You are on page 1of 10

SIGMA, Vol. 4, No.

2, Juli 2001:
ISSN 1410-5888
PENGARUH WARNA
TERHADAP EMISIVITAS TERMAL PADA KACA

FA. Rusdi Sambada
1



Abstract
Thermal emissivity is defined as the ratio of the total energy emitted by a
surface to the total energy emitted by a black surface at the same temperature.
For a real material emissivity is a function of the radiation wavelength, the
incidence angle, the surface temperature and color, and its surface finishing touch.
The goal of this research is to find out the effect of glass color to its thermal
emissivity. The color of a glass is defined by its absorptivity. The glass with higher
absorptivity will have darker color. This research is carried out by determining three
variations of glass absorptivity. The necessary data to calculate thermal emissivity
of glass are collected for each variation of glass absorptivity
The result of the research is that thermal emissivity of a glass will increase
as its absorptivity is increasing.

Keywords: Thermal emissivity, absorptivity, glass color


1. Pendahuluan
Kaca merupakan bahan yang banyak dipakai sebagai isolasi pada proses perpindahan
kalor terutama jika proses yang berlangsung akan diamati dengan mata, contohnya proses
pada tanur peleburan logam atau pada peralatan rumah tangga misalnya oven untuk pembuat
roti. Kalor dalam tanur atau oven tadi akan berusaha keluar secara konduksi, konveksi dan ra-
diasi. Keluarnya kalor dari tanur dan oven merupakan kerugian bagi proses di dalamnya dan
dapat mengganggu lingkungan sekitarnya.
Salah satu cara untuk mengurangi perpindahan kalor radiasi adalah dipakainya bahan
dengan emisivitas termal yang kecil. Besar emisivitas termal bahan itu sendiri sangat tergan-
tung dari panjang gelombang, sudut datang, temperatur permukaan dan pengerjaan akhir per-
mukaan (warna dan kekasaran permukaan).
Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada pengamatan pengaruh warna bahan
(kaca) terhadap emisivitas termal. Emisivitas termal merupakan variabel yang menentukan
besar perpindahan kalor secara radiasi. Variabel panjang gelombang, sudut datang dan tempe-
ratur permukaan pada kenyataannya merupakan variabel yang ditentukan oleh proses (umum-
nya tidak dapat diatur untuk menghambat/memperlambat perpindahan kalor) sedangkan varia-
bel kekasaran permukaan tergantung dari pengerjaan akhir bahan, dalam hal ini kaca umumnya
memiliki kekasaran permukaan yang kecil (halus) dan kekasaran permukaan pada semua kaca
umumnya memiliki harga yang sama.

2. Dasar Teori
Perpindahan kalor dapat berlangsung melalui salah satu atau beberapa di antara tiga
modus, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Mekanisme fisik konveksi berhubungan dengan
konduksi kalor melalui lapisan tipis fluida yang bersinggungan dengan muka perpindahan kalor.
Baik dalam konduksi maupun konveksi berlaku hukum Fourier, walaupun dalam hal konveksi
untuk menetapkan gradien suhu harus digunakan mekanika fluida. P
1
erpindahan kalor radiasi

1
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sanata Dharma

FA. Rusdi Sambada
2 SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001
menyangkut mekanisme fisik yang berlainan, yaitu perambatan energi elektromagnetik yang
dipancarkan suatu benda karena suhunya. Ada beberapa jenis radiasi elektromagnetik, radiasi
termal hanyalah salah satu diantaranya. Apapun jenis radiasinya, ia selalu merambat dengan
kecepatan cahaya, 3 X 10
10
cm/detik. Kecepatan ini sama dengan hasil perkalian panjang
gelombang dengan frekuensi radiasi. Secara sederhana ketiga modus perpindahan kalor ter-
sebut dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 1) :
Dalam hal ini kalor yang dikonduksi melalui plat disingkirkan dari muka plat secara kombinasi
konveksi dan radiasi, dan secara matematis dapat dituliskan persamaannya :
( ) ( )
4 4
. . . . . . .
S w G w
dinding
T T A F F T T A h
dy
dT
A k + =
(


(1)
dengan :
T
S
= suhu sekitar.
T
w
= suhu permukaan.
T = suhu fluida (udara).

Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi, di mana perpindahan energi terjadi
melalui bahan antara, kalor juga dapat berpindah ke daerah-daerah hampa. Mekanismenya
adalah sinaran atau radiasi elektromagnetik. Di sini kita batasi pembahasan pada radiasi
termal. Benda hitam (black body), memancarkan energi dengan laju yang sebanding dengan
pangkat empat suhu absolut benda itu. Jika dua benda saling bertukar kalor dengan proses
radiasi, maka kalor yang bertukar berbanding dengan beda T
4
. Sehingga:
( )
4
2
4
1
. . T T A q = (2)
dengan:
o = konstanta proporsionalitas dan disebut dengan konstanta Stefan-Bolzmann.
= 5,669 X 10
-8
W/m
2
.K
4
.
Persamaan (2) disebut hukum Stefan-Boltzmann tentang radiasi termal, dan hanya berlaku
untuk benda hitam dan ini hanya berlaku untuk radiasi termal saja. Radiasi elektromagnetik lain
tidaklah sesederhana itu. Disebut benda hitam karena permukaannya yang hitam, misalnya
logam yang dilapisi dengan jelaga mempunyai sifat memancarkan energi menurut hukum
Stefan-Boltzmann. Tetapi penting dicatat di sini bahwa kehitamam (blackness) permukaan
terhadap radiasi termal mungkin menyesatkan sejauh hal itu mengenai pengamatan visual
karena salju dan es misalnya tampak terang bagi mata, tetapi ternyata hitam untuk radiasi

Kalor dikonduksi
melalui dinding
Aliran, T


Energi radiasi
Lingkungan pada T
S

Kalor dikonveksi
melalui udara
Plat pada T
W


Gambar 1. Gabungan perpindahan kalor konduksi, konveksi dan radiasi
Pengaruh Warna Terhadap Emisivitas Termal pada Kaca
SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001 3
termal panjang gelombang panjang. Banyak cat putih sebenarnya hitam untuk radiasi panjang
gelombang panjang. Permukaan lain seperti permukaan yang dicat mengkilap atau plat logam
yang diupam (dipoles) tidak memancarkan energi sebanyak benda hitam, tetapi jumlah radiasi
yang dipancarkan benda-benda itu masih mengikuti proporsionalitas T
4
. Untuk menghitung sifat
abu-abu permukaan demikian kita pakai suatu faktor lain ke dalam persamaan (2), yang di -
sebut dengan emisivitas c atau kepancaran (emissivity), yang menghubungkan radiasi dari
permukaan abu-abu dengan permukaan yang hitam sempurna. Pada kenyataannya radiasi
dari suatu permukaan tidak seluruhnya sampai ke permukaan lain, karena radiasi elektromag-
netik berjalan menurut garis lurus dan sebagian hilang ke lingkungan maka perlu dimasukkan
satu faktor lagi ke persamaan (2), sehingga :
( )
4
2
4
1
. . . . T T A F F q
G
= (3)
dengan :
F
c
= faktor emisivitas.
F
G
= faktor pandangan (view factor) geometrik.

Fenomena perpindahan kalor radiasi bisa rumit sekali dan perhitungannya jarang sese-
derhana yang digambarkan oleh persamaan (3).

2.1. Emisivitas Termal.
Emisivitas termal suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan daya emisi bahan
tersebut dengan daya emisi benda hitam pada temperatur yang sama (E/E
b
). Daya emisi (E)
suatu benda adalah energi yang dipancarkan benda itu persatuan luas per satuan waktu.
Dalam bentuk persamaan matematik dapat dituliskan:
( )
4 4
.
A S b
T T E = (4)
( )
4 4
. .
A S
T T E = (5)
b
E
E
= (6)
dengan :
E
b
= daya emisi benda hitam (W/m
2
)
E = daya emisi benda (W/m
2
)
o = konstanta Stefan-Boltzmann = 5,67 X 10
-8
(W/(m
2
.K
4
))
c = emisivitas benda
T
S
= temperatur ruang (K)
T
A
= temperatur benda uji (K)

2.2. Warna Kaca
Kaca merupakan bahan yang tembus cahaya, kaca umumnya memiliki warna dari bening
(tidak berwarna) sampai ke gelap (hitam atau warna gelap lain). Dalam penelitian ini terang
gelap kaca akan dibedakan dengan ukuran absorptivitasnya terhadap cahaya. Intensitas
cahaya setelah melewati kaca yang memiliki harga absorptivitas cahaya dapat dihitung
dengan persamaan matematis:
X
O
e I I
.
.

= (7)
dengan:
I : intensitas cahaya setelah melewati kaca
I
O
: intensitas cahaya sebelum melewati kaca
: absorptivitas kaca
X : ketebalan kaca
FA. Rusdi Sambada
4 SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001
Dalam penelitian ini intensitas cahaya sebelum (I
O
) dan setelah (I) melewati kaca dapat diukur
dengan meter cahaya (detektor), ketebalan kaca juga dapat diukur dengan jangka sorong se-
hingga absorptivitas kaca dapat dihitung dengan persamaan:
( )
X
I I

O
ln
= (8)
3. Pelaksanaan Penelitian
3.1. Benda Uji
Benda uji yang dipakai adalah kaca berukuran 0,3 x 8 x 15 cm dengan 3 variasi warna
(variasi absorptivitas cahaya).

3.2. Peralatan Pendukung :
Dalam pengambilan dan pengolahan data pada penelitian ini diperlukan beberapa per-
alatan pendukung sebagai berikut :
1. Meter intensitas cahaya (detektor)
2. Bohlam lampu dan pengatur daya lampu.
3. Termometer ruang.
4. Termokopel dan pembaca termokopel.
5. Pemanas dan pengatur daya pemanas.
6. Radiometer dan pembaca radiometer.
7. Besi untuk struktur penyangga alat.
8. Perangkat lunak Excel.

3.3. Tahapan Penelitian :
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan :
1. Pertama diambil data untuk menentukan absorptivitas cahaya kaca.
2. Kedua diambil data untuk mengetahui emisivitas termal tiap kaca dengan
absorptivitas cahaya (warna) yang berbeda-beda.
dari data yang diperoleh dan persamaan yang ada diolah dengan menggunakan perangkat
lunak Excel untuk mendapatkan hubungan antara warna kaca dengan emisivitas termalnya.

3.3.1. Tahap pertama : menghitung absorptivitas cahaya kaca.
Setelah alat dirangkai seperti pada gambar (2), benda uji kaca dengan tiga variasi warna
(absorptivitas cahaya) : gelap, sedang dan bening diuji dengan cara:
1. Mengatur / memvariasikan daya lampu.
2. Pada tiap variasi daya lampu dicatat intensitas cahaya pada meter cahaya (detektor)
sebelum kaca dipasang (I
O
) dan setelah kaca dipasang (I).
3. Menghitung absorptivitas cahaya tiap kaca untuk tiap variasi daya lampu dengan
persamaan (8) serta menghitung absorptivitas rata-rata untuk tiap jenis warna kaca.
Agar lebih jelas data dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 1, grafik 1 dan 2.













Gambar 2. Skema alat untuk mengukur absorptivitas cahaya tiap kaca
Lampu
Benda
Uji (Kaca)
Pengatur
Daya Lampu
Struktur
Penyangga
Detektor
(Meter Cahaya)
Pengaruh Warna Terhadap Emisivitas Termal pada Kaca
SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001 5





3.3.2. Tahap kedua : emisivitas termal kaca.
Setelah alat dirangkai seperti pada gambar (3), benda uji kaca dengan tiga variasi warna
(absorptivitas cahaya) : gelap, sedang dan bening diuji dengan cara:
1. Mengatur / memvariasikan daya pemanas.
2. Mencatat temperatur permukaan tiap benda uji (T
S
) pada tiap variasi daya pemanas.
3. Mencatat pembacaan radiometer (R)
4. Mencatat temperatur ruang (T
A
)
5. Menghitung energi yang dipancarkan benda uji (q) dengan persamaan (2)
6. Menghitung energi yang dipancarkan benda hitam pada kondisi yang sama dengan
benda uji (q
b
) dengan persamaan q
b

= 5,59 x R, konstanta 5,59 disini merupakan
hasil kalibrasi alat radiometer sehingga untuk radiometer lain mungkin mempunyai
tetapan sendiri (tergantung dari pabrik pembuatnya).
7. Menghitung emisivitas termal tiap kaca ( ) untuk tiap variasi warna dengan persama-
an (6).

Agar lebih jelas data dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 2, 3, 4 dan 5,
grafik 3, 4 dan 5.




























3.4. Hasil Penelitian :
Data dan hasil perhitungan dari penelitian ini dapat ditabelkan dan digambarkan dalam
grafik:
Termometer
Ruang
Pemanas
Benda
Uji
Radiometer
Pembaca
Radiometer
Pembaca
Termokopel
Pengatur
Pemanas
Termokopel Struktur
Penyangga
Gambar 3. Skema alat untuk mengukur emisivitas tiap benda uji
FA. Rusdi Sambada
6 SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001







No Pembacaan Meter Cahaya Perhitungan Absorptivitas
Tanpa Kaca Kaca Kaca Kaca Kaca Kaca
Filter Bening Sedang Gelap Bening Sedang Gelap
1 115 110 68 10 14.817 175.141 814.116
2 215 206 128 19 14.669 173.390 805.975
3 315 301 186 27 14.816 175.124 814.034
4 415 397 247 37 14.668 173.373 805.894
5 515 493 305 45 14.814 175.106 813.953
Absorptivitas Rata-Rata 14.757 174.427 810.794

Hubungan Intensitas Cahaya
(Sebelum dan Setelah Melewati Kaca)
0
100
200
300
400
500
600
0 100 200 300 400 500 600
Intensitas Awal (I
O
)
(Sebelum melewati kaca)
I
n
t
e
n
s
i
t
a
s

A
k
h
i
r

(
I
)
(
S
e
t
e
l
a
h

m
e
l
e
w
a
t
i

k
a
c
a
)
Terang
Sedang
Gelap




Tabel 1. Absorptivitas cahaya tiap jenis warna kaca
Grafik 1.Hubungan intensitas cahaya sebelum (I
O
) dan setelah
(I) melewati kaca
Pengaruh Warna Terhadap Emisivitas Termal pada Kaca
SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001 7




Pembacaan Perhitungan Pembacaan
Temperatur Radiometer T
S
T
A
q = 5,59 X R q
b
= o(T
S
4
-T
A
4
) q
T
S
(R) q
b
O
C W.m
-2
K K W.m
-2
W.m
-2
30 4 303 299 22.4 24.7 0.904
35 10 308 299 55.9 57.1 0.979
40 15 313 299 83.9 91.0 0.921
45 20 318 299 111.8 126.6 0.883
50 24 323 299 134.2 164.0 0.818
55 29 328 299 162.1 203.1 0.798
60 34 333 299 190.1 244.0 0.779
Emisivitas Rata - Rata = 0.869
c =




Tabel 2. Pengaruh temperatur permukaan terhadap emisivitas termal
pada kaca dengan warna gelap

Grafik 2. Hubungan intensitas cahaya (I
O
) dan
absorptivitas kaca (o)
FA. Rusdi Sambada
8 SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001
Pembacaan Perhitungan Pembacaan
Temperatur Radiometer T
S
T
A
q = 5,59 X R q
b
= o(T
S
4
-T
A
4
) q
T
S
(R) q
b
O
C W.m
-2
K K W.m
-2
W.m
-2
30 3 303 299 16.8 24.7 0.678
35 9 308 299 50.3 57.1 0.881
40 14 313 299 78.3 91.0 0.860
45 19 318 299 106.2 126.6 0.839
50 23 323 299 128.6 164.0 0.784
55 28 328 299 156.5 203.1 0.771
60 33 333 299 184.5 244.0 0.756
Emisivitas Rata - Rata = 0.795
c =



Pembacaan Perhitungan
Temperatur Radiometer T
S
T
A
q = 5,59 X R q
b
= o(T
S
4
-T
A
4
) q
T
S
(R) q
b
O
C W.m
-2
K K W.m
-2
W.m
-2
30 2 303 299 11.2 24.7 0.452
35 8 308 299 44.7 57.1 0.784
40 13 313 299 72.7 91.0 0.798
45 18 318 299 100.6 126.6 0.795
50 23 323 299 128.6 164.0 0.784
55 28 328 299 156.5 203.1 0.771
60 32 333 299 178.9 244.0 0.733
Emisivitas Rata - Rata = 0.731
c =

Hubungan
Temperatur Permukaan (T
S
) Dengan Emisivitas (c)
0.30
0.60
0.90
1.20
300 305 310 315 320 325 330 335
T
S
(K)
c
Gelap
Sedang
Terang
Gelap
Sedang
Terang






Grafik 3. Pengaruh temperatur permukaan kaca terhadap emisivitas termal
pada kaca dengan warna gelap, sedang dan bening.
Tabel 3. Pengaruh temperatur permukaan terhadap emisivitas termal
pada kaca dengan warna sedang
Tabel 4. Pengaruh temperatur permukaan terhadap emisivitas termal
pada kaca dengan warna bening.
Pengaruh Warna Terhadap Emisivitas Termal pada Kaca
SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001 9
Hubungan
Temperatur Permukaan (T
S
) Dengan Daya Emisi(q)
0
50
100
150
200
250
300 305 310 315 320 325 330 335
T
S
(K)
q

(
w
/
m
2
)
Terang
Sedang
Gelap
Benda Hitam







No Warna Absorptivitas Emisivitas
Kaca Cahaya Termal
o c
1 Gelap 810.794 0.869
2 Sedang 174.427 0.795
3 Terang 14.757 0.731

Hubungan Absorptivitas Cahaya (o)
dengan Emisivitas Termal (c)
c = 0.6485 o
0.0423
R
2
= 0.979
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 200 400 600 800 1000
o
c

Grafik 4. Pengaruh temperatur permukaan kaca terhadap daya emisi
pada kaca dengan warna gelap, sedang dan bening
Tabel 5. Pengaruh warna (absorptivitas cahaya)
terhadap emisivitas termal pada kaca
FA. Rusdi Sambada
10 SIGMA Vol.4, No.2, Juli 2001




4. Pembahasan.
Dalam penelitian ini dipakai kaca dengan tiga variasi warna (absorptivitas cahaya) yaitu
gelap, sedang dan bening. Ke tiga variasi warna tersebut semuanya menunjukkan sifat yang
sama dalam hubungan warna (absorptivitas cahaya) kaca dengan emisivitas termalnya, yaitu
emisivitas termal semua kaca akan naik dengan semakin besarnya absorptivitas cahaya kaca
pada temperatur permukaan yang sama.
Angka emisivitas termal juga akan bertambah dengan naiknya temperatur permukaan
kaca kemudian turun pada temperatur permukaan tertentu, seperti terlihat pada grafik 3. Hal ini
disebabkan kenaikan daya emisi kaca yang cenderung berkurang jika dibandingkan dengan
daya emisi benda hitam untuk temperatur tertentu tadi.
Daya emisi tiap kaca juga menunjukkan kenaikan jika warnanya makin gelap dan naik jika
temperatur permukaan benda uji naik.

5. Kesimpulan.
Dari data dan hasil perhitungan yang ada dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Warna kaca merupakan salah satu faktor yang menentukan harga emisivitas termal kaca.
Pada semua bahan benda uji yang dipakai emisivitas akan naik dengan semakin
gelapnya warna kaca (semakin besar absorptivitas cahaya kaca).
2. Temperatur permukaan merupakan faktor lain yang menentukan harga emisivitas kaca.
Emisivitas akan naik sampai temperatur permukaan tertentu kemudian akan turun untuk
temperatur yang lebih besar lagi.
3. Daya emisi kaca besarnya tergantung dari emisivitas dan temperatur permukaan, dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daya emisi benda akan naik dengan naiknya
emisivitas berarti juga naiknya absorptivitas cahaya kaca (makin gelapnya warna kaca).
4. Perpindahan kalor radiasi yang dapat dihambat akan semakin besar dengan mengguna-
kan kaca yang memiliki emisivitas yang semakin kecil. Pada penelitian ini kaca bening
merupakan bahan yang paling baik digunakan sebagai isolasi radiasi termal
dibandingkan kaca yang lebih gelap.

Kepustakaan

Holman, J. P. 1981. Heat Transfer. New York: McGraw-Hill.

Siegel, R., dan J.R. Howell. 1980. Thermal Radiation Heat Transfer. New York: McGraw-Hill.



FA. RUSDI SAMBADA
Lahir di Jakarta tanggal 3 Oktober 1965. Memperoleh gelar sarjana teknik tahun 1992
dan magister teknik tahun 1999 dari Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada. Tahun 1993-1995 bekerja di IPTN Bandung. Sejak tahun 1995 menjadi dosen di
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sanata Dharma.
Grafik 5. Pengaruh warna (absorptivitas cahaya) terhadap emisi vitas
termal pada kaca

You might also like