You are on page 1of 29

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah obat-obatan yang beredar dalam masyarakat pun bertambah banyak. Beberapa obat dapat saja mengandung zat yang sama, namun beda konsentrasinya. Konsentrasi obat telah dicantumkan pada etiket dan brosurnya. Namun, kenyataan yang sering terjadi jumlah yang tercantum pada etike berbeda dengan yang sebenarnya. Penetapan kadar suatu senyawa obat dapat dilaukan secara volumetri atau titrimetri. Analisis volumetri ialah analisa kimia kuantitatif dengan menentukan volume larutan yang telah diketahui kadar, yang akan bereaksi dengan sejumlah senyawa yang akan dianalisa. Karena tehnik analisa ini biasanya dilakukan dengan titrasi, maka disebut juga analisa titrimetri. Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan dengan penambahan indikator yang akan memberikan perubahan warna. Di bidang farmasi, penetapan kadar suatu senyawa dalam sampel sangat bermanfaat. Hal ini dapat berfungsi sebagai kontrol kualitas sediaan obat, apakah obat tersebut kadarnya sama dengan yang tercantum dalam etiket. Pada percobaan ini akan dilakukan penetapan kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin dan asam askorbat dalam tablet vitamin C IPI.

Amoksisilin ditetapkan dengan metode alkalimetri, karena sifat asam dari amoksisilin. Sedangkan asam askorbat ditetapkan dengan metode iodimetri karena asam askobat merupakan reduktor. I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar vitamin dan antibiotik dalam suatu sediaan farmasi dengan menggunakan metode volumetri. I.2.2 Tujuan Percobaan Menentukan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C IPI dengan metode iodimetri. Menentukan kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin metode alkalimeri. I.3 Prinsip Percobaan Penetapan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C

dengan

IPI dengan

metode iodimetri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara larutan iodum sebagai titran yang bersifat oksidator dengan asam askorbat sebagai sampel yang bersifat reduktor menggunakan indikator larutan kanji dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi biru tua yang stabil. Penetapan kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin

dengan metode

alkalimetri berdasarkan reaksi netralisasi antara NaOH sebagai titran yang bersifat basa dengan amoksisilin sebagai sampel yang bersifat asam

menggunakan indikator phenolftalein dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah muda yang stabil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum 1. Golongan antibiotika Antibiotika (latin ; anti : lawan, bios : hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan organisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah yang memiliki khaisat mematikan atau menghambat pertumbahan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil. (1) Antibiotika untuk pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris, dr.Alexander Flemming pada tahun 1928 yaitu menemukan penisillin. Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1041 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dinyatakan mempunyai khasiat antibiotika diisolir oleh banyak penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. (1) Sifat-sifat antibiotika (2) : Suatu bentuk metabolisme Suatu produk sintetik dengan struktur serupa dengan antibiotik yang alami.

Mengisolasikan pertumbuhan atau kelangsungan hidup satu atau lebh jumlah mikroorganisme. Efektif dalam kadar rendah. Bakteriostatik dan bakteriosid. Antibiotik dibagi atas (5) : Golongan betalaktam (penisillin dan sefalosforin). Aminoglikosida (sterptomisin, gentamisin, kanamisin). Tetrasiklin oksitetrasiklin). Kloramfenikol (thiamfenikol). Makrolida dan Linkomisin (eritromisin, linkomisin, spiromisin). Polipeptida (gramisin, polimiksin B, basitrasin). Antibiotik lain (rifampisin, asam fusidat). 2. Golongan vitamin. Vitamin adalah faktor nutrisi esensial dan senyawa kimai yang aktif. Vitamin juga didefinisikan sebagai senyawa organik kompleks yang esensial untuk untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi mahluk hidup. (3,4) Istilah vitamin pertama kali diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu sebuah amina yang sangat vital dan dari kata tersebut lahirlah istilah vvitamin yang kemudian menjadi vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak 5 (metasiklin, demeklosiklin, monosiklin,

termasuk golongan protein, karbohidrat ataupun lemak. dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsung kehidupan dan pertumbuahan. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan normal. (5) Banyak vitamin yang telah dikenal dan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Jenis vitamin yang dapat larut dalam air ialah vitamin B kompleks dan vitamin C, sedangkan vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K serta provitamin A. (4)

II. 2 Uraian Bahan 1. Asam askorbat (6) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Rumus bangun : : : : Acidum askorbicum Asam askorbat C6H8O6 / 176,13

Pemerian

Hablur, atau serbuk putih atau agak kuning dan pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara cepat terokdasi

Kelarutan

Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam CHCl3, eter dan benzena.

Penyimpanan Kegunaan Penetapan kadar

: : :

Dalam wadah tertutup rapat Sebagai sampel Asam askorbat mengandung tidak

kurang dari 99,0 % C6H8O6 2. Air suling (7) Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain Rumus molekul/BM Pemerian

: : :

Aquades, air suling H2O/18,02 Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Penyimpanan Kegunaan 3. Natrium Hidroksida (7) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Pemerian

: :

Dalam wadah tertutup baik Sebagai pelarut

: : : :

Natrii Hydroxidum Natrium Hidroksida NaOH/40,00 Putih atau praktis putih, massa hablur berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur bila

dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab Kelarutan Penyimpanan Kegunaan 4. Fenolftalein (7) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM : : : Phenolphtaleinum Fenolftalein C20H14O4/318,33 : : : Mudah larut dalam air dan dalam etanol Dalam wadah tertutup baik Sebagai titran

Rumus bangun

O O

OH Pemerian : Serbuk hablur,

OH putih atau putih

kekuningan di udara Kelarutan :

lemah, tidak berbau, stabil

Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter

Trayek pH Perubahan warna Penyimpanan Kegunaan 5. Asam sulfat (6) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Pemerian

: : : :

8,0-10,0 Dari tak berwarna menjadi merah Dalam wadah tertutup rapat Sebagai indikator

: : : :

Acidum sulfuricum Asam sulfat H2SO4/98,07 Cairan kental, seperti minyak, korosif, tidak berwarna.

Penyimpanan Kegunaan 6. Iodium (6) Nama resmi

: :

Dalam wadah tertutup rapat Pemberi suasana asam.

Iodum

10

Nama lain Rumus molekul/BM Pemerian

: : :

Iod I2/126,41 keping atau butir, berat, mengkilat seperti logam, bau khas

Kelarutan

Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol

Penyimpanan Kegunaan 7. Kanji (6) Nama resmi Nama lain Pemerian

: :

Dalam wadah tertutup rapat Sebagai larutan baku

: : :

Amylum Solani Starch, pati Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih.

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air dingin, dalam etanol 95 % P

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering

Kegunaan 8. Amoksisilin (7) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM

Sebagai indikator

: : :

Amoxicillinum Amoksisilin C16H19N3O5S.3H2O / 419,45

10

11

Rumus bangun

: O H HO C-CONHNH2 H

H N

COOH CH3 CH3

S .3H2O H

Pemerian

: Serbuk hablur , putih, praktis tidak berbau.

Kelarutan

Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam CCl4, dan dalam kloroform

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapa, pada suhu kamar terkendali

Kegunaan Persyaratan kadar

: :

Sebagai antimikroba Mengandung C16H19N3O5S.3H2O tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 120,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

9.

Amoksisilin (6) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Rumus bangun : : : : Formaldehidydi Solutio Formalin, larutan fromaldehid CH2O/30,03 H- C -H O

11

12

Pemerian

cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk uap

merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Jika disimpan ditempat dingin dapat menjadi keruh Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, sebaiknya pada suhu di atas 20oC Kegunaan : Antiseptikum ekstern, pengawet

12

13

II.3 Uraian sediaan 1. Vitamin C. Nama sediaan Komposisi : Vitamin C IPI : Tiap tablet vitamin C IPI mengandung asam askorbat 50 mg Indikasi : Suplemen vitamin C, memperkuat daya tahan tubuh, meningkatan kesegaran tubuh,

menyempurnakan struktur tulang agar tubuh lebih sempurna, mencegah karies gigi-gigi Dosis : Dewasa Anak-anak : sehari 2-5 tablet : sehari 1-2 tablet hisap perlahan-

lahan dalam mulut. Kemasan : Tiap dos berisi 50 tablet

Persyaratan kadar : Tiap tablet mengandung tidak kurang 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari etiket. 2. Amoksisilin Nama sediaan Pabrik Komposisi : Amoksisilin kaplet : Pharos : Tiap kaplet mengandung Amoksisilin trihidrat setara dengan amoksisilin 125 mg ; 500 mg Indikasi : infeksi saluran cerna, pernafasan saluran kemih, dan kelamin, infeksi lain seperti salmonella, shigella, kulit, luka selulitis, furunkulosis.

13

14

Dosis

: Dewasa dan anak-anak 20 kg ke atas : 3 kali sehari 250 mg 500 mg sehari Anak-anak / bayi 20 kg ke bawah : 22 75 mg/kg bb sehari, dibagi 3 pemberian.

Kemasan II.4 Prosedur Kerja 1. Vitamin C (6)

: Tiap dos berisi 12 kaplet @ 500 mg

Timbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan dalam campuran 100 ml air dan 25 ml asam sulfat 2N, tambahkan 3 ml kanji LP, titrasi segara dengan iodium 0,1 N LV. 1 ml I2 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6 2. Amoksisilin (8) Titrasi campuran zat yang setara dengan 15 mg amoksisilin terihidrat dalam 10 ml air, kemudian ditambahkan 4 ml formalin yang netral, dua menit kemudian larutan ini dititrasi dengan 0,02 N NaOH sampai timbul warna merah muda yang stabil selama 30 detik. 1 ml NaOH 0,02 N setara dengan 6,98 mg amoksisilin

14

15

BAB III METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat-alat yang digunakan Aluminium foil Batang pengaduk Beker gelas 250 ml Botol semprot Buret 50,0 ml Erlenmeyer 250 ml Gelas ukur 25 ml Kain putih Neraca analitik Pipet tetes Pipet skala Sendok tanduk Statif dan Klem III.1.2 Bahan Air suling Amoksisilin kaplet Asam askorbat Asam sulfat 10 % v/v

15

16

Formalin netral Indikator phenolftalein Indikator kanji Larutan baku I2 Natrium hidroksida (NaOH) 0,1128 N Tissu III.2 Cara Kerja 1. Penetapan kadar amoksisilin dalam kaplet amoksisilin a. Penetralan formaldehid Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Buret diisi dengan NaOH 0,0909 N sebanyak 50,0 ml Ke dalam erlenmeyer 250 ml dimasukkan formaldehid sebanyak 100 ml Sebanyak 4 tetes indikator fenolftalein ditambahkan ke dalam erlenmeyer berisi formaldehid dan dihomogenkan. Formaldehid dititrasi dengan NaOH 0,0909 N Titrasi dihentikan jika larutan formaldehid telah berubah warnanya dari tidak berwarna menjadi merah muda yang stabil. b. Pengerjaan zat uji alat dan bahan disiapkan kaplet amoksisilin ditimbang sebanyak 10 kaplet dan dihitung bobot rata-ratanya.

16

17

Amoksisilin kaplet digerus dalam lumpang dan alu hingga halus.

Serbuk amoksisilin ditimbang setara 100 mg sebanyak 198,28 mg

Serbuk amoksisilin dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml Ke dalam erlenmeyer yang berisi analis ditambahkan 50 ml air suling dan 28 ml formaldehid netral, lalu dibiarkan selama 2 menit, dihomogenkan.

Buret diisi dengan NaOH baku 0,0909 N sebanyak 50,0 ml Ke dalam larutan analit ditambahkan indikator PP 3 tetes dan dihomogenkan

Larutan sampel diititrasi dengan NaOH 0,0909 N Titik akhir titirasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi larutan merah muda yang stabil.

Dihitung kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin dengan rumus : V.N.Bst %K = Bs.Fk Dimana : V = Volume larutan N = Normalitas larutan titer. Bst = Berat setara Bs = Berat sampel Fk = Faktor koreksi x 100%

17

18

Diulangi sekali lagi prosedur di atas dengan menggunakan cara yang sama

2. Penetapan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C IPI Alat dan bahan disiapkan Ditimbang setara 20 tablet vitamin C IPI, lalu dihitung bobot rataratanya. Tablet digerus dengan menggunakan lumpang dan alu hingga halus. Ditimbang setara 100 mg serbuk vitamin C yaiitu sebanyak 183,2 mg Serbuk vitamin C yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml air suling bebas CO 2 dan 25 ml asam sulfat 10 % ke dalam erlenmeyer, lalu dihomogenkan. Dimasukkan larutan iodin baku ke dl buret sebanyak 50,0 ml. Ke dalam larutan analit ditambahkan 1 ml indikator kanji lalu dihomogenkan Larutan sampel dititrasi dengan larutan baku I2 0,0995 N Titik akhir titirasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi larutan biru yang stabil. Dihitung kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C dengan rumus : V.N.Bst %K= x 100% 18

19

Bs.Fk Dimana : V = Volume larutan N = Normalitas larutan titer. Bst = Berat setara Bs = Berat sampel Fk = Faktor koreksi Diulangi sekali lagi prosedur di atas dengan menggunakan cara yang sama

19

20

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan No Sampel Titrasi Berat (g) 1 Amoksisilin I 0,1983 2 Amoksisilin II 0,1983 3 Vitamin C I 0,1913 4 Vitamin C II 0,1913 Volume titrasi 3,5 ml 2,9 ml 3,5 ml 2,5 ml Warna Bening-merah muda Bening-merah muda Kuning biru Kuning biru

IV.2 Perhitungan 1. Amoksisilin 9,142 g Berat rata-rata = 10 100 Berat yang ditimbang = 500 V.N.Bst %K= Bs.Fk 0,0909 x 3,5 x 34,9 %K1 = 100 x 0,1 0,0909 x 2,9 x 34,9 %K2 = 100 x 0,1 111,0344 % + 91,9999 % %K = 2 = 101,5172 % x 100% = 91,9999 % x 100% = 111,0344 % x 100% x 0,9142 g = 0,1983 g = 0,9142 g

20

21

2.

Vitamin C 95,625 mg Berat rata-rata = 10 100 Berat yang ditimbang = 50 V.N.Bst %K= Bs.Fk 0,0995 x 3,5 x 8,806 %K1 = 100 x 0,1 0,0995 x 2,5 x 8,806 %K2 = 100 x 0,1 30,6669 % + 21,9048 % %K = 2 = 26,2859 % x 100% = 21,9048 % x 100% = 30,6669 % x 100% x 95,625 mg = 191,3 mg = 95,625 mg

IV.3 Reaksi

21

22

22

23

BAB V PEMBAHASAN

A. Amoksisilin Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar amoksisilin tablet. Sedangkan pada penetapan kadar amoksisilin tablet digunakan metode alkalimetri, sebab amoksisilin memiliki sifat asam yang dapat dinetralkan dengan penambahan larutan baku NaOH. Selain metode alkalimetri, juga dapat digunakan metode iodometri dan bromometri. Metode alkalimetri merupakan metode yang cukup sederhana, yakni pengukuran sejulah kuantitaif asam yang terdapat dalam contoh dengan cara dititrasi dengan basa yang sesuai. Untuk menambahkan daya larutnya, maka dalam larutan tersebut ditambahkan formalin yang telah dinetralkan dengan NaOH baku. Formaldehid merupakan asam lemah, yang jika tidak dinetralkan akan mengganggu titik akhir titrasi. Maksud dari penambahan NaOH baku adalah untuk menetralkan sifat asam dari formaldehid. Pada penetapan kadar amoksisilin digunakan indikator PP, yang mempunyai trayek pH antara 8,0 10. Perubahan warna yang terjadi adalah tidak berwarna menjadi merah muda. Ini menandakan titik akhir titrasi. Kelebihan NaOH nantinya akan diketahui dengan indikator ini. Adanya perubahan warna indikator ini disebabkan perubahanperubahan struktur termasuk penghasilan bentuk-bentuk kuinoloid dan

23

24

resonansi, ini dapat diilustrasikan dengan mengacu pada fenolftalein yang perubahannya adalah khas bagi semua indikator ftalein, seperti pada reaksi berikut. Dengan adanya alkali encer, cincin lakton pada (i) terbuka dengan menghasilkan (ii), dan struktur treifenilkarbinol (ii) kehilangan air dengan menghasilkan ion beresonansi (iii) yang merah. Jika PP diolah dengan alkali alkohol yang berlenihan, warna merah yang dihasilkan mula-mula menghilang.

Dari ghasil percobaan diperoleh kadar rata-rata amoksisilin yang tredapat dalam sediaan amoksisiln kaplet adalah 101,5172 %, hal ini sesuai dengan literatur (FI III), dimana persyaratan kadarnya yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 120,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

24

25

B. Asam Askorbat Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C IPI. Asam askorbat merupakan suatu zat yang bersifat reduktor sehingga dalam penetapan kadarnya dapat digunakan metode iodimetri. Metode iodimetri merupakan cara analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor yang menggunakan larutan baku iodum secara langsung. Asam askorbat merupakan sebuah reduktor karena adanya ikatan rangkap yang terdapat dalam rumus molekulnya. Ikatan rangkap ini akan dioksidasi oleh iodin baku menjadi ikatan dioksi dengan membebaskan asam iodida. Percobaan ini dilakukan dalam suasana sam yaitu dengan penambahan sama sulfat. Jika reaksi ini terjadi dalam suasana alkali, maka akan terbentuk ion hipoiodat yang akan menyulitkan dalam penentuan titik akhir titrasi. Pada percobaan ini titrasi langsung terhadap asam askorbat dilarutkan dalam air bebas CO2, karena untuk mencegah teroksidasinya asam askorbat oleh CO2 yang terdapat dalam air. CO2 pada larutan akan mempengaruhi kecepatan oksidasi. Pada titrasi ini dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan indikator kanji yang akan membentuk ikatan kompleks dengan Iod yang membentuk warna biru yang kuat. Kelebihan iod akan diketahui dengan bereaksinya iodin dengan amilum membentuk warna biru. Perubahan warna ini menandakan titik akhir titrasi.

25

26

Warna larutan iod 0,1 N cukup tua dan dapat digunakan sebagai indikator sendiri, tetapi pada titik akhir titrasi larutan iod hanya memberikan warna kuning atau kuning lemah sehingga perubahan warnanya tidak begitu jelas. Oleh karena itu digunakan indikator kanji yang dengan adanya sedikit iod akan membentuk senyawa kompleks iod amilum yang berwarna biru. Dari hasil percobaan diperoleh persen kadar untuk asam askorbat adalah 26,2859 %. Hal ini sangat berbeda dengan persyaratan kadar yang tercantum dalam Farmakope Indonesia III yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 120,0 %. Adanay perbedaan hasil mungkin disebabkan karena larutan iodinnya sudah tidak akurat lagi, karena sebagian sudah menguap atau rusak oleh cahaya. Selain itu juga dapat disebabkan oleh kesalahan penimbangan dan kesalahn dalam mengamati titik akhir titrasi.

26

27

BAB VI PENUTUP

V.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa 1. Kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C IPI adalah 26,2859 % 2. Kadar amoksisilin dalam tablet amoksisilin adalah 101,5172 %. V.2 Saran -

27

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Tan, H.T., Raharja K., (1978), Obat-obat Penting, Depkes RI, Jakarta. 2. Wilson G., (1982), Kimia Farmasi dan Medisinal Organik, IKIP Semarang Press, Semarang. 3. Roth, H., J, Blaschke, (1994), Analisa Farmasi, UGM-Press, Yogyakarta. 4. Sudarmaji, S., (1996), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty Press, Yogyakarta. 5. Winarno, F.G., (1989), KIMia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia, Jakarta. 6. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 56, 586 7. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 27, 51, 52, 53, 96, 589, 662, 975 8. Autherhoff, K., (1986), Identifikasi Obat ITB Press, Bandung, 190

28

29

1.

Amoksisilin (6) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Rumus bangun Pemerian Kelarutan Penyimpanan Kegunaan Penetapan kadar : : : : : : : : :

29

You might also like