You are on page 1of 2

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Diare pada bayi dan anak masih merupakan satu masalah kesehatan utama di Indonesia sebagai negara berkembang. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kejadian diare dan angka kematian pada bayi and anak akibat diare. Angka kejadian diare tercatat sekitar 200 400 kejadian diare dari 1000 penduduk tiap tahun yaitu 60 juta kejadian tiap tahun dan 40 juta diantaranya adalah anak berusia di bawah 5 tahun.
(1,2,3)

Profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah menyebutkan diare sebagai penyebab tertinggi penderita rawat inap di Rumah Sakit Jawa Tengah, yaitu sebanyak 36,67 penderita untuk usia di bawah 1 4 tahun. Angka kematian akibat diare pada usia di bawah 5 tahun adalah sebanyak 5 juta anak tiap tahunnya. Kematian akibat diare pada bayi dan anak, terjadi karena dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dehidrasi yang menyertai diare dapat berpa tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi ringan, sedang dan dehidrasi berat. Di samping sebagai penyebab langsung kematian, diare juga sebagai penyebab utama kurang gizi.
(1,4)

Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan keadaan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritokrit kurang dari normal, sesuai umur dan jenis kelamin. Anemia hipokrom mikrositik yang paling banyak dijumpai adalah anemia defisiensi besi yang erat hubungannya dengan kurang energi protein, karena pada kurang energi protein intake makanan yang mengandung zat besi kurang energi protein, karena pada kurang energi protein intake makanan yang mengandung, zat besi kurang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara jumlah besi yang diabsorbsi dengan jumlah besi yang hilang. Penyebabnya adalah ketidakmampuan membuat sel darah merah di sumsum tulang, perdarahan akut maupun kronis dan anemia hemolitik. Berdasarkan morfologsinya, anemia dibedakan menjadi anemia makrositik, normositik, mikrositik ringan, dan mikrositik hipokrom.(5,6)

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah manifestasi antromometri dan klinis dari kekurangan asupan energi dan atau protein dalam waktu tertentu. KEP mempunyai hubungan timbal balik terhadap kejadian infeksi dan gangguan imunitas. Interaksi antara infeksi dan kurang gizi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas.(1,2) Berikut ini sebuah laporan kasus diare akut dehidrasi ringan sedang et causa, tonsilopharingitis akut dengan anemia hipokrom mikrositer dan Kurang Energi Protein ringan akut pada seorang anak yang berumur 1 tahun dirawat di bangsal Gastroenterologi Anak RSUP Dr. Kariadi. B. TUJUAN Tujuan laporan kasus besar ini adalah agar mahasiswa kedokteran mampu menegakkan diagnosis dan melakukan pengelolaan awal yang tepat berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dan pengelolaan penderita dengan diare akut dehidrasi ringan sedang et causa tonsilofaringitis akut dengan anemia hipokrom mikrositer dan Kurang Energi Protein ringan akut. C. MANFAAT Penulisan laporan ini diharapkan membantu mahasiswa kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis dan melakukan terapi secara tepat pada diare akut dehidrasi ringan sedang et causa tonsilofaringitis akut dengan anemia hipokrom mikrositer dan Kurang Energi Protein ringan akut. Dan sebagai media bagi pembaca untuk mengetahui tanda-tanda penyakit diare akut dehidrasi ringan sedang beserta penanganannya.

You might also like