You are on page 1of 6

JUMLAH DAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA PASIEN INFEKSI BAKTERI ANAK DAN DEWASA (Total and Differential

Leukocyte Count in Childs Bacterial Infection and Adults)


Siti Anisa Fatmawati*, Linda Rosita** ABSTRACT Infectious diseases are a leading cause of mortality in the world both in children and in adults. The bodys immune system which responds the infection first is leukocytes. It can be seen from total and differential leukocytes count alteration. The study objective was to determine the differences of total and differential leukocyte count between childs bacterial infection and adults bacterial infection in PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta period January 2011-December 2011. The method used in this study was cross sectional design with consecutive sampling method. The data obtained will be processed using SPSS 16 for windows with mann-whitney method. Subjects of this research are grouped in adults and childrens group which each group has 25 pople. P value for neutrophils and lymphocytes counts in gram-positive bacterial infection subject are p<0.05. Its same with monocyte counts in gram negative bacterial infection subject which had p<0.05. Neutrophils and lymphocytes count between child and adult subjects with gram-positive bacterial infection had statistically significant differences. In gram-negative bacterial infection monocyte count also had a significant difference between childs bacterial infection and adults bacterial infection.

Keyword: bacterial infection, total leukocyte count, differential leukocyte count. PENDAHULUAN Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan menyebabkan aktifnya sistem imun. Mikroorganisme tersebut bisa berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit1. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia baik pada anak maupun pada dewasa. Pada tahun 2005 didapatkan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeks.2 Lebih dari 50% anak dengan gangguan saluran nafas dengan usia kurang dari 15 tahun disebabkan oleh infeksi bakteri.3 Salah satu mekanisme tubuh saat terjadi infeksi adalah adanya aktivasi sistem imun.4 Saat terjadi infeksi bakteri, bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan segera diserang oleh sistem imun non spesifik berupa fagosit, komplemen, APP atau dinetralkan oleh antibodi spesifik yang sudah ada dalam darah. Bakteri yang dapat menembus pertahanan tersebut, akan bertemu dengan sistem imun yang lain berupa sel polimorfonuklear, makrofag, dan limfosit T.5 Tahap pertama yang terjadi saat antigen masuk ke dalam tubuh adalah pengenalan, kemudian lekosit akan membedakan apakah benda tersebut merupakan benda asing atau merupakan bagian dari sel tubuh. Tahapan selanjutnya adalah terjadinya respon imun berupa aktivasi neutrofil, makrofag dan APC (yang akan dilanjutkan oleh respon limfosit) sebagai efek dari adanya benda asing.6 Lekosit merupakan bagian dari sistem imun tubuh yang memberikan respon paling cepat pada kejadian infeksi. Respon tersebut meliputi perubahan jumlah (AL) dan hitung jenis lekosit (HJL).7 Pada keadaan normal, jumlah dan hitung jenis lekosit manusia berbeda sesuai kelompok umur. Begitu juga dengan dominasi jenis lekositnya.8 Saat infeksi, terjadi proses pemusnahan antigen oleh lekosit sebagai repon terhadap

* Depertemen Patologi Klinik, FK UII, Yogyakarta, email: lindarosita@fkuii.ac.id ** Mahasiswa FK UII, Yogyakarta, email: aNisaFight@gmail.com

masuknya antigen ke dalam tubuh seperti yang sudah dijelaskan diatas. Proses tersebut dipengaruhi oleh maturasi lekosit.6 Maturasi sistem imun (termasuk lekosit) dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah faktor usia.4,9 Perbedaan maturasi sistem imun tersebut bisa jadi mempengaruhi respon terhadap terjadinya infeksi terutama infeksi bakteri yang dibahas dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah (AL) dan hitung jenis lekosit (HJL) antara infeksi bakteri anak dan infeksi bakteri dewasa. diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perbedaan respon lekosit terhadap infeksi bakteri antara anak dan dewasa. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri data hasil pemeriksaan darah rutin dan rekam medis pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2011Desember 2011 dengan kultur bakteri positif baik bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Subjek penelitian dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak

dan kelompok dewasa dengan batas usia anak 0-18 tahun dan dewasa lebih dari 18 tahun. Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah kultur bakteri positif sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien infeksi bakteri dengan riwayat keganasan darah dan hasil pemeriksaan AL dan HJL normal, serta pasien dengan riwayat penyakit kelainan sistem imun (HIV & SLE). Seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dianalisis menggunakan SPSS 16 for windows dengan metode mann-whitney. Nilai p digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan yang ada antara infeksi bakteri anak dan infeksi bakteri dewasa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional yang dilaksanakan pada bulan April-Juni 2012 dengan melihat hasil pemeriksaan laboratorium berupa hasil pemeriksaan darah rutin dan rekam medis di database laboratorium patologi klinik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2011Desember 2011. Dari penelitian tersebut didapatkan total 50 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Tabel 1. Karakteristik Jenis Kelamin, Kelompok Usia, dan Jenis Bakteri


No. 1. 2. 3. 4. Karakteristik Kelompok Anak Kelompok Dewasa Usia Jenis Bakteri Patogen Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Anak (< 18 tahun) Dewasa (>18 tahun) Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif Jumlah (N) 14 11 12 13 25 25 26 24 Prosentase (%) 56% 44% 48% 52% 50% 50% 52% 48%

Tabel 1. Memperlihatkan karakteristik jenis kelamin dan usia subjek dengan usia rata-rata untuk kelompok dewasa adalah 53.56 tahun dengan batas atas 75 tahun dan batas bawahnya 21

tahun. Sedangkan untuk kelompok anak, didapatkan usia rata-rata 7.28 tahun dengan batas atas 18 tahun dan batas bawah kurang dari 1 tahun.

* Depertemen Patologi Klinik, FK UII, Yogyakarta, email: lindarosita@fkuii.ac.id ** Mahasiswa FK UII, Yogyakarta, email: aNisaFight@gmail.com

Tabel 2. Distribusi Subjek berdasarkan Jenis Bakteri (Anak)


Jenis Bakteri Gram Positif Staphylococcus sp. Streptococcus sp. Enterococcus faecalis Gram Negatif Klebsiella Pneumonia Pseudomonas sp. Sphingomonas pancimobilis Enterobacter sp. Acinobacter aerogenus Total Jumlah (N) 10 2 1 3 6 1 1 1 25 Prosentase (%) 40% 8% 4% 12% 24% 4% 4% 4% 100%

Tabel 2. Menunjukkan distribusi subjek pada kelompok anak berdasarkan jenis bakteri. Jenis bakteri gram positif didominasi oleh staphylococcus sp.

sedangkan untuk persebaran jenis bakteri gram negatif cenderung lebih merata dengan dominasi Pseudomonas sp.

Tabel 3. Distribusi Subjek berdasarkan Jenis Bakteri (Dewasa)


Jenis Bakteri Gram Positif Staphylococcus sp. Streptococcus sp. Enterococcus faecalis Gram negatif Pseudomonas sp. Klebsiella Pneumoniae Eschercia coli Total Jumlah (N) 11 1 1 8 3 1 25 Prosentase (%) 44% 4% 4% 32% 12% 4% 100%

Tabel 3. Menunjukkan distribusi subjek berdasarkan jenis bakteri pada kelompok dewasa. Pada kelompok dewasa, jenis bakteri patogen cenderung

lebih sedikit dengan dominasi bakteri gram positif sama dengan kelompok anak yaitu Staphylococcus sp. dan Pseudomonas sp. untuk jenis bakteri gram negatif.

Tabel 4. Rata-rata AL*, HJL** dan Nilai P


No. 1. Jenis Bakteri Gram positif Variabel AL Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil AL Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Rata-rata Anak Dewasa 17,33/mm3 17,88/mm3 64,07% 84,23% 24,00% 9,61% 10,84% 5,23% 0,76% 1,07% 0,23% 0,23% 18,96/mm3 63,13% 23,16% 10,58% 0,33% 1,08% 17,04/mm3 74,83% 18,66% 5,41% 0,67% 0,33% Maksimal Anak Dewasa 26,7/mm3 28.9/mm3 93% 92% 50% 24% 52% 8% 2% 9% 1% 1% 35,5/mm3 90% 52% 31% 2% 11% 40,1/mm3 90% 45% 10% 6% 1% Minimal Anak Dewasa 6,7/mm3 12,1/mm3 5% 68% 4% 3% 3% 3% 0% 0% 0% 0% 7,0/mm3 6% 2% 35 0% 0% 11,4/mm3 47% 6% 3% 0% 0% p 0,85 0,04 0,02 0,14 0,31 1,00 0,62 0,12 0,58 0,01 0,97 0,77

2.

Gram negatif

(*Jumlah Lekosit, **Hitung Jenis Lekosit)


* Depertemen Patologi Klinik, FK UII, Yogyakarta, email: lindarosita@fkuii.ac.id ** Mahasiswa FK UII, Yogyakarta, email: aNisaFight@gmail.com

Tabel 4. Menggambarkan jumlah rata-rata setiap variabel baik pada kelompok anak maupun dewasa. Selain itu juga batas atas (maksimal) dan batas bawah (minimal) dari masing-masing variabel serta nilai p yang merupakan hasil PEMBAHASAN Jumlah lekosit yang berada diatas normal (lekositosis) menunjukkan adanya respon imun terhadap infeksi bakteri. Peningkatan lekosit merupakan salah satu respon imun non spesifik yang terjadi segera setelah antigen masuk kedalam tubuh dan dianggap sebagai benda asing.7 Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara AL pada infeksi bakteri anak dan dewasa bisa jadi karena proses hematopoiesis yang tidak jauh berbeda.3 Terjadinya neutrofilia pada ratarata jumlah neutrofil pada kelompok dewasa menunjukkan adanya perbedaan respon neutrofil dalam kejadian infeksi antara kelompok anak dan kelompok dewasa karena dua kelompok tersebut sama-sama memiliki hasil kultur yang positif. Dalam proses infeksi, neutrofil berperan dalam proses fagositosis terhadap bakteri patogen yang berada di sirkulasi, sehingga saat bakteri masuk ke dalam tubuh jumlahnya bisa bertambah melebihi nilai normal.10 Jumlah neutrofil yang memiliki perbedaan signifikan antara kelompok pasien anak dan dewasa pada infeksi bakteri gram positif bisa dikarenakan oleh patogenitas bakteri gram positif yang bisa jadi menimbulkan perbedaan respon neutrofil dibandingkan dengan jenis bakteri yang lain.11 Pada infeksi bakteri gram negatif, peran neutrofil sebenarnya tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan infeksi bakteri gram positif. Tetapi komponen dinding sel bakteri gram negatif yang mengandung endotoksin yang merupakan lipopolisakarida (LPS) menyebabkan perangsangan produksi sitokin oleh makrofag serta sel lain seperti sel endotel vaskular.11 Sitokin yang dihasilkan oleh makrofag dan sel lain tersebut akan

analisis statistik. Didapatkan nilai p untuk neutrofil dan limfosit pada infeksi bakteri gram positif kurang dari 0,05 Begitu juga pada monosit pada infeksi bakteri gram negatif.

menginduksi adhesi neutrofil dan monosit ke endotel vaskular pada tempat infeksi yang diikuti migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi. Sehingga jumlah neutrofil yang beredar di sirkulasi pada infeksi bakteri gram negatif relatif lebih sedikit dibanding pada infeksi bakteri gram positif. Perbedaan yang tidak signifikan antara infeksi bakteri gram negatif anak dan dewasa juga bisa disebabkan karena respon antara neutrofil anak dan neutrofil dewasa terhadap endotoksin/ lipopolisakarida tidak jauh berbeda yang menyebabkan mekanisme produksi sitokin dan adhesi neutrofil juga tidak jauh berbeda. Perbedaan angka limfosit yang bermakna secara statistik pada infeksi bakteri gram positif antara subjek infeksi bakteri dewasa dan anak bisa dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan organ yang berbeda antara anak dan dewasa, dalam hal ini adalah timus. Produksi limfosit salah satunya dipengaruhi oleh timus sebagai organ limfoid. Perkembangan timus terjadi setelah bayi lahir sampai usia 2 tahun dan mulai berkurang seiring bertambahnya usia. Produksi limfosit dari timus terus terjadi sampai timus mengalami degenerasi. Perkembangan timus benarbenar terhenti pada masa pubertas. Setelah itu timus akan mengecil yang selanjutnya akan digantikan oleh jaringan adiposa dan jaringan lemak saat dewasa.13 Pada infeksi bakteri, peran limfosit adalah mengenali sejumlah kecil antigen yang diekspresikan ke permukaan sel. Peran tersebut terutama dijalankan oleh sel limfosit T helper (limfosit Th). Saat APC (antigen presenting cell) mengekspresikan antigen, limfosit T tersebut akan

* Depertemen Patologi Klinik, FK UII, Yogyakarta, email: lindarosita@fkuii.ac.id ** Mahasiswa FK UII, Yogyakarta, email: aNisaFight@gmail.com

teraktivasi dan selanjutnya akan mengaktifkan limfosit lain yaitu sel T sitotoksik yang akan berperan mengeliminasi antigen. Respon ini akan berhenti bila antigen sudah berhasil dieliminasi melalui mekanisme kontrol.11 Kemungkinan hal ini yang mendasari jumlah limfosit pada infeksi bakteri tetap dalam batas normal. Pada infeksi bakteri, peran neutrofil lebih dominan sehingga untuk eliminasi antigen lebih banyak melalui proses fagositosis dan peran sel NK. Pada infeksi bakteri gram positif, bisa jadi mekanisme limfosit tersebut berbeda antara anak dan dewasa sehingga didapatkan perbedaan yang signifikan antara jumlah limfosit anak dan dewasa. Ada perbedaan jumlah monosit yang signifikan secara statistik antara kelompok anak dan kelompok dewasa pada infeksi bakteri gram negatif sedangkan pada infeksi bakteri gram positif tidak didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Perbedaan tersebut kemungkinan merupakan akibat dari sifat patogenitas bakteri yang berbeda dimana toksik yang dimiliki oleh bakteri gram positif tidak sama persis dengan jenis toksin yang dimiliki dengan bakteri gram negatif sehingga berakibat terhadap respon monosit yang berbeda terutama untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif. Pada infeksi bakteri, reaksi monosit merupakan bagian dari respon imunitas alamiah. Monosit bersama dengan neutrofil dan makrofag jaringan melakukan proses fagositosis terhadap bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Pada infeksi bakteri gram negatif, dinding sel bakteri mengandung lipopolisakarida yang dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Efek dari hasil aktivasi komplemen tersebut akan menyebabkan opsonisasi bakteri dan meningkatkan proses fagositosis.11 Pada jumlah eosinofil, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok anak dan dewasa baik pada infeksi bakteri gram positif maupun

negatif. Hal ini bisa jadi disebabkan karena eosinofil tidak memiliki peran mayor pada imunitas terhadap bakteri. Kebanyakan infeksi bakteri justru cenderung menyebabkan eosinopenia daripada peningkatan eosinofil. Sebenarnya eosinofil dapat melakukan proses fagositosis partikel serta dapat melepaskan DNA mitokondria yang memiliki komponen antibakteri, tetapi hal tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap respon antibakteri.14 Sedangkan untuk jumlah basofil, Infeksi bakteri bukan salah satu keadaan yang menyebabkan peningkatan jumlah basofil hingga melebihi normal.10 SIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan jumlah neutrofil dan limfosit yang signifikan secara statistik antara pasien anak dan pasien dewasa dengan infeksi bakteri gram positif dengan nilai p masing-masing 0,04 dan 0,02 untuk jumlah neutrofil dan jumlah limfosit (p<0,05). Pada infeksi bakteri gram negatif juga didapatkan perbedaan jumlah monosit yang signifikan secara statistik antara pasien anak dan pasien dewasa dengan nilai p=0,01). Referensi 1. Http: www.who.int/topics/infectious_disease s/en.htm (accesed Feb 2013). 2. Aminullah A., Gatot D., Kosim S., Rohsiswatmo R., Indarso F., Dharma R., Wibowo N., Kadarsih R., Kaban R., Rustina Y., 2007. Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum, Departemen kesehatan RI, Jakarta: Indonesia. 3. DeFrances, C.J., Hall, M.J., 2005. National Hospital Discharge Survey. Advance data from vital and health statistics, no.385, Hyattsville, MD: US Departement of Health and Human Services, CDC, National Center for Health Statistic; 2007.

* Depertemen Patologi Klinik, FK UII, Yogyakarta, email: lindarosita@fkuii.ac.id ** Mahasiswa FK UII, Yogyakarta, email: aNisaFight@gmail.com

4.

5.

6.

7.

8.

http://www.cdc.gov/DataStatistics/200 7/respiratory.htm Guyton A.C., Hall J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. Irawati et al., 2006 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta Hendrianingtyas, M., Tjahjati, MI.D.M., 2011. Leucocyte in Systemic Bacterial Infections, Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 17:3;155-158. Rengganis, I., Bratawidjaja, K.G., 2009. Imunologi Dasar (Ed.VIII). Jakarta: FKUI. Quinley, E. D., 2011. Immunohematology Principles & Practice (3rd ed.). Lippincott Willian & Wilkins: Philadelphia. Hendrianingtyas, M., Tjahjati, MI.D.M., 2011. Leucocyte in Systemic Bacterial Infections, Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 17:3;155-158. Lichtman, M.A., Beutler, E., 2010. Williams Hematology (8th ed.). McGraw-Hill: United States.

9. Jacobs D.S., DeMott W.R., Finley P.R., Horvat R.T., Kasten B.L., Tilzer L.L., 1994. Laboratory Test Handbook (3rd ed.). Lexi-Comp. Inc.:Missouri. 10. Tortora G. J., Derrickson B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology (12th ed.). John Willey & Sons Inc.:United States. 11. Munasir, Z., 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri, Sari Pediatri, 2:4;193-197. 12. Jawetz, Melnick, Adelberg, 2007. Textbook of Medical Mycrobiology (24th ed.). McGraw-Hill: United States. 13. Kuehnel, W., M.D., 2003. Color Atlas of Cytology, Hystology, and Mycroscopic Anantomy (4th ed.). Thieme: Stuttgart. 14. Wardlaw, A.J., 2010. Williams Hematology (8th ed.). McGraw-Hill: United States.

* Depertemen Patologi Klinik, FK UII, Yogyakarta, email: lindarosita@fkuii.ac.id ** Mahasiswa FK UII, Yogyakarta, email: aNisaFight@gmail.com

You might also like