You are on page 1of 8

PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI (INFANTICIDE)

Syifa Munawarah*, Taufik Suryadi** *Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ** Bagian/SMF Ilmu Kedokteran dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Unsyiah /RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Pendahuluan Pembunuhan anak sendiri (infanticide) selanjutnya disebut PAS menurut perundangundangan di Indonesia1 yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak.2 Persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak (infanticide), yaitu pelaku adalah ibu kandung dari bayi yang bersangkutan, pembunuhan dilakukan dalam tenggang waktu tertentu dan si ibu dalam keadaan kejiwaaan takut akan ketahuan bahwa ia melahirkan anak.3 Suatu pembunuhan yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak (infanticide), melainkan suatu pembunuhan biasa. 2 Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun). 4 Dasar Hukum menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)1, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang, yang terkait masalah pembunuhan anak sendiri yaitu pasal 341, 342 dan 343. Adapun bunyi pasal-pasal tersebut yaitu: Pasal 341: Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 342: Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun. Pasal 343: Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.

Pemeriksaan Kedokteran Forensik Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak sendiri atau yang diduga kasus pembunuhan anak sendiri ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:3 1. Berapa umur bayi dalam kandungan? Apakah anak yang dilahirkan cukup bulan dalam kandungan? 2. Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat dilahirkan? 3. Bila bayi hidup, berapa umur bayi sesudah lahir? 4. Apakah bayi sudah pernah dirawat? 5. Apakah penyebab kematian bayi? Untuk menjawab kelima hal di atas, diperlukan pemeriksaan yang lengkap, yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (autopsy) pada tubuh bayi serta bila perlu melakukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan mikroskopis pada jaringan paru (Patologi anatomi) dan pemeriksaan tes apung paru.3 1. Berapa Umur Bayi dalam Kandungan? Apakah anak yang dilahirkan cukup bulan dalam kandungan? Umur bayi harus ditentukan untuk memastikan kasus yang dihadapi apakah digolongkan abortus, pembunuhan anak sendiri atau pembunuhan biasa pada anak.5 Umur bayi yang diperiksa harus dipastikan dengan berbagai pendekatan seperti panjang bayi, berat badan, lingkar kepala, dan pusat penulangan.3 Panjang badan diukur dari tumit hingga vertex (puncak kepala). Infanticide, bila umur janin 7 bulan dalam kandungan oleh karena pada umur ini janin telah dapat hidup di luar kandungan secara alami tanpa bantuan peralatan. Umur janin dibawah 7 bulan termasuk kasus abortus. Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan, ada rumus empiris yang dikemukakan oleh De Haas, yaitu menentukan umur bayi dari panjang badan bayi:3,6 Panjang Badan (cm) dibagi 5, umur bayi sebaiknya dinyatakan dalam minggu. Di bawah 5 bulan, umur (bulan) = Panjang Badan (cm), di atas 5 bulan, umur (bulan) =

Berat badan juga dapat menentukan umur.7 Terdapat hubungan umur dengan berat badan, misalnya anak cukup umur 9-10 bulan dengan panjang badan 45-50 cm mempunyai berat badan 2500-3500 gram, umur 28 minggu kira-kira 1500 gram, umur 20 minggu kira-kira 500 gram.3

Pusat penulangan juga mempunyai hubungan dengan umur bayi, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Pusat Penulangan Kalkaneus Talus Distal Femur Proksimal Tibia Kuboid Umur (Bulan) 5-6 7 9 9 9

Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis atau diperiksa langsung di meja autopsy.3 Untuk menentukan apakah jasad bayi tersebut bisa dikategorikan sebagai korban PAS atau tidak adalah dengan menentukan viabilitas bayi. Bila bayi sudah viable maka bayi tersebut bisa diduga korban PAS. Bayi sudah viable (mampu hidup di luar kandungan ibu) bila didapati panjang di atas 35 cm, berat badan di atas 1000 gram, pusat penulangan di os talus apalagi bila didapati pada os kuboid, proksimal tibia dan distal femur merupakan petunjuk bahwa bayi sudah aterm. Bayi yang cukup bulan atau matur ialah bayi yang lahir setelah dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh (259 sampai 293 hari).3,5,6 Ukuran antropometrik bayi cukup bulan: berat badan 3000 gram (2500-4000), panjang badan dari kepala ke tumit 46-50 cm, lingkar kepala oksipito frontal 33-34 cm, diameter dada (anteroposterior) 8-9 cm, diameter perut (anteroposterior) 7-8 cm, lingkar dada 30-33 cm, dan lingkar perut 28-30 cm. Ciri ciri eksternal bayi cukup bulan:7

Daun telinga pada bayi lahir cukup bulan, menunjukkan pembentukan tulang rawan yang keras pada bagian dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula

Puting susu pada bayi yang sudah matur, sudah berbatas tegas, areola menonjol di atas permukaan kulit dan diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih

Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan relative keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan

Terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki dari depan hingga tumit, yang dinilai garis yang relatif lebar dan dalam

Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus testiculorum maka hal ini dapat diketahui dari terabanya tetstis pada scrotum, demikian pula halnya dengan keadaan labia mayora apakah telah menutupi labia minora atau belum; testis yang telah turun serta labia mayora yang telah menutupi labia minora terdapat pada anak cukup bulan dalam kandungan ibu.

Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan tampat mengkilat, batas rambut pada dahi jelas

Skin opacity cukup tebal sehingga pembuluh darah yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar

Processus xyphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan bayi premature membengkok ke ventral atau satu budang dengan korpus manubrium sterni.

Alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah ada.

2. Apakah Bayi lahir hidup atau sudah mati saat dilahirkan Ada dua keadaan bayi lahir mati yaitu karena dalam kandungan sudah mati ( dead born foetus) dan bayi dalam kandungan masih hidup sewaktu dilahirkan mati ( still born), kemungkinan mati dalam perjalanan kelahiran. Membedakan keduanya dalam autopsy tidaklah mudah, sebab pada dead born yang masih baru blum tampak tanda-tanda pembusukan intrauterine (maceration, aceptic decomposition). Pembusukan maserasi di mulai dari luar tubuh ke arah dalam, berbeda dengan pembusukan biasa berasal dari dalam

tubuh ke luar. Pada awal maserasi hanya terlihat perubahan pada kulit saja berupa vesikel atau bulla yang berisi cairan kemerahan, yang bila pecah terlihat kulit berwarna kecoklatan. Bayi sangat lemas dimana sendi lengan dan sendi tungkai melunak sehingga mudah dilakukan hiperekstensi. Tanda maserasi jelas terlihat bila sudah mati beebrapa hari, dengan tanda tanda berbau susu asam, epidermis bewarna keputihan dan keriput, tubuh mengalami perlunakan sehingga terlihat dada mendatar. Bila telah lama meninggal bayi bisa mengeras seperti batu (litopedion).3 Pada bayi lahir mati (still born) tampak dada datar. Autopsi dimulai dari membuka rongga perut untuk mencari puncak diafragma. Biasanya masih tinggi pada iga 3-4. Bila mayat telah membusuk, penilaian tidak tepat lagi. Waktu rongga dada dibuka, yang utama terlihat adalah pericard dan jantung, sementara paru-paru terlihat di belakang, bentuknya kecil atau sedikit mengisi rongga dada. Warna pru coklat uniform seperti hati, konsistensi padat, tidak ada krepitasi, pinggir paru tajam. Bila dilakukan uji apung paru didapati hasil negatif. 3 Pada bayi lahir hidup bentuk dada membukat, warna kemerahan. Diafragma telah menurun setinggi iga 5 dan 6. Rongga dada waktu dibuka yang utama terlihat paru-paru yang sebagian telah menutupi pericard. Warna paru kemerahan, tidak uniform bergaris seperti mozaik atau marmer, spongi, ada krepitasi, pinggir paru tumpul. Dalam rongga perut terlihat lambung dan usus telah terisi udara. Ini dapat dipakai untuk menentukan berapa lama telah bayi hidup, sebab perjalanan udara dalam traktus digestivus tidak sekaligus seperti paru-paru, tetapi tahap demi tahap dari lambung ke bagian distal.3,4,5 Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, dapat dilakukan dengan pemeriksaan luar dan dalam:7 - Pemeriksaan luar Pada bayi yang lahir hidup, pada pemeriksaan luar tampak dada bulat seperti tong. Biasanya tali pusat masih melengket ke perut, berkilat dan licin. Kadang-kadang placenta juga masih berstau dengan tali pusat. Warna kulit bayi kemerahan. - Pemeriksaan dalam

Insisi pada bayi dimulai dari perut agar terlihat letak sekat rongga dada (diafragma). Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, pada dasarnya adalah sebagai berikut: 1. Adanya udara di dalam paru-paru 2. Adanya udara di dalam lambung dan usus 3. Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah 4. Adanya makanan di dalam lambung 3. Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir? Apabila bayi tersebut sudah pernah bernafas atau lahir hidup, untuk mengetahui sudah berapa lama bayi tersebut hidup sebelum dibunuh dengan memperhatikan kulit, kepala dan umbilicus mayat tersebut.7 4. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan Penentuan ada tidaknya tanda-tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan anak sendiri, oleh karena dari sini dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak seperti apa yang dimaksud oleh undang-undang, atau memang kasus lain yang mengancam hukuman yang berbeda. Adanya tanda-tanda perawatan menunjukkan telah ada kasih sayng dari si ibu dan bila dibunuhnya tidak lagi termasuk kasus PAS, tetapi termasuk kasus pembunuhan biasa.7

5. Apakah penyebab kematian bayi Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan autopsy, dari autopsy tersebut dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati secara alamiah, akibat kecelakaan atau akibat pembunuhan. Kematian yang diakibatkan oleh tindakan pembunuhan dilakukan dengan mmempergunakan kekerasan atau member racun terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan untuk membunuh anak antara lain:7 Pembekapan, penjeratan, penenggelaman, memukul kepala, membakar bayi, menggorok leher, menusuk, penelantaran, peracunan, dan penguburan hidup-hidup.

Dengan demikian pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak, yang harus diperhatikan adalah:5,7 a. Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus bewarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam. b. Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gusi, serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan kertas Koran atau kain yang mengisi rongga mulut. c. Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang melinngkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang seringkali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku si pencekik, adanya luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si pencekik d. Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh lainnya, dimana menurut literature ada satu metode yang dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan nama tusukan bidadari e. Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (Washer womans Hand), kulit yang berbintilbintil (Cutis Anserina) seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernafasan (trakea) yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air. DAFTAR PUSTAKA 1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 341, 342 dan 343. 2. Apuranto, H dan Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Universitas Airlangga. Surabaya. 2007.

3. Amir, A. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK USU. Medan. 2007. 4. Afandi D, Hertian S. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan Multipel. Maj Kedokt Indon Vol 5, No.9. 2008. 5. Budiyanto A et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Jakarta. 1997. 6. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman bagi Dokter dan penegak Hukum. Balai Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2004. 7. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997.

You might also like