You are on page 1of 21

TUGAS

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL


TEKNIK SIPIL

DIKERJAKAN OLEH :
NAMA KELAS : 1. BAGAS .A. PINANDITO 2. RAZZIF .E. DARMA : 3 SIPIL 2 SORE

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


DEPOK, JANUARI 2006

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN JEMBATAN RANGKA BAJA Jembatan: secara umum suatu konstruksi yang melintaskan alur jalan melewati rintangan yang ada dibawahnya yang berupa sungai, jurang, saluran irigasi, jalan raya, jalan kereta api, lembah dan lain sebagainya. Jembatan rangka baja adalah jembatan yang materialnya sebagian besar terbuat dari baja. B.BAGIAN JEMBATAN :bagian bagian jembatan yang tersusun secara logis dimana setiap bagian memikul tipe tipe beban sejenis sehingga menimbulkan tipe tipe reaksi yang sejenis. Bagian yang dimaksud dalam peraturan ini umumnya didefinisikan sebagai berikut : 1. 2. Pondasi: bagian didalam sebuah jembatan yang meneruskan

beban beban langsung ketanah atau kebatuan. Bangunan bawah ( Sub structure ) :bagian jembatan yang memindahkan beban dari perletakan kepondasi. 3. Kepala Jembatan Pilar Jembatan

Bagian atas ( upper structure ): bagian jembatan yang menerima beban dari lantai kendaraan keperletakan.Terdiri dari Pelat lantai kendaraan. Balok memanjang. Balok melintang. Totoar untuk pejalan kaki. Balok atau rangka batang.

- Beban beban yang bekerja pada Jembatan antara lain : Beban Primer ( beban mati, beban hidup, beban kejut dan tekanan tanah ) Beban Sekunder ( angin, suhu, rem, gempa, tumpuan ) Beban Khusus ( Gaya sentrifugal, beban pelaksanaan, aliran air dan tumbukan benda hanyutan ). 4. 5. Lantai kendaraan: bagian jembatan yang langsung menerima lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki. Perletakan ( Bearing ) : bagian jembatan yang meneruskan beban diatasnya diatasnya. Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian pokok sbb: 1. bangunan atas 2. landasan 3. banguanan bawah 4. pondasi 5. optrid 6. bangunanpengaman jembatan C. MACAM-MACAM JEMBATAN Jembatan itu sendiri dapat dibagi-bagi dalam golongan seperti berikut : 1. Jembatan kayu yang berfungsi untuk lalu lintas biasa pada bentangan kecil dan jembatan pembantu. Jembatan ini berlantai kayu, dan bertumpu pada pier-pier dari batu. Lantai kayu ini dapat kebangunan bawah tanpa menimbulkan kerusakan

dipindahkan/digeser pada malam hari untuk mencegah pencuri-pencuri jangan memasuki kota. 2. Jembatan baja, terbagi atas : a) jembatan jelurung : jembatan dimana balok-balok memanjang yang merupakan balok utama terdiri dari profil normal. b) Jembatan dinding penuh : jembatan yang terdiri dari gelagargelagar memanjang yang berfungsi menerima gaya-gaya beban lantai kendaraan dan beban hidup dari kendaraan lalu lintas diatasnya. c) Jembatan rangka : jembatan yang melintaskan alur jalan melewati rintangan yang ada.

d) Jembatan-jembatan gelagar kembar, untuk lalu lintas kereta api, dengan bentang rel diantara balok-balok. e) Jembatan dengan pemikul lintang dan pemikul memanjang , gelagar induknya ialah gelagar dinding penuh yang konstruir atau gelagar pekerjaan vak f) Jembatan pelengkungan, jembatan ini mengadakan reaksi tumpuan yang arahnya seseorang pada beban tegak lurus.

g) Jembatan gantung, terdiri dari kabel-kabel yang terbentang diatas menara, dan dijangkarkan pada landasan-landasan pada kabel. h) Jembatan kabel stayed : kabel tegang sebagai penopang lantai kemdaraan yang relatif tidak fleksibel i) Jembatan Bridle-Chord : jembatan yang kabel utamanya berbentuk lengkung yang tidak kontinyu berhenti pada L.k. Jembatan Baja pratekan : jembatan yang kabelnya terletak didalam konstruksi pemikul utamanya. j) Jembatan rangka kabel :jembatan yang susunan rangkanya dibuat sedemikian hingga pada perubahan arah beban tetap ada kabel yang menerimanya sebagai gaya tarik. k) Jembatan kabel untuk beban horizontal : jembatan yang dipakai untuk jangkar pontoon pada jembatan pontoon. 3. Jembatan-jembatan dari beton bertulang, dalam golongan ini termasuk juga, jembatan-jembatan yang gelagar-gelagarnya didalam beton. 4. Jembatan batu, hampir tidak ada, kecuali dipergunakan untuk lalu lintas biasa. D. Klasifikasi jembatan 1. klasifikasi menurut kegunaannya : jembatan jalan raya jembatan kereta api jembatan jalan air jambatan jalan pipa jembatan militer jembatan penyebrangan dll

2. klasifikasi menurut jenis material kayu : jembatan kayu

jembatan baja jembatan beton, berupa : beton bertulang dan beton pratekan.

3. klasifikasi menurut letak lantai jembatan : jembatan lantai kendaraan dibawah jembatan lantai kendaraan diatas lembatan lantai kendaraan ditengah jembatan lantai kendaraan diatas dan dibawah.

4. klasifikasi menurut bentuk struktur secara umum: jembatan gelagar (girder bridge) jembatan pelengkung/busur (arch bridge) jembatan rangka (truss bridge) jembatan portal (rigid frame bridge) jembatan gantung (suspension bridge) jembatan kabel (cable-stayed bridge)

Kriteria Desain
Ada beberapa macam kriteria yang menjadi dasar pembuatan jembatan, diantaranya adalah: Tinggi bidang kendaraan / clearance ( C ) Tanjakan atau turunan menuju jembatan Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan Tata letak Jembatan Penentuan bentang

a) Tinggi bidang kendaraan Bila tidak ada keadaan keadaan teristimewa yang dapat mempengaruhi, haruslah bidang bidang kendaraan dibuat sedemikian tinggi sehingga antara muka air pada A . T. ( mungkin juga pada air terbendung ) dan tepi bawah jembatan tinggal suatu ruangan sekurang kurangnya dari 1 meter. Clearance ( c ) adalah jagaan terhadap rusaknya struktur atas oleh tumbukan benda hanyutan, diukur dari muka air banjir ( MAB ) sampai batas bawah struktur atas. Nilai Clearance ( c ) : - c = 0.5 di atas tinggi air normal untuk saluran pengaliran ( SP ) sudah mencukupi c = 1.0 untuk saluran alam ( SA ) c = 1.5 untuk saluran alam yang membawa hanyutan ( SAH ) bila ada kemunkinan bahwa sungai atau saluran air pada waktu banjir mengalirkan pohon pohon tumbang - c = 2.0 untuk saluran yang tidak diketahui keadaannya ( ST ) b) Tanjakan atau turunan Oleh karena mengikuti ketentuan ketentuan yang telah ada, maka duga tepi atas lantai jembatan menjadi lebih tinggi daripada duga jaan yang akan disambungkan; sehngga haruslah dibuat tanjakan ( pendakian ) dari jalan ke jembatan, yaitu diatur sebesar : 1 : 20 untuk jalan dengan kecepatan 80 km / jam 1 : 30 untuk jalan dengan kecepatan < 80 km jam

Tujuannya untuk menghindari lompatan pada kendaraan ketika masuk jembatan. Antara jembatan dan tanjakan ( pendakian ) haruslah dibuat suatu bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan, minimal 5 meter dari jembatan. Peralihannya dikerjakan berbentuk lengkung. Tujuannya agar tidak terjadi energi tumbukan akibat berat kendaraan.

Bila jalan antaran tadi tidak mempunyai perkerasan, maka tanjakan ini haruslah diberi suatu pengerasan, sekurang kurangnya sama dengan lebar bidang kendaraan jembatan. c) Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan Pemberian syarat bidang dari permukaan jalan yang menghubungkan antara jalan dan Jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat tumbukan dari kendaraan yang akan melewati Jembatan. Bila hal ini tidak diberikan pada Jembatan dikhawatirkan akan berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan lahan akibat dari tumbukan kendaraan kendaraan terutama kendaraan berat seperti Truk atau kendaraan berat lainnya. Energi kejut yang diberikan pada strukur akan meruntuhkan strukutur atas, berupa girder dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya maka diberikan spasi berupa jalan yang datar mulai dari tumpuan sejauh 5 meter menuju jalan.

d) Penentuan tata letak jembatan Tempat dimana jembatan harus didirikan, acap kali ditentukan oleh keadaan keadaan istimewa misalnya seperti di kota kota, akan tetapi bila kita diberi sedikit keleluasaan dalam pemilihan tempatnya, haruslah pemilihan itu dilakukan dengan teliti, tidak boleh sembarangan. Tetapi harus sesuai dengan ketentuan berikut ini : Aliran air atau alur sungai stabil ( tidak berpindah pindah ) Tegak lurus terhadap sungai Bentang terpendek ( lebar sungai terkecil )

e) Penentuan bentang jembatan Kepala Jembatan L B Kepala Jembatan L B

A
a +b 2

L=

L=B

Kondisi Normal Sungai limpasan banjir banjir Banjir tidak membawa benda hanyutan membawa benda hanyutan Untuk memperkecil jarak bentang, biasanya dipergunakan kepala jembatan. Bila kita berpegang pada syarat syarat bahwa kecepatan pada ubang jembatan harus sama besar dengan kecepatan alir di saluran maka jarak bentang dari jembatan dapat ditentukan dari penampang basah saluran. - Bila lebar dasar disamakan dengan b dan lebar muka air pada A . T. L=b untuk kondisi : sungai limpasan banjir, dan bila banjir membawa hanyutan. - Tetapi bila terdapat a, maka : L=a+b 2 Banjir Sungai limpasan

untuk kondisi : sungai bukan limpasan banjir, dan bila banjir tidak membawa hanyutan. Dapatah dikira kira bahwa tidak akan terjadi pembendungan. Pada jarak bentang yang tidak terlalu besar akan terdapat juga sedikit pembendungan, karena arus air harus mengubah arahnya. Bila pembendungan tidak dapat dibenarkan maka jarak bentang ( L ) dibuat lebih besar. Bentuk jembatan, tergantung bentang dan jenis sungai Tergantung dari jarak bentang dan bebannya, dapatlah dipergunakan balok balok baja ataupun juga dari kayu yang sederhana, untuk bagian yang memikul dari bagian atas. Balok balok itu terletak atas dua titik titik tumpuan dan ini dinamai jembatan balok baja atau balok kayu. Bila profil profil yang terdapat dalam perdagangan tidak mencukupi, dapatlah dipergunakan sebagai konstruksi pemikul suatu pekerjaan ranga baik dengan tepi tepi yang sejajar ataupun dengan tepi atas yang lengkung. Banya juga dipergunakan jembatan busur dari baja atau dari beton bertulang atau jembatan gantung. Bila keadaan meminta, dibuatlah jembatan yang dapat digerakkan. Ini terdapat, misalnya bila ada pelajaran dan tinggi bebasnya tidak dapat dibuat cukup tinggi, untuk kapat dapat lewat dibawahnya. Kita mengetahui jembatan tarik, jembatan putar, jembatan angkat dan jembatan jungkit. Konstruksi kayu biasanya digunakan untuk konstruksi sementara. Jembatan tetap dibuat dari baja atau beton bertulang. Jembatan beton bertulang pada umumnya mempunyai berta yang lebih besar; akan tetapi untungnya adalah hampir tidak memerlukan pemeliharaan. Konstruksi baja harus dipelihara dengan teratur, akan tetapi lebih mudah untuk disesuaikan pada beton yang lebih berat.

DATA HASIL PENGAMATAN JEMBATAN


ANALISA DAN PERMASALAHAN
Berdasarkan data yang telah kami peroleh, kami mencoba menganalisa Jembatan tersebut melalui kriteria desain yang menjadi dasar dari pembuatan sebuah jembatan. 1) Clearance Clearance adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari rusaknya struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari bendabenda hanyutan. Besarnya clearance sangat bervariasi, tergantung dari jenis sungai yang ada. Dan dari sungai yang telah kami tinjau besarnya clearance tersebut adalah sebesar 10 meter. Jarak tersebut merupakan ukuran yang sangat aman untuk sebuah jembatan yang membawa limpasa banjir. Sehingga untuk nilai clearance yang kami dapatkan ini, maka jembatan tersebut memenuhi kriteria design dan tidak mengalami permasalahan yang berarti.

2) Tanjakan atau turunan menuju jembatan Berdasarkan hasil pengamatan kami terhadap tanjakan atau turunan menuju jembatan, didapatkan besarnya tanjakan atau turunan tersebut adalah sebesar 1 : 30 dengan kecepatan rencana kendaraan 80 km / jam. Berdasarkan hal tersebut, maka besarnya tanjakan atau turunan tersebut sesuai dengan criteria desain yang ada karena tanjakan atau turunan tersebut bertujuan untuk menghindari jumping kendaraan pada saat memasuki jembatan tersebut.

3)

Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan Dari pengukuran bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan, kami mendapatkan nilai 20 meter. Berdasarkan hal tersebut maka jarak 20 meter merupakan jarak yang sangat aman untuk ukuran sebuah jembatan, karena bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan disyaratkan minimal 5 meter. Karena itu maka kami menarik kesimpulan bahwa energi yang diterima jembatan akan teredam sempurna melalui bidang datar yang sejajar dengan jembatan.

Energi kejut yang diberikan pada strukur akan meruntuhkan strukutur atas, berupa girder dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya maka diberikan spasi berupa jalan yang datar mulai dari tumpuan sejauh 5 meter menuju jalan. 4) Penentuan tata letak jembatan Dari hasil analisa kami, bahwa jembatan ini tidak terletak tegak lurus terhadap aliran sungai, sehingga dinding kepala jembatannya memerlukan perlindungan berupa perbaikan dinding sungai. Oleh karena itu jembatan yang telah kami tinjau ini kurang memenuhi kriteria design, dimana letak jembatan tidak tegak lurus terhadap sungai yang alirannya stabil. Maka dinding kepala jembatannya memerlukan perlindungan berupa perbaikan dinding sungai, yaitu : Turap baja

Bronjong (pasangan batu kosong dengan batu kosong) Dinding penahan (pasangan batu kali, beton) Dinding pelindung (pasangan batu kali, lempeng plat beton)

Perbaikan dasar sungai: Pasangan batu kali Beton Pasangan batu kosong dengan tiang cerucuk 5) Penentuan bentang Ada 2 cara dalam menentukan bentang dalam pembuatan jembatan, yaitu untuk sungai yang merupakan limpasan banjir dan sungai yang bukan limpasan banjir. Dari data yang kami telah dapatkan, maka dapat kami simpulkan bahwa sungai ini merupakan sungai limpasan banjir, oleh sebab itu penentuan bentangnya menggunakan metode berikut ini : Sungai merupakan limpasan banjir Bila banjir, sungai membawa hanyutan L=b Bentang Jembatan = Lebar sungai

Dimana lebar sungai dijadikan sebagai bentang jembatan yang dibuat. 6) Type jembatan Dari hasil pengamatan, kami dapat menentukan bahwa type jembatan yang kami analisa termasuk pada type no vertical. Dan didapatkan sudut batang diagonal sebesar 45 o, dengan penempatan deck di bawah jembatan dan lantai jembatan dari aspal. Berdasarkan ukuran proporsi ekonomis, tinggi rangka pada jembatan diyaratkan 1/5 1/8 bentang jembatan yang ada . Yaitu (1/8 x 57,5 m = 7,18 meter) sedangkan berdasarkan hasil pengukuran di lapangan didapatkan tinggi rangka pada jembatan tersebut sebesar 8 meter.

Berdasarkan pengamatan diatas kami menyimpulkan bahwa tinggi rangka jembatan memenuhi syarat proporsi ekonomis. 7) Kepala jembatan Kepala jembatan berfungsi sebagai penahan struktur atas dan sebagai struktur pembatas antara jalan dengan sungai. Penempatan kepala jembatan ini diusahakan untuk tidak ditempatkan pada belokan sungai dengan tujuan untuk menghindari scouring ( penggerusan ). Berdasarkan pengamatan, posisi kepala jembatan yang kami analisa tidak terletak pada belokan sungai tetapi juga tidak tegak lurus terhadap arah aliran sungai. Sehingga dapat kami simpulkan bahwa posisi kepala jembatan yang kami analisa memenuhi syarat criteria desain, yaitu tidak terletak pada belokan sungai. Bentuk kepala jembatan yang kami analisa termasuk type gravitasi. 8) Kelengkapan Jembatan

a. Pagar

Jembatan yang kami amati tidak memiliki pagar sebagai pengaman dari pejalan kaki dan juga sebagai keindahan Solusi : Pasang pipa sepanjang jembatan sebagai pengganti pagar.

b. Kerb Jembatan yang kami amati tidak memiliki kerb sebagai pengaman gesekan ban dengan trotoar dan sebagai keindahan serta kelengkapan dari sebuah jalan raya. Solusi : Diberi kerb agar trotoar tidak rusak sebelum waktunya.

c. Pertemuan perkerasan jalan dengan struktur atas jembatan Sambungan pertemuan antara perkerasan jalan dengan struktur bagian atas jembatan telah rusak di satu sisi karenanya sangat membahayakan bagi pengguna jalan. Ini dikarenakan lendutan jembatan yang sangat besar yang kami rasakan pada saat survey dilapangan. Solusi : Sebaiknya diberi ikatan karet dahulu sebagai elastisitas baru dilapisi oleh logam untuk menutup gesekan antara karet dengan lalu lintas diatas.

d. Drainase jembatan Jembatan yang kami amati memiliki saluran drainase yang cukup tetapi tersumbat oleh kotoran yang cukup banyak ini dikhawatirkan dapat menyebabkan genangan air pada saat hujan yang cukup lebat. Solusi : Perawatan setiap enam bulan sekali untuk membersihkan saluran drainase yang tersumbat oleh kotoran dan lumut.

e. Banyak kotoran (sampah) yang dihasilkan oleh rumah tangga di sekitar daerah jembatan sehingga menambah beban mati dijembatan itu. Sampah-sampah tersebut mencapai permukaan sungai sehingga mengotori sungai dan alirannya terhambat megakibatkan turbulensi aliran sungai yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan local scouring di kepala jembatan. Solusi : Dipasang larangan membuang sampah.

PENUTUP DAN KESIMPULAN Dari hasil analisa kriteria design terhadap jembatan Kranggan Cibubur, kelompok kami melakukan pengamatan dan menarik kesimpulan bahwa jembatan tersebut kurang layak untuk digunakan bila ditinjau dari kriteria desain yang ada. Karena untuk semua analisa, criteria design terhadap jembatan tersebut memenuhi persyaratan yang telah ada. Dari faktor kenyamanan menurut kelompok kami karena lebar jalan sesuai dengan transportasi yang digunakan oleh pemakai maka kecelakaan bisa terhindari, hanya saja pada saat malam tidak terdapat penerangan, sehingga pejalan kaki harus was-was terhadap kendaraan yang lewat juga tiadanya pagar cukup membahayakan.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas izin - Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL dan kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta karena dengan doa beliau kami dapat menyelesaikan tugas ini . Dalam tugas jembatan ini , penulisan mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Ir Andi Indianto MT , selaku dosen mata kuliah Jembatan yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan, bimbingan dan pengarahan selama berlangsungnya mata kuliah. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam tugas ini, karena terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu masukan dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis memohon maaf kepada Bapak Andi Indianto, jika ada kata-kata yang kurang berkenan di hati dan terima kasih atas kesempatan yang Bapak berikan untuk menyelesaikan tugas ini.

Hor mat kami

Penulis

You might also like