You are on page 1of 11

HEMATOPOIESIS Hematopoiesis adalah pembentukan sel-sel darah di dalam tubuh. Dikenal beberapa teori tentang hematopoiesis, yaitu: 1.

TEORI MONOPHYLETIK Menurut teori ini semua sel berasal dari satu sel asal (stemcell) yang bersifat pluri potential yaitu membentuk semua sel-sel darah. 2. TEORI POLYPHYLETIK (SABIN) Menurut teori ini sel-sel darah berasal dari banyak sel asal misalnya: - eritrosit dari erythroblast - granulosit dari myeloblast - monosit dari monoblast - plasmosit dari plasmoblast - trombosit dari megakaryoblast - lymphosit dari lymphoblast

Kedua teori tersebut dianggap benar dan ini dibuktikan oleh Till. Ditemukan pada tikus, koloni sel-sel yang bersifat pluripotential pada sistema lymphatika ditemukan sel asal dari lymphosit. Dengan demikian dibedakan dari sistem cell: CFU cells. CFU (Colony Forming Unit). Cells ini dapat berkembang dan dapat berdiferensiasi sehingga terjadi: - seri eritrosit - seri granulosit - seri monosit - seri thrombosit Sedangkan lymphosit akan berdiferensiasi menjadi: - seri thymosit

- seri lymphosit - plasma sel Hematopoesis dimulai sejak fetus berada dalam kandungan yaitu mulai sejak saat terjadinya saccus vitellinus sebelum terjadi organ-organ yang lain.

Fase-fase hematopoiesis: 1. Fase mesoblastik Sel-sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitellinus. Sel-sel darah di sini masih serupa dan merupakan sel asal. Ini berlangsung pada bulan pertama sampai kedua dalam kandungan. Minggu pertama kehamilan indung telur (yolk-sac) merupakan tempat utama hematopoiesis. Dari enam minggu sampai 6-7 bulan kehidupan janin, hati dan limpa adalah organ-organ utama yang diperlukan dan keduanya terus menghasilkan sel darah sampai sekitar dua minggu setelah lahir. Prosesnya: mula-mula terbentuk pulau-pulau, kemudian dihubungkan dengan pembuluh darah primitif. Sel yang dihasilkan adalah sel eritrosit yang masih berinti dan mengandung Hb embrio. Sebelum hematopoiesis pada yolk-sac berhenti, terjadi migrasi sel induk hematopoiesis ke hati. 2. Fase hepatik Sel-sel darah dibuat di dalam hepar, lien dan sum-sum tulang. Disamping sel asal atau stem cell sudah terjadi diferensiasi menjadi erythroblast, megakaryosit, granulosit, lymposit, monosit dan plasmosit. Ini berlangsung pada waktu fetus berumur 1 bulan sampai dengan 910 bulan. Eritrosit yang dihasilkan sudah tidak berinti tapi ukurannya lebih besar dari eritrosit normal. 3. Fase myeloid Sel-sel darah dibuat oleh sumsum tulang merah dan terus berlangsung sejak fetus berumur

empat bulan sampai orang itu meninggal. Terbentuklah sel-sel dan diferensiasi menjadi bermacam-macam sel darah dari yang muda sampai dengan yang tua setelah bayi dilahirkan, hematopoiesis hanya di dalam sumsum tulang system lymphatica namun demikian dalam keadaan abnormal dapat saja terjadi pada organ-organ lain misalnya lien dan kelenjar getah bening. Pada fase ini, sel induk hemapoiesis migrasi dari hepar dan spleen ke sumsum tulang yang merupakan hemapoiesis yang permanen. Dari sumsum tulang terjadi migrasi sel hemos ke tymus, limfe dan jaringan limfoid lainnya sehingga hemos pada organ-organ tersebut berlangsung terus-menerus. Sel darah yang dihasilkan adalahsemua sel darah yang ada di daerah tepi termasuk darah kapiler dan darah vena. Eritrosit sudah tidak berinti, ukurannya sudah normal dan mengandung HbF dan setelah bayi lahir sampai kurang lebih anak berumur 1 tahun, kemudian diganti dengan HbA (dewasa). Apabila sudah terbentuk HbA sampai sel darah tepi maka tidak ditemukan lagi sel darah muda yang berinti sebab sel darah muda hanya diproduksi di dalam sumsum tulang belakang.
TINJAUAN PUSTAKA
A. LEUKOSIT Fisiologi. Pertahanan tubuh melawan infeksi merupakan peran dari leukosit. Jumlah normal sel darah putih adalah 4000-10000/mm3 . Lima jeis sel darah putih yang telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah netrofil, eisonofil, basofil,monosit dan limfosit. Ketiga jenis pertama adalah granulosit artinya terdapat granula di sitoplasmanya. Sedangkan yang lainnya adalah agrunulosit. Jenis leukosit yang merupakan system pertahanan tubuh yang primer melawan infeksi bakteri adalah neutrofil yakni dengan fagositosis. Eisonofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang tidak dipahami secara jelas, Eisonofil kelihatannya berfungsi pada reaksi antigen antibodi dan meningkat pada serangan asma, reaksi obat-obatan, dan infestasi parasit tertentu. Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan histamin dan trombosit dalam granula granulanya. Kadar basofil meningkat pada gangguan mieloproliferatif. Monosit memiliki fungsi fagosit, membuang sel-sel cidera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme. Sedangkan limfosit dibagi menjadi dua jenis yang berfungsi berbeda yakni limfosit T (bergantung timus, dibentuk di sana, berumur panjang) bertanggungjawab atas respon kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen, sedangkan limfosit B jika dirangsang denagn semestinya berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma yang mnenghasilkan immunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respon kekebalan humoral (Price, S A dan Wilson, L M .2006).

Granulopoiesis dan Lympositosis. Diferensiasi dini sel stem hematopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem commited diperlihatkan dalam gambar 1. Sel- sel stem ini selain membentuk sel darah merah , juga membentuk dua silsilah utama sel darah putih ,silsilah mielositik (pada bagian bawah) yang dimulai dengan mieloblas sedangkan pada bagian atas terdapat silsilah limfositik yang dimulai dengan limfoblas. Granulosit dan monosit hanya dibentuk di dalam sumsum tulang . Limfosit dan sel plasma terutama diproduksi di berbagai jaringan limfogen khususnya di kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dalam tubuh seperti sumsum tulang dan plak paye di bawah epitel dinding usus . Sel darah putih yang dibentuk di sumsum tulang disimpan dalam sumsum sampai diperlukan di sistem sirkulasi. Kemudian bila kebutuhan sel darah putih ini muncul , berbagai macam faktor akan menyebabkan leukosit tersebut dilepaskan. Sedangkan limfosit sebagian besar disimpan disimpan di berbagai area jaringan limfoid, kecuali sejumlah kecil limfosit yang diangkut dalam darah untuk sementara waktu (Guyton dan Hall. 2007).

B. LEUKEMIA Definisi. Leukemia adalah suatu penyakit ganas yang progresif pada organ pembentuk darah, yang ditandai perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit serta prekursornya dalam darah dan sumsum tulang (Dorland, 2006).Pada leukemia biasanya ditandai dengan jumlah sel darah putih yang abnormal yang sangat meningkat dalam sirkulasi darah. Hal ini disebabkan karena produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang bersifat kanker pada sel mielogen atau sel limfogen (Guyton dan Hall. 2007). Klasifikasi. Berdasarkan perjalanan penyakitnya leukemia dibagi menjadi 2 golongan yakni akut dan kronis. Sedangkan berdasarkan sel pembentuknya maka terdapat dua jenis yakni leukemia limfositik dan leukemia mielogenosa(granulositik). Jadi secara umum Leukemia dibagi menjadi Leukemia limfositik kronis(CLL), Leukemia mieloid kronis(CML) , Leukemia limfoblastik akut(ALL) dan leukemia mieloid akut(AML) (Davey, Patrick . 2005). Perbedaan Leukemia akut dan leukemia kronik. Perbedaan secara umum antara leukemia akut dan leukemia kronis adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1. BAB III PEMBAHASAN

Pada kasus skenario ini menunjukkan kepada jenis penyakit sel darah putih yakni leukemia. Hal ini dapat dianalisis dari beberapa hal yakni keluhan, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium. Keluhan pasien yakni lemas, pucat , mudah capai, kadang panas , lalu ada perdarahan lewat hidung

ini merupakan beberapa gejala pada penderita leukemia walaupun memang tidak murni penyakit leukemia saja. Hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan pucat, gizi kesan kurang, papil lidah atrofi,suhu aksiler tinggi ( normal: 36,50 C), takikardia, dan juga konjungtiva yanng pucat serta limfadenopati leher, hepatomegali dan splenomegali ini semakin menunjukkan pada leukemia. Apalagi setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dimana Diman disana ditemukan adanya trias leukemia yakni anemia (Hb 7,5 gr/dL), leukositosis yakni jumlah leukosit melebihi normal dan trombositopenia yakni jumlah trombosit<>.000/mm3. Anemia dan trombositopenia ini disebabkan karena kurangnya produksi sel darah merah dan trombosit. Sebagaiman telah kita ketahui ketiga sel darah ini dibentuk di sumsum tulang , maka ketika leukosit dalam jumlah yang besar tentunya akan mengurangi pembentukan kedua sel yang lain.Kurangnya produksi sel darah merah ini menyebabkan rendahnya nilai Hb sehingga mengganggu transportasi O2 sehingga pasien tampak pucat . Sedangkan perdarahan di hidung disebabkan terganggunya mekanisme hemostasis karena adanya kekurangan produksi trombosit. Setelah kita tahu bahwa pasien menderita leukemia maka selanjutnya adalah menentukan jenis leukemianya. Hal ini penting karena ini diginakan dalam penatalaksanaannya karena setiap jenis leukemia memiliki cara penatalaksanaan yang berbeda beda . Dari skenario diketahui bahwa pasien berusia 42 tahun. Dalam usia ini pasien dapat mengalami leukemia akut maupun kronis . Jika kita melihat dari sisi etiologi maka kebanyakan etiologi leukemia belum diketahui. Hanyasaja ada beberapa faktor pendorong sebagaimana terdapat dalam tabel 1. Jika kita melihat dari salah satu pemeriksaan fisik disana ditemukan adanya limfadenopati leher . Telah diketahui bersama bahwa terjadinya limfadenopati ini merupakan salah satu reaksi yang ditunjukkan oleh sel darah putih dalam menghalau adanay infeksi ataupun virus . berkaitan dari hal ini bisa jadi bahwa leukemia pada skenario ini memiliki faktor pendorong berupa virus. Untuk memastikan dalam mendiagnosis tidak cukup dengan data yang telah ada namun harus dilakukan beberapa test lain yakni berupa pemeriksaan darah tepi , pemeriksaan sumsum tulang, Pemeriksaan Sitogenik maupun Test Identifikasi immunologik . Tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh dokter umum dalam mengatasi kasus seperti ini maka tindakan yang tepat adalah memberikan rujukan kepada dokter spesialis yang berwenang dalam menentukan test test yang telah disebutkan . Jika harus menyebutkan diagnosisnya maka kemungkinan diagnosis yang mendekati adalah leukemia akut karena terjadi pada orang dewasa yang baru dirasakan selama 6 bulan terakhir. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil telaah literatur dan hasil diskusi maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan diagnosis penyakit pasien adalah leukemia akut .

B. SARAN

1. Untuk memastikan diagnosis maka perlu dilakukan test - test berupa pemeriksaan darah tepi , pemeriksaan sumsum tulang, Pemeriksaan Sitogenik maupun Test Identifikasi immunologik .

2. Seharusnya pasien dirujuk .

3. Pasien dapat diberi obat obat simptomatik terlebihdahulu sampai dia ke dokter spesialis

Penyakit Leukemia (Kanker Darah)

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.

Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

Dari klasifikasi ini, maka Leukemia dibagi menjadi empat type sebutan; 1. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anakanak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. 2. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut. 3. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak. 4. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.

Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia. 1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.

2. Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.

3. Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.

4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).

3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.

4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.

5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan

pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.

6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.

7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.

Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis besar penanganan dan pengobatan Leukemia bisa dilakukan dengan cara single ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:

1. Chemotherapy/intrathecal medications 2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan 3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang) 4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik 5. Transfusi sel darah merah atau platelet.

Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita leukemia adalah kombinasi antara Chemotherapy (kemoterapi) dan pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya adalah penanganan terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh penderita dengan monitor yang komprehensive.

You might also like