You are on page 1of 10

APPENDIKSITIS

I.PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997). Appendiks adalah ujung

seperti jari yang kecil panjangnya kirakira 10 cm 94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke

dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terhadap infeksi. Appendikitis merupakan peradangan pada rentan

appendiks (umbai cacing). Kira-kira 7% populasi akan mengalami appendikitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita. Appendiksitis lebih sering

menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.

Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks, dimana appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju rongga peinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses. Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.

II.ETIOLOGI Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c. Benda asing d.Faktor yang berpengaruh: ; Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%). ; Infeksi: E. Coli dan steptococcus, Tumor

III. TANDA DAN GEJALA Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan Mual, muntah Anoreksia, malaisse Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney Spasme otot Konstipasi, diare (Brunner & Suddart, 1997)

IV. PATOFISIOLOGI

Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus

V. PATHWAYS

Jumlah lekosit Hati Diafragma Pelvis


Abses sekunder

Obs. usus Edema


(Berisi Pus)

Infeksi

Bakteri flora usus


Apendik (bawah kanan rongga abdomen)

Konstipasi

Rangsang syaraf reseptor

Nyeri

Hiperthermy

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75% Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah (Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997) VII. KOMPLIKASI Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks Tromboflebitis supuratif Abses subfrenikus Obstruksi intestinal VIII. PENATALAKSANAAN Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Brunner & Suddart, 1997) IX. PENGKAJIAN 1. Aktivitas/ istirahat: Malaise 2. Sirkulasi : Tachikardi 3. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal Diare (kadang-kadang) Distensi abdomen

Nyeri tekan/lepas abdomen Penurunan bising usus 4.Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah 5.Kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam 6.Keamanan : demam .Pernapasan Tachipnea Pernapasan dangkal (Brunner & Suddart, 1997) X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi NOC : Pengendalian Resiko : Tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan aktual, pribadi serta dapat dimodifikasi. Tujuan : tidak terjadi infeksi. Kriteria: Penyembuhan luka berjalan baik Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen Tekanan darah >90/60 mmHg Nadi lebih 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal Abdomen lunak, tidak ada distensi Bising usus 5-34 x/menit ; Jumlah leukosit dalam batas normal ; Menunjukan perilaku hidup sehat NIC : Perlindungan Infeksi :Mencegah dan mendeteksi dini infeksipada pasien yang beresiko.

Intervensi: a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat b. Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal c. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus d. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik e. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema f. Kolaborasi: antibiotik

2. Nyeri b.d agen cidera fisik NOC : perilaku mengendalikan nyerix: Tindakan seseorang untuk mengendalikan nyeri. Tujuannya adalah pasien menunjukan nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria hasil menunjukan perasaan yang secara fisik dan psikologis, menunjukan tindakan untuk mengendalikan nyeri, menunjukan jumlah nyeri yang dirasakan, dapat istirahat/tidur dan klien menunjukan perilaku/distraksi. Kriteria hasil: Persepsi subyektif tentang nyeri menurun Tampak rileks Pasien dapat istirahat dengan cukup NIC : Penatalaksanaan nyeri : Merinangankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien. Intervensi:

a. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri b. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler c. Dorong untuk ambulasi dini d. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang e. Hindari tekanan area popliteal f. Berikan antiemetik, analgetik sesuai program 3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi NOC :Keseimbangan cairan : Keseimbangan air dalam ruangan intrasel dan ekstrasel dan ekstrasel tubuh. Kriteria hasil; Membran mukosa lembab Turgor kulit baik Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam Tanda vital stabil NIC : Pemantauan cairan : Pengumpulan dan analisa data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan. Intervensi: a. Awasi tekanan darah dan tanda vial b. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill c. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi d. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus e. Berikan perawatan mulut sering

f. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi g. Berikan cairan IV dan Elektrolit

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi NOC : Tingkatan pengetahuan. Kriteria: Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan Berpartisipasidalam program pengobatan NIC : Pengajaran, proses penyakit : Membantu pasien dalam memahami informasi yang berhubungan dengan proses timbulnya penyakit secara khusus. Intervensi a. Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi, berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien b. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik, sediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan beberapa pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya c. sediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan beberapa pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya d. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase (Wilkinson, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC Price, Silvia Anderson.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta: EGC Smelthzer, Susanne C dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart, Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Suku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

You might also like