysis, haematuria and/or proteinuria. Dalam: Webb NJA, Postlethwaite RJ, penyunting. Clinical Paediatric Nephrology. Oxford: Oxford University Press, 2003. h. 1-27. Ingelfinger JR, Davis AE, Grupe WE. Frequency and etiology of gross hematuria in a general pediatric setting. Pediatrics 1977; 59:557-61. Pradhan M, Kaplan BS. Evaluation of hematuria. Dalam: Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric nephrology and urology: the requisites in pediatrics. Philadelphia: Mosby, 2004. h. 95-102. American Academy of Pediatrics:Committee on Practice and Ambulatory Medicine. Recommedations for preventive pediatric health care. Pediatrics 1995; 96:373-74. Feld LG, Waz WR, Perez LM, Joseph DB. Hematuria. Pediatr Clin North Am 1997; 44: 1191-210.
3. 4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. Northway JD. Hematuria in children. J Pediatr 1971; 78:381-96. 11. Patel HP, Bissler JJ. Hematuria in children. Pediatr Clin North Am 2001; 48(6):1519-37. 12. Kaplan BS, Meyers K. Images in clinical medicine. Schistosoma haematobium. N Engl J Med 2000; 343(15):1085. 13. Stapleton FB, Roy S, Noe N, Jerkins G. Hypercalciuria in children with hematuria. N Engl J Med 1984; 310:1345-48. 14. Stapleton FB. Hematuria associated with hypercalciuria and hyperuricosuria: a practical approach. Pediatr Nephrol 1994; 8:756-61. 15. Feld LG, Meyers KEC, Kaplan BS, Stapleton FB. Limited evaluation of microscopic hematuria in pediatrics. Pediatrics 1998; 102:E42.
Tatalaksana Hematuria
M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)