You are on page 1of 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pekanbaru merupakan suatu daerah dataran rendah yang cukup banyak
ditumbuhi oleh rumput gajah terutama didaerah pedesaannya, rumput gajah merupakan
suatu tumbuhan sangat disukai oleh pakanternak, selain disukai oleh pakan ternak juga
baik bagi kesehatan ternak karena kandungan air dan vitaminnya cukup banyak.
Rumput gajah merupakan jenis rumput yang memiliki tekstur keras sehingga cukup
sulit untuk dicernah oleh hewan-hewan yang memiliki ukuran sedang seperti kambing,
domba,dll.
Untuk menanggulangi masalah itu maka dirancanglah suatu alat mesin pencacah
rumput gajah untuk pakan ternak sehingga rumput tersebut dapat dikonsumsi oleh
hewan tersebut sehingga kebutuhan nutrisi hewan tersebut dapat dicukupi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari perancangan mesin pencacah rumput gajah ini yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Memebuat gambar design mesin pencacah rumput gajah.
2. Merancang mesin pencacah rumput gajah beserta elemen-elemen mesin
pendukung lainnya.

1.3 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai pada perancangan mesin pencacah rumput gajah ini
yaitu :
1. Hasil design dan perancangan dapat diaplikasikan pada masyarakat.
2. Mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah tugas akhir dapat mengambil
judul ini sebagai salah satu pertimbangan menjadi judul tugas akhirnya.


2

1.4 Batasan Masalah
Pada laporan perancangan mesin pencacah rumput gajah ini penulis membuat
batasan tentang perancangan elemen mesin untuk mesin pencacah rumput gajah saja.

1.5 Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan yang diterapkan dalam pembuatan laporan ini yaitu sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Batasan
Masalah, dan Sistematika Penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan tentang tinjauan pustaka dan literature pendukung untuk
Perancangan Mesin Pencacah Rumput Gajah.

BAB III METODE
Pada bab ini berisikan tentang prinsip kerja, diagram alir perancangan, dan
parameter-parameter rumus yang duhitung.

BAB IV HASIL
Pada bab ini berisikan tentang perhitungan dan tampilan gambar teknik elemen
mesin yang telah dirancang dan dibuat.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari
proses Perancangan Elemen Mesin Pencacah Rumput Gajah.





3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam proses pembuatan
produk. Tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang
mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya (Dharmawan, 1999: 1).
Sehingga sebelum sebuah produk dibuat terlebih dahulu dilakukan proses perancangan
yang nantinya menghasilkan sebuah gambar skets atau gambar sederhana dari produk
yang akan dibuat. Gambar skets yang talah dibuat kemudian digambar kembali dengan
aturan gambar sehingga dapat dimengerti oleh semua orang yang ikut terlibat dalam
proses pembuatan produk tersebut. Gambar hasil perancangan adalah hasil akhir dari
proses perancangan.

2.1 Motor Listrik
Motor listrik berfungsi sebagai sumber penggerak utama poros, seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 2.1.



Gambar 2.1 Motor Listrik (Wardhani, 2011)

Daya motor yang diperlukan dapat ditentukan dengan Persamaan 2.1 (Sularso,
1997).
4

(2.1)
Untuk menghitung momen puntir dan kecepatan sudut, dapat digunakan
Persamaan 2.2 dan Persamaan 2.3 (Sularso, 1997).


atau
(2.2)

(2.3)
Menghitung tegangan geser dapat menggunakan Persamaan 2.4. Untuk momen
inersia polar dapat menggunakan Persamaan 2.5 (Popov, 1976).

(2.4)

(2.5)
Mendapatkan daya yang direncanakan digunakan Persamaan 2.6 (Sularso,
1997).

(2.6)
Untuk menentukan faktor koreksi daya yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel
2.1 (Sularso, 1997).

Tabel 2.1 Fakor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan, f
c







2.2 Poros
Poros adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Poros juga merupakan komponen untuk memindahkan tenaga mekanik dari
salah satu elemen mesin ke elemen mesin lainnya. Dalam hal ini poros akan
Daya yang akan ditransmisikan f
c
Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
1,2-2,0
0,8-1,2
1,0-1,5
5

memindahkan putaran dari motor penggerak melalui suatu pemindah tenaga seperti
sabuk.
Untuk menghitung ukuran poros, perlu diketahui berapa besarnya daya yang
akan dipindahkan dan putaran pada saat daya itu dipindahkan.
1. Jenis-jenis Poros (Sularso, 1997)
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut perbedaannya:
a. Poros Transmisi
Poros ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur, daya yang
ditransmisikan keporos ini melalui kopling, roda gigi, puli, dan sabuk.
b. Poros Spindel
Poros ini relatif pendek dibandingkan dengan poros transmisi, beban utama
poros ini berada pada puntiran.
c. Poros Gandar
Poros gandar merupakan salah satu jenis poros yang dipasang di antara roda-
roda, dimana tidak mendapat beban puntir.
2. Tahapan Perencanaan Poros
Untuk menentukan faktor keamanan bahan poros dapat dilihat pada Tabel 2.2
(Sularso, 1997).

Tabel 2.2 Faktor Keamanan Poros
Factor keamanan Keterangan
Sf
1
6,0
Untuk bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja
paduan
Sf
2
1,3 - 3,0 Poros dibuat alur pasak atau bertangga

Untuk menentukan tegangan izin yang terjadi pada poros dapat digunakan
Persamaan 2.7 (Sularso, 1997).

(2.7)

Nilai kekuatan tarik (

) untuk batang baja karbon untuk konstruksi mesin dan


baja yang difinis dingin untuk poros (Sularso, 1997), dapat dilihat pada Tabel 2.3.

6

Tabel 2.3 Batang Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja yang Difinis Dingin
untuk Poros (Standar JIS)
Standar dan Macam Lambang Perlakuan panas
Kekuatan tarik
(kg/mm
2
)
Keterangan
Baja karbon
konstruksi mesin
(JIS G 4501)
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
Penormalan
48
52
55
58
62
66

Batang baja yang
difinis dingin
S35C-D
S45C-D
S55C-D
Penormalan
53
60
72
Ditarik dingin,
digerinda, dibubut,
atau gabungan antara
hal-hal tersebut

Untuk menghitung diameter izin poros (d
s
) yang dipengaruhi oleh momen puntir
dan momen lentur, menggunakan Persamaan 2.8 (Sularso, 1997).

(2.8)
Untuk menentukan angka faktor koreksi kejut dan lelah untuk momen lentur K
m

dan faktor koreksi kejut dan lelah untuk momen puntir K
t
dapat dilihat dari Tabel 2.4
(Sularso, 1997) berikut ini:

Tabel 2.4 Faktor Koreksi Poros
Faktor Koreksi Keterangan
K
m
1.5 Pembebanan momen lentur yang tetap
1.5 - 2.0 Beban dengan tumbukan ringan
2 - 3 Beban dengan tumbukan berat
K
t
1.0 Jika beban dikenakan secara halus
1.0-1.5 Jika terjadi sedikit kejutan dan tumbukan
1.5-3.0 Jika terjadi kejutan dan tumbukan besar



2.3 Pasak
Pasak merupakan suatu komponen mesin yang berfungsi untuk menetapkan
komponen mesin, seperti roda gigi, puli, pada poros. Berdasarkan letaknya pasak
dibedakan menjadi beberapa bagian di antaranya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2
(Sularso, 1997). Dimensi pasak dapat ditentukan seperti Gambar 2.3 (Sularso, 1997).
7


Gambar 2.2 Jenis-jenis Pasak


Gambar 2.3 Posisi Dan Dimensi Pasak

Jika pada momen puntir poros diketahui T dan diameter poros adalah d
s
, maka
gaya tangensial F pada permukaan poros, dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.4
(Sularso, 1997).
F =
) 2 / (
s
d
T
(2.9)
Berdasarkan Gambar 2.4, gaya geser terjadi pada penampang mendatar b x l
oleh gaya F. Tegangan geser
k
t (kg/mm
2
), yang ditimbulkan dapat dihitung
menggunakan Persamaan 2.10 (Sularso, 1997).
8

k
t =
bl
F
(2.10)


Gambar 2.4 Gaya Geser pada Pasak

Dari tegangan geser yang diizinkan
ka
, panjang pasak l
1
yang diperlukan, dapat
dihitung menggunakan Persamaan 2.11 dan Persamaan 2.12 (Sularso, 1997).
2 1
.sf sf
B
ka
o
t = (2.11)
1
.l b
F
ka
> t (2.12)
Untuk menentukan faktor keamanan bahan pasak dapat dilihat pada Tabel 2.5
(Sularso, 1997). Untuk menentukan ukuran pasak dan alur pasak, dapat dilihat pada
Tabel 2.6.

Tabel 2.5 Faktor Keamanan Pasak
Factor keamanan Keterangan
Sf
1
6,0 Untuk bahan S-C dengan pengaruh masa, dan
baja paduan

Sf
2

1-1,5 Jika beban dikenakan secara perlahan-lahan
1,5-3 Jika dikenakan dengan tumbukan ringan
2-5 Jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan
tumbukan berat





9

Tabel 2.6 Ukuran Pasak dan Alur Pasak

* harus dipilih dari angka-angka berikut sesuai dengan daerah yang bersangkutan dalam tabel.
8, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 25, 28, 32, 36, 40, 45, 50, 56, 63, 70, 80, 90, 100, 110, 125, 140, 160,
180, 200, 220, 250, 280, 320, 360, 400.

2.4 Bantalan
Bantalan merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu poros yang
diberi beban, dengan demikian putaran mesin dapat bergerak dengan baik.
Pada dasarnya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu berdasarkan
arah beban terhadap poros, dan berdasarkan Gerakan Bantalan Terhadap Poros
(Kurniawan, 2011).
1. Berdasarkan Arah Beban Terhadap Poros
a) Bantalan Radial (Beban Putar)
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah sejajar dengan sumbu poros.
Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 2.5.
10



Gambar 2.5 Bantalan Radial / Beban Putar (Kurniawan, 2011)

b) Bantalan Aksial (Beban Tekan)
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus dengan sumbu
poros. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 2.6.



Gambar 2.6 Bantalan Aksial / Beban Tekan (Kurniawan, 2011)

2. Berdasarkan Gerakan Bantalan Terhadap Poros
a) Bantalan luncur (Sliding Contact Bearing)
Untuk jenis yang bantalan luncur mendapat gesekan yang besar dan biasanya
dipasang pada poros engkol dan mampu memikul beban yang besar.
Jenis dan fungsi dari bantalan luncur:
a. Bantalan luncur silinder penuh, digunakan untuk poros-poros yang
ukuran kecil berputar lambat dan beban ringan.
b. Bantalan inside, digunakan untuk poros dengan beban yang sering
berubah, misalkan bantalan poros engkol dari poros-poros presisi.
11

c. Bantalan luncur sebagian, digunakan untuk poros yang berputar
lambat, beban berat tetapi tidak berubah-ubah. Misalkan bantalan
pada mesin-mesin perkakas kepala cekam.
d. Bantalan bukan logam, digunakan untuk leher-leher poros yang
memerlukan pendingin zat cair dan tidak mendapat beban berat. Pada
lapisan juga berfungsi sebagai pelumas, bahan lapisan yang digunakan
yaitu karet, plastik dan ebonit.
e. Bantalan luncur tranlasi, digunakan untuk blok-blok luncur gerak
lurus, seperti blok luncur pada batang torak mesin uap dan blok luncur
pada mesin produksi.

b) Bantalan gelinding (Rolling Contact Bearing/Anti Frictiont)
Pada bantalan ini, terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dan
bagian yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
Bantalan gelinding mendapat gesekan yang kecil dan biasanya dipasang pada
poros lurus dan tidak untuk beban yang besar.
Jenis-jenis bantalan gelinding adalah sebagai berikut ini (Sularso, 1997):
a. Bantalan bola radial alur dalam garis tunggal,
b. Bantalan bola radial magneto,
c. Bantalan bola kontak sudut baris tunggal,
d. Bantalan roda radial alur dalam garis ganda,
e. Bantalan rol silinder baris tunggal,
f. Bantalan rol kerucut baris tunggal,
g. Bantalan rol bulat,
h. Bantalan rol jarum,
i. Bantalan bola aksial satu arah,
j. Bantalan bola aksial dua arah dengan dudukan berbidang bola,
k. Bantalan rol bulat aksial baris tunggal,
Keseluruhannya dapat dilihat pada Gambar 2.9 (Sularso, 1997).
12



Gambar 2.7 Jenis-jenis Bantalan Gelinding

Untuk menghitung beban ekivalen yang terjadi pada bantalan radial dapat
dihitung dengan Persamaan 2.13 (Sularso, 1997).
P = XVFr+ YF
a
(2.13)
Pembebanan cincin luar yang berputar. Nilai-nilai X dan Y terdapat pada Tabel
2.7 (Sularso, 1997).

Tabel 2.7 Faktor-faktor V, X, Y, dan X
0
, Y
0

Jenis Bantalan
Beban
putar
pada
cincin
dalam
Beban
putar
pada
cincin
luar
Baris tunggal Baris ganda
e
Baris tunggal Baris ganda
Fa/VFr>e Fa/VFre Fa/VFr>e
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Bantalan
bola alur
dalam
Fa/C0 =0,014
=0,028
=0,056
=0,084
=0,11
=0,17
=0,38
=0,42
=0,56
1 1,2 0,56 2,30
1,90
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00
1 0 0,56 2,30
1,90
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00
0,19
0,22
0,26
0,28
0,30
0,34
0,38
0,42
0,44
0,6 0,5 0,6 0,5
Bantalan
bola
sudut
=20
o

=25
o
=30
o
=35
o
=40
o
1 1,2 0,43
0,41
0,39
0,37
0,35
1,00
0,87
0,76
0,66
0,57
1

1,09
0,92
0,78
0,66
0,55
0,70
0,67
0,63
0,60
0,57
1,63
1,41
1,24
1,07
0,93
0,57
0,68
0,80
0,95
1,14
0,5 0,42
0,38
0,33
0,29
0,26
1 0,84
0,76
0,66
0,58
0,52
13

Umur nominal L (90% dari jumlah sampel, setelah berputar 1 juta putaran, tidak
akan memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding) dapat ditentukan melaului
Persamaan 2.11 sampai Persamaan 2.13.
Jika C menyatakan beban nominal dinamis spesifik (Tabel 2.8) dan P beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f
n
untuk bantalan bola dapat dihitung
menggunakan Persamaan 2.14 (Sularso, 1997).

Tabel 2.8 Pemilihan Bantalan Radial


f
n
=
3
1
3 , 33
|
.
|

\
|
n
(2.14)
Selanjutnya dapat dihitung juga faktor umur dan umur nominal bantalan bola
dengan menggunakan Persamaan 2.15 dan Persamaan 2.16 (Sularso, 1997).
f
h
= f
n
P
C

(2.15)
L
h
= 500 (f
h
)
3
(2.16)

2.5 Sabuk dan Puli
2.5.1 Sabuk
Sabuk V terbuat dari bahan karet dan mempunyai penampang trapesium, atau
bahan lain seperti tenunan tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk
untuk membawa tarikan yang besar (Gambar 2.8).
14

Sabuk berfungsi sebagai penerus putaran motor terhadap poros yang lain dengan
menghubungkannya melalui puli.


Gambar 2.8 Konstruksi Sabuk V (Sularso, 1997)

Dalam Gambar 2.9, diberikan berbagai proporsi penampang sabuk V yang
umumnya digunakan.

Gambar 2.9 Ukuran Penampang Sabuk V (Sularso, 1997)

Atas dasar daya rencana dan putaran poros penggerak, penampang sabuk V
yang sesuai dapat dipilih dari Gambar 2.10.

15


Gambar 2.10 Diagram Pemilihan Sabuk V (Sularso, 1997)

Dalam merencanakan penggunaan sebuah sabuk, haruslah memperhatikan jenis
sabuk yang akan digunakan dan perhitungan panjang sabuk. Dapat dilihat pada Gambar
2.11, puli penggerak B dan puli yang digerakkan A, dengan diameter nominal d
p
dan D
p

(Sularso, 1997).


Gambar 2.11 Perhitungan Panjang Keliling Sabuk

Jarak sumbu poros C dan panjang sabuk L dapat dinyatakan dengan Persamaan
2.17 sampai Persamaan 2.12.
Rentang nominal jarak sumbu poros (Robert L. Mott, 2004)

) (2.17)
Menentukan panjang keliling sabuk (Robert L. Mott, 2004)
16

(

)
(

(2.18)
Menentukan jarak sumbu poros (Sularso, 1997)

(2.19)
Keterangan : (

) (2.20)



Gambar 2.12 Sudut Kontak Pada Puli (Sularso, 1997)


Pada Gambar 2.12 dapat dilihat sudut kontak yang terjadi pada puli, melalui
persamaan 2.21.
Menentukan sudut kontak (Sularso, 1997)

(2.21)
Kapasitas daya yang diperoleh, harus dikalikan dengan faktor koreksi yang
bersangkutan, K

seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.9 (Sularso, 1997).



Tabel 2.9 Faktor Koreksi


Sudut kontak puli kecil
(
o
)
Faktor koreksi


0,00 180 1,00
0,10 174 0,99
0,20 169 0,97
0,30 163 0,96
0,40 157 0,94
0,50 151 0,93
0,60 145 0,91
0,70 139 0,89
0,80 133 0,87
0,90 127 0,85
1,00 120 0,82
17

1,10 113 0,80
1,20 106 0,77
1,30 99 0,73
1,40 91 0,70
1,50 83 0,65

Menentukan besarnya daya yang akan ditransmisikan (J. E. Shigley, 1989),

) *

)+

+ (2.22)
Besarnya nilai konstanta yang digunakan untuk persamaan nilai daya C
1
, C
2
, C
3

dan C
4
dapat dilihat pada Tabel 2.10. Kemudian besarnya nilai faktor perbandingan
kecepatan yang digunakan untuk persamaan daya K
A
dapat diperoleh pada Tabel 2.11.

Tabel 2.10 Konstanta yang Digunakan untuk Persamaan Nilai Daya (J. E. Shigley,
1989)
Penampang
sabuk
C
1
C
2
C
3
C
4
A
B
C
D
E
0,8542
1,506
2,786
5,922
8,642
1,342
3,520
9,788
34,72
66,32
2,436(10)
-4
4,193(10)
-4

7,460(10)
-4

1,522(10)
-3

2,192(10)
-3
0,1703
0,2931
0,5214
1,064
1,532

Tabel 2.11 Faktor Perbandingan Kecepatan yang Digunakan untuk Persamaan
Daya (J. E. Shigley, 1989)
Batas D/d K
A
1,00 sampai 1,01
1,02 sampai 1,04
1,05 sampai 1,07
1,08 sampai 1,10
1,11 sampai 1,14
1,15 sampai 1,20
1,21 sampai 1,27
1,28 sampai 1,39
1,40 sampai 1,64
diatas 1,64
1,0000
1,0112
1,0226
1,0344
1,0463
1,0586
1,0711
1,0840
1,0972
1,1106

Menentukan jumlah sabuk yang akan digunakan (Sularso, 1997)

(2.23)
18

Menghitung kecepatan sabuk (Sularso, 1997)

(2.24)
Gaya tarikan sabuk tambahan (Tc) akibat gaya sentrifugal

(2.25)
Menghitung gaya tarikan sabuk pada sisi kencang (F
1
)



(2.26)
Menghitung gaya tarikan sabuk pada sisi kendor (F
2
)

(2.27)
Jika tar ikan pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah F
1
dan F
2
maka
besarnya gaya tarikan efektif, F
ef
untuk menggerakkan puli yang digerakkan dapat
menggunakan Persamaan 2.28.

(2.28)

2.5.2 Puli
Puli berfungsi sebagai tempat kedudukan sabuk saat melakukan proses kerja
dalam meneruskan putaran motor. Puli mempunyai diameter yang bermacam-macam
seperti diperlihatkan pada Tabel 2.12 (Sularso, 1997).

Tabel 2.12 Diameter Minimum Puli yang Diizinkan dan Dianjurkan (mm)
Penampang A B C D E
Diameter min. yang diizinkan 65 115 175 300 450
Diameter min. yang dianjurkan 95 145 225 350 300

Kemudian untuk menghitung perbandingan puli dan kecepatan dapat dihitung
dengan Persamaan 2.29 (Sularso, 1997).

(2.29)
Untuk menentukan sifat beberapa bahan dasar sabuk, dpat dilihat dari Tabel
2.13. Tegangan tarik izin sabuk, berdasarkan bahan yang digunakan, dapat dilihat pada
19

Tabel 2.14, kemudian untuk menentukan nilai koefisien gesek bahan sabuk, dapat
menggunakan Tabel 2.15 (J. Stolck, 1996).
Tabel 2.13 Sifat Beberapa Bahan Dasar Sabuk


Tabel 2.14 Tegangan Tarik Izin Sabuk
Bahan

N/mm
2


N/mm
2
,10
-3
.
2
c dari


N/mm
2

f

maks

/detik

maks

/detik
Kulit 2,5...3,3 1 50...70 0,28 2 35
Karet 4...5 1,15 42...50 0,28 5 30
Balata 4...5 1 45...50 0,28 3,5 30
sutera dan rami 5,5...8 1 35...40 0,30 8,5 45
hevaloid (latex) 6 1,15 25 0,50 11,5 -
hevaloid (bahan buatan) 10 1,15 35 0,45 50 -
Extramultus 20 *) *) 0,50 13,5 50

Tabel 2.15 Koefisien Gesek Bahan Sabuk


2.6 Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting. Untuk mencegah
kecelakaan, atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat
20

harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Beberapa
contoh kerusakan pada baut,dapat dilihat pada Gambar 2.13 (Sularso, 1997).


Gambar 2.13 Kerusakan Pada Baut (a) Putus karena tarikan; (b) Putus karena puntiran;
(c) Tergeser; (d) Ulir lumur (dol)

Untuk menghitung diameter minimum baut dapat ditentukan dengan Persamaan
2.30 (Sularso, 1997)
( )
2
1
4 / d
W
A
W
t
t
o = = (2.30)
Pada baut yang mempunyai diameter luar d 3 mm, umumnya besar diameter
inti d
1
= 0,8 d, sehingga (d
1
/d)
2
= 0,64. Jika
a
(kg/mm
2
) adalah tegangan yang
diizinkan, maka:
( )
a t
d
W
o
t
o s
|
.
|

\
|
=
2
. 8 , 0
4
(2.31)
d
64 , 0 .
4
a
W
to
atau
a
W
d
o
2
> (2.32)
Harga
a
tergantung pada macam bahan, yaitu SS, SC, atau SF. Jika difinis
tinggi, faktor keamanan dapat diambil sebesar 6-8, dan jika difinis biasa besarnya 8-10.
Untuk baja liat yang mempunyai kadar karbon 0,2-0,3 %, tegangan yang dizinkan
a
umumnya adalah sebesar 6 kg/mm
2
jika difinis tinggi, dan 4,8 kg/mm
2
jika difinis biasa.



21

BAB III
METODE


3.1 Prinsip Kerja Alat
Mesin penc acah rumput gajah adalah mesin yang digunakan untuk membantu
dalam proses pengolahan rumput gajah menjadi pakan ternak dengan prinsip
pencacahan dengan mata pisau yang berputar cepat. Rumput gajah yang akan dicacah
harus melalui pengolahan mesin ini. Mesin pencacah rumput gajah ini mempunyai
sistem transmisi berupa berupa puli. Gerak putar dari motor bensin ditransmisikan ke
puli 1, kemudian dari puli 1 ditransmisikan ke puli 2 dengan menggunakan belt. Ketika
motor dihidupkan, maka motor akan berputar kemudian putaran ditransmisikan oleh
belt untuk menggerakan poros pisau pencacah. Jika poros pisau pencacah telah berputar
maka rumput gajah siap untuk untuk dimasukan kedalam hopper dan buka pintu masuk
rumput gajah pun akan tercacah halus keluar.

3.2 Diagram Alir Perancangan
Penentuan parameter desain mesin pencacah rumput gajah ini dilakukan tahap
demi tahap. Adapun diagam aliran penentuan parameter desain mesin pencacah rumput
gajah ini dapat dilihat dari Gambar 3.1 Diagram Alir Penentuan Parameter Desain Alat
(Sularso, 1997).
22



Gambar 3.1 Diagram Alir Penentuan Parameter Desain Alat

3.2.1 Perencanaan Daya Motor dan Diameter Poros
Sebelum membuat mesin pencacah rumput gahjah ini, hal utama yang harus
dilakukan adalah mencari daya yang dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar daya
motor tersebut, dan putaran yang dihasilkan, sehingga sesuai dengan yang diinginkan.
Adapun diagram untuk menghitung daya motor tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2.
MULAI
Studi kelayakan
- Mencari literatur
- Bahan yang dipakai dipasaran
harus sesuai dengan kebutuhan
- Harga yang lebih murah
Desain awal
- Bentuk awal blade
- Bentuk Kedudukan alat
- Posisi motor, puli, blade,
bantalan, baut, dan hoffer
- Model pemasanggan semua
bagian alat
Desain akhir
Bentuk dan parameter-parameter
yang telah direncanakan pada tiap-
tiap bagian alat
SELESAI
Proses pembuatan dan perakitan komponen
- Proses pemesinan
- Proses pengelasan

Proses pengujian alat telah
mencapai tujuan yang telah
YA
TIDAK
23


Gambar 3.2 Sub Diagram Aliran Perhitungan Daya Motor

MULAI
SELESAI
1 Daya yang ditransmisikan : P (kW)
Putaran poros : n
1
(rpm)
2 Faktor koreksi f
c
3 Daya rencana : P
d
(kW)
4 Perhitungan momen yang terjadi
pada poros M
5 Bahan Poros, perlakuan panas,
kekuatan tarik
B
(N/mm
2
)
Poros bertangga atau beralur
pasak
6 Tegangan geser yang
diizinkan
a
(N/mm
2
)
7 Faktor koreksi untuk
Momen puntir K
t

Faktor koreksi untuk
momen lenturan K
m
8 Tegangan geser yang diizinkan

a
(N/mm
2
)
9 Diameter poros : d
s
(mm)
Bahan poros, Perlakuan panas
Jari-jari fillet dari poros bertangga
Ukuran pasak dan alur pasak
10 Ukuran poros
disesuaikan dengan
bantalan yang
tersedia
Y
TIDAK
24

1. Kapasitas Mesin
Secara umum mesin pencacah rumput gajah ini dirancang dengan beban
maksimum 10 kg rumput gajah, kapasitas mesin ini disesuaikan dengan
kebutuhan para peternak dalam sekali pemberian pakan ternak per hari. Dengan
beban 10 kg dan putaran 7200 rpm, daya yang bekerja pada pencacah adalah :

Dimana,




Sehingga,




Jadi,



Maka,



Jadi daya motor yang dibutuhkan untuk proses pencacahan rumput gajah sesuai
keriteria diatas yaitu 5 Hp atau lebih dengan putaran poros pisau 3600 rpm.

2. Motor Bensin
Berdasarkan perhitungan daya yang bekerja pada mesin pencacah rumput gajah
maka motor bensin yang digunakan dalam mesin pencacah rumput gajah adalah
25

motor bensin dengan daya 5,5 Hp, dengan alasan pemilihan motor bensin jenis
ini dikarenakan hanya motor bensin jenis ini yang ada banyak dipasaran.

Spesifikasi motor bensin yang digunakan yaitu :
Jenis : Motor bensin single cylinder
Model : AZ160
Daya : 5,5 Hp
Speed : 3600 r/min
Fuel : 3,6 liter
Berat : 15 kg

3. Diameter dan bahan poros yang digunakan
Bahan poros pada mesin pencacah rumput gajah adalah baja ST 37 dengan
kekuatan tarik () = 37 kg/mm
2
. Dalam perencanaan sebuah poros harus
diperhatikan tentang pengaruh-pengaruh yang akan dihadapi oleh poros tersebut.
Adapun pengaruh tersebut diantarannya adalah factor pemakaian dan factor
keamanan. Besarnya tegangan yang diizinkan

(kg/mm
2
) dapat dihitung
dengan :



4. Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada poros
a. Daya motor


b. Faktor koreksi


c. Daya rencana


26



d. Momen puntir rencana




3.2.2 Perencanaan Diameter Puli dan Panjang Sabuk
Dalam pembuatan mesin pencacah rumput gajah ini menggunakan puli dan
sabuk sebagai perantara putaran dari motor yang digunakan. Untuk melakukan
perencanaan seberapa besar diameter puli dan panjang sabuk yang digunakan, dapat
dilihat pada diagram alir Gambar 3.3.

27



Gambar 3.3 Sub Diagram Aliran Perhitungan Sabuk V

3.1.1 Perencanaan Pasak

3.1.2 Perencanaan Bantalan
Bantalan yang digunakan dalam perancangan mesin pencacah rumput gajah ini
merupakan bantalan gelinding dengan jenis bantalan bola radial.
MULAI
SELESAI
10 Penampang sabuk
Panjang keliling L (mm)
Jumlah sabuk N
Jarak sumbu poros C (mm)

1 Putaran motor untuk puli kecil n
2
(rpm)
2 Pemilihan penampang sabuk

5 Kapasitas daya transmisi dari
satu sabuk P
o
(kW)
6 Perhitungan panjang
keliling L (mm)
7 Jarak sumbu poros C (mm)
8


Sudut kontak (
o
)
Faktor koreksi K


9 Jumlah sabuk N
3 Kecepatan linear Sabuk (m/s)
(

)
4


YA
TIDAK

You might also like