You are on page 1of 6

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR CARBURIZING TERHADAP TINGKAT KEKERASAN DAN KEDALAMAN DIFUSI KARBON PADA BAJA ST 41 DENGAN METODE

PACK CARBURIZING

SKRIPSI OLEH CHANDRA WAHYU PRATAMA NIM 108511414297

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN Agustus 2012

a. Judul Penelitian Pengaruh variasi temperatur carburizing terhadap tingkat kekerasan dan kedalaman difusi karbon pada baja st 41 dengan metode pack carburizing

b. Latar Belakang Pada komponen mesin sering dijumpai suatu bahan yang memerlukan kekerasan dan keliatan. Misalnya poros transmisi dan roda gigi. Saat mengalami perpindahan persneling, poros transmisi dan roda gigi mengalami beban puntir. Komponen tersebut juga harus mempunyai sifat lentur, karena dengan sifat lentur diharapkan dapat mengurangi hentakan keras pada saat roda gigi mengalami perkaitan saat terjadinya perpindahan transmisi. Pada umumnya, untuk memperoleh kekerasan pada baja dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas (heat treatment) dan proses kimia (chemical heat treatment). Perlakuan panas adalah proses memanaskan bahan sampai suhu tertentu dan kemudian didinginkan dengan metode tertentu (Daryanto, 2006: 63). Salah satu metode proses kimia yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kekerasan bahan adalah melalui proses karburasi (carburizing). Proses carburizing merupakan proses penambahan unsur karbon (C) ke dalam logam, khususnya pada bagian permukaan bahan dimana unsur karbon ini didapat dari bahan-bahan yang mengandung karbon sehingga kekerasan logam dapat meningkat (Suherman, 1988: 147). Kekurangan proses carburizing pada logam dapat diperbaiki dengan proses perlakuan panas yaitu dengan cara pengerasan lanjut (hardening). Proses hardening dilakukan untuk memperbaiki bagian dalam benda kerja akibat pemanasan yang berlebihan pada waktu proses carburizing yang kemudian didinginkan dengan cepat.Salah satu baja yang sering digunakan dalam carburizing adalah ST 41, karena bahan ini merupakan baja dengan kadar karbon di bawah 0,25% C. Baja ST 41 ini mengandung 0,16% C, 0,015% Si, 0,02% P, 0,028% S, dan 0,68% Mn (Sertifikat PT GSI,2010). Penggunaan baja karbon rendah St 41 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan pembuatan mur, baut, ulir sekrup, peralatan senjata, alat pengangkat presisi, batang tarik, perkakas silinder dan yang lainnya. Hal ini karena sebelum
2

mengalami carburizing baja ini mempunyai sifat mudah dikerjakan dengan mesin (Daryanto, 2006:63). Namun penggunaan baja St 41 ini terbatas pada bagianbagian yang kurang mendapatkan beban dan gesekan yang berat. Hal ini karena baja karbon St 41 memiliki sifat mekanis terutama kekerasan dan keuletan kurang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Untuk mendapatkan suatu konstruksi bahan yang keras pada permukaan dan ulet pada bagian inti baja maka dilakukan carburizing. Dalam dunia industri umumnya lebih menekankan pada kecepatan proses produksi. Hal ini dihubungkan dengan hasil produksi yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tersebut. Dengan kata lain, badan industri atau perusahaan akan berusaha bagaimana cara mencapai target produksi maksimal dengan biaya produksi minimal. Sehingga industri membutuhkan suatu solusi bagaimana cara memenuhi kuota produksi yang telah ditentukan dalam waktu yang relatif singkat karena dengan jalan ini, suatu perusahaan akan mendapatkan keuntungan. Dalam produksinya, proses carburizing cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama karena proses difusi karbon kedalam benda membutuhkan waktu yang relative lama. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi karbon kedalam suatu benda adalah temperatur carburizing. Pada penelitian yang dilakukan oleh Agus Dani (2003:62) yaitu Pengaruh Temperatur Heating dan Waktu Holding terhadap Kekerasan pada Proses Pack Carburizing Sprocket Sepeda Motor menyimpulkan bahwa semakin besar temperatur heating dan waktu holding maka kekerasannya akan semkain meningkat. Hal ini dapat dilihat pada data hasil penelitian berikut ini yang diperoleh nilai kekerasan tertinggi yaitu : Pada temperatur heating 900 C dan holding 5 jam kekerasan rata-rata sebesar 243,36 VHN. Pada temperatur heating 925 C dan holding 5 jam kekerasan rata-rata sebesar 289,30 VHN.

Pada temperatur heating 950 C dan holding 5 jam kekerasan rata-rata sebesar 327,74 VHN. Terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Dani bahwa nilai

kekerasan tertinggi dicapai pada temperatur heating 9500 C dengan holding 5 jam yaitu sebesar 327,74 VHN. Hal ini disebabkan karena semakin besar temperatur heating yang digunakan, maka semakin besar pula energi aktivasi yang dimiliki oleh atom karbon aktif untuk melakukan perpindahan secara difusi menuju ke dalam baja. Semakin besar temperatur heating maka atom-atom besi pada baja akan mengembang sehingga celah-celah antar atom juga semakin besar. Atom karbon yang memiliki jari-jari atom lebih kecil dari pada jari-jari atom besi akan lebih mudah dan cepat untuk melakukan difusi ke dalam baja. Semakin banyak atom karbon aktif yang berdifusi maka akan menghasilkan permukaan baja yang jenuh dengan karbon sehingga kekerasannya akan meningkat. Mengkaji dari penelitian sebelumnya bahwa temperatur heating pada proses carburizing mempengaruhi energi aktivasi yang dimiliki atom karbon aktif dalam proses difusi. Dalam penelitian ini, temperatur heating yang digunakan sebesar 9000 C, 9250 C dan 9500C dalam proses carburizing yang kemudian dapat meningkatkan nilai kekerasan pada baja. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Agus Dani di atas dengan menggunakan temperatur heating sebesar 9000 C, 9250 C dan 9500C yang dihasilkan nilai kekerasan tertinggi pada suhu 9500C. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan temperatur heating sebesar 9000C, 9500C, dan 10000C. Hal ini dikarenakan pada temperatur tersebut nilai kekerasan dimungkinkan dapat berubah. Sehingga dari pemaparan diatas perlu diketahui pengaruh variasi temperatur carburizing terhadap tingkat kekerasan baja St 41 dengan metode pack carburizing. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan yang dapat dipakai sebagai pedoman produksi baja..

c. Rumusan Masalah 1. Adakah perbedaan nilai kekerasan baja ST 41 yang telah mengalami proses carburizing dengan variasi temperatur 900oC, 950oC, 1000oC?
4

2. Berapakah nilai kekerasan baja ST 41 yang mengalami proses pack carburizing menggunakan temperatur karburasi 900oC? 3. Berapakah nilai kekerasan baja ST 41 yang mengalami proses pack carburizing menggunakan temperatur karburasi 950oC? 4. Berapakah nilai kekerasan baja ST 41 yang mengalami proses pack carburizing menggunakan temperatur karburasi 1000oC? 5. Berapa kedalaman difusi karbon pada baja ST 41 yang telah mengalami proses carburizing dengan media donor arang tempurung kelapa? d. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui perbedaan nilai kekerasan baja ST 41 yang telah mengalami proses carburizing dengan variasi temperatur 900oC, 950oC, 1000oC. 2. Mengetahui nilai kekerasan baja ST 41 yang mengalami proses pack carburizing menggunakan temperatur karburasi 900oC. 3. Mengetahui nilai kekerasan baja ST 41 yang mengalami proses pack carburizing menggunakan temperatur karburasi 950oC. 4. Mengetahui nilai kekerasan baja ST 41 yang mengalami proses pack carburizing menggunakan temperatur karburasi 1000oC. 5. Mengetahui kedalaman difusi karbon pada baja ST 41 yang telah mengalami proses carburizing dengan media donor arang tempurung kelapa a. Metode Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian uji. Kemudian untuk teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Experimen.

You might also like