You are on page 1of 5

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KONSELING KASUS I KONSELING FARMASI KEPADA PASIEN GERIATRI

Disusun Oleh : KELOMPOK VI 1. SYAEFUL BACHRI 2. NURLAILI AGUSTINE 3. FITRI APRILIA JUNAEDI G1F0100 G1F010044 G1F010046

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2013

PRAKTIKUM IV GERIATRI 1. JUDUL KASUS GERIATRI 2. TUJUAN Mampu melakukan konseling kepada pasien geriatri. 3. IDENTIFIKASI MASALAH Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal (Hussar, 1995). Terapi obat yang aman dan efektif akan terjadi apabila pasien diberi informasi yang cukup tentang obat-obat dan penggunaannya (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Pada pemberian informasi obat ini terjadi suatu komunikasi antara apoteker dengan pasien dan merupakan salah satu bentuk implementasi dari Pharmaceutical Care yang dinamakan dengan konseling (Jepson, 1990; Rantucci, 2007). Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya saat ini adalah dengan melakukan konseling pasien. Dengan adanya konseling dapat mengubah pengetahuan dan kepatuhan pasien. Dalam hal ini farmasis harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dengan komunikasi yang efektif untuk memberikan pengertian ataupun pengetahuan tentang obat dan penyakit. Pengetahuan yang dimilikinya diharapkan dapat menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup pasien yang pada akhirnya akan merubah perilakunya serta dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang dijalaninya. Komunikasi antara farmasis dengan pasien disebut konseling, dan ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari Pharmaceutical Care (Siregar, 2006). Konseling ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat (Jepson, 1990; Rantucci, 2007). Salah satu manfaat dari konseling adalah meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun hilangnya produktifitas) dapat ditekan (Schnipper, et al., 2006). Selain itu, pasien memperoleh informasi tambahan mengenai

penyakitnya yang tidak diperolehnya dari dokter karena tidak sempat bertanya, malu bertanya, atau tidak dapat mengungkapkan apa yang ingin ditanyakan (Rantucci, 2007). Pasien yang perlu untuk diberi konseling adalah pasien-pasien yang berkemungkinan untuk tidak patuh terhadap pengobatan seperti pasien yang ditunjuk dokter, pasien dengan penyakit tertentu seperti hipertensi, gagal jantung, pasien geriatri, pasien pediatri, pasien yang keluar dari Rumah Sakit, dan lain-lain (Hussar, 1995). Kasus konseling kali ini adalah berkaitan dengan pasien geriatri (pasien lansia). Konseling atau komunikasi terapeutik yang diterapkan pada pasien geriatri berbeda dengan komunikasi terapeutik pada pasien lainnya. Hal ini disebabkan karena pada pasien lansia sudah terjadi kemunduran berbagai fungsi organ dan tubuh, seperti pendengaran, penglihatan, dan ingatan. Dengan bertambahnya usia juga terjadi perubahan kondisi fisik, baik berkurangnya kekuatan fisik maupun menurunnya kecepatan reaksi yang mengakibatkan gerak-geriknya menjadi lamban. Selain itu, timbulnya multipel penyakit dan rumitnya dalam menentukan regimen pengobatan menyebabkan pasien kesulitan dalam mematuhi proses pengobatan mereka sendiri sehingga diperlukan peran profesi apoteker untuk menangani masalah-masalah tersebut. Selain itu, karakteristik lansia adalah selalu ingin didengarkan. Hal inilah yang menyebabkan konseling pada lansia membutuhkan suatu teknik dan cara tertentu dalam menerapkan komunikasi terapeutik terhadap pasien geriatri (Anonim, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling kepada pasien geriatri adalah sebagai berikut. 1. Secara aktif menawarkan konseling untuk pasien usia lanjut. 2. Pastikan area konseling tenang dan bebas dari gangguan. 3. Jangan berteriak atau meninggikan suara Anda di atas normal kepada yang lebih tua. 4. Luangkan waktu kepada pasien untuk mencerna informasi yang disampaikan, kemudian meminta untuk pakankembali untuk memastikan bahwa informasi itu dipahami. 5. Mendorong kepatuhan terhadap obat. Jangan pernah berasumsi bahwa pasien yakin bahwa mereka membutuhkan obat. Jelaskan manfaat dari pengobatan. 6. Ketika pasien mengalami kesulitan mengekspresikan pikiran atau pernyataan, bantu dengan menyarankan kata-kata, kemudian menanyakannya apakah yang benar atau tidak.

7. Tetap tenang. Berbicaralah dengan suara tenang, rendah dan juga dimodulasi (Power, 2003). 4. PERUMUSAN MASALAH Bapak Ahlan Wasahlan yang berusia 65 tahun mengalami sariawan selama 7 hari yang tidak kunjung sembuh. Sebelumnya Bapak Ahlan mengkonsumsi kerupuk yang keras, yang akhirnya melukai mulutnya. Sariawannya ada di rongga mulut dan merembet di lidah, di ujung rongga mulut. Hal ini sangat mengganggu kegiatan sehari-harinya sebagai pembicara di seminar motivator. Bapak Ahlan meminta apoteker untuk memilihkan obat sariawan yang ampuh sehingga cepat menyembuhkan. Apoteker memberikan informasi mengenai penyakit dan obat-obatan yang dapat mengobati sariawan, meliputi kegunaan, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat, aturan pakai dan keamanan obat tersebut pada pasien lansia, cara penyimpanan, serta menjelaskan tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dipatuhi sehubungan dengan pemakaian obat. Terakhir ditanyakan kepada pasien mengenai pemahaman pasien terhadap penjelasan yang telah dilakukan oleh apoteker. 5. PEMECAHAN MASALAH Pemilihan obat untuk Bapak Ahlan Wasahlan adalah vitamin C dan Albothyl. Vitamin c berguna untuk pengobatan dan pencegahan defisiensi vitamin c, membantu meningkatkan pembekuan darah, untuk sitem imun tubuh pada saat sakit, flu, infeksi, luka. Sedangkan . Albothyl mengandung policresulen (Produk kondensasi dari metaclresolsulfonic acid dan methanal) yang berguna untuk hemostatik lokal, pembersihan dan regenerasi jaringan pada luka bakar, luka, proses inflamasi kronik, lesi dekubitus, ulkus kruris, kondiloma akuminata, stomatitis aftosa. cara menggunakan albothyl yaitu encerkan 10-15 tetes albothyl kedalam 1 gelas air (200 ml). Kumur-kumur selama - 1 menit (dapat menghilangkan kuman-kuman penyebab bau mulut), lalu teteskan albothyl ke kapas atau cottonbud, lalu oleskan pada sariawan hingga meresap. Sedangkan untuk vitamin c diminum 1 tablet (500 mg) perhari setelah makan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk Pasien Geriatri, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Cipolle, RJ., Strand, LM., Morley, PC, 2004, Pharmaceutical Care Practice : The Clinicans Guide (2th Ed), The McGraw Hill Co., New York. Hussar, D.A., 1995, Patient Compliance, in Remington : The Science and Practice of Pharmacy (1796-1807), Volume II, The Philadelphia Collage of Pharmacy and Science, USA. Jepson, M.H., 1990, Patient Compliance and Conselling, Diana M., Aulton, ME. (Editor), Pharmaceutical Practice, Churscill Livingstone, London. Powers, W.D., 2003, Health Notes: Drug Therapy Considerations in Older Adults , California State Board of Pharmacy, California. Rantucci, M.J., 2007, Komunikasi Apoteker-Pasien (Edisi 2), Penerjemah : A. N. Sani. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Schnipper, JL. et al, 2006, Role of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse Drug Events After Hospitalization, Vol 166.565-571, Archives Internal Medicine, USA.

You might also like