You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai macam kelainan refraksi, salah satu diantaranya adalah astigmatisme. Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.1 Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata (24,72%).5 Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan Kelainan astigmatisme menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin.5 Meskipun telah banyak penelitian yang luas, penyebab pasti astigmatisme masih belum diketahui. Satu penjelasan yang mungkin dari etiologi astigmatisme adalah bahwa kesalahan bias astigmatik ditentukan secara genetik.7 Astigmatisme juga dapat disebabkan karena kelainan pada lensa yaitu kekeruhan lensa, trauma ataupun tumor.8 Secara garis besar terdapat 3 penatalaksanaan astigmatisma, yaitu dengan menggunakan kacamata silinder, lensa kontak dan pembedahan. Teknik pembedahan menggunakan metode LASIK, photorefractive keratotomy, dan radial keratotomy.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Dan Fisiologi Bola Mata1

Gambar 1. Anatomi bola mata. (http://www.orangkesehatan.blogspot.com)

Bola mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata. Dinding bola mata terdiiri dari sclera dan kornea. Pada kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu : Epitel Merupakan lapisan paling luar kornea dan berbentuk epitel berlapis gepeng tanpa tanduk Membrane bowman Suatu membrane tipis yang homogeny terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Stroma Lapisan paling tebal dari kornea. Bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Membrane descemet

Lapisan ini merupakan pelindung atau barier infeksi dan masuknya pembuluh darah. Endotel Merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea. Endotel merupakan sebagai pengatur cairan didalam stroma kornea.

Gambar lapisan kornea (www.duniamata.blogspot.com) Isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kacam dan retina. Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks denga ketebalan sekitar 5mm dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Terdiri dari nucleus dan korteks. Berfungsi untuk membiaskan cahaya sehingga difokuskan ke retina. Uvea Walaupun dibicarakan sebagai isi , uvea sebenarnya merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon. Terdiri atas 3 bagian yaitu iris, badan siliar, dan koroid. Badan kaca Mengisi sebagian besar bola mata dibelakang lensa, tidak bewarna, bening dan konsitensinya lunak. Retina Suatu membrane tipis dan bening. Mempunyai ketebalan sekitar 1 mm.

B. Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.6 C. Definisi Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.1 Astigmatisme adalah keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan secara seimbang pada seluruh meridian. Gelaja astigmatisma biasanya dikenali dengan pengelihatan yang kabur, head tilting, menengok untuk melihat lebih jelas, mempersempit palpebra dan mendekati objek untuk melihat lebih jelas.2 D. Epidemiologi Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata (24,72%).5 Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan Kelainan astigmatisme menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin.3 Menurut Maths Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat bervariasi antara 30%-70%.4 E. Etiologi7 Meskipun telah banyak penelitian yang luas, penyebab pasti astigmatisme masih belum diketahui. Satu penjelasan yang mungkin dari etiologi astigmatisme adalah bahwa kesalahan bias astigmatik ditentukan secara genetik. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki pengaruh genetika pada

pengembangan astigmatik. Namun, studi ke genetika dan astigmatisme menyajikan beberapa hasil yang bertentangan. Studi tertentu menunjukkan beberapa derajat heritabilitas silindris dan juga cenderung mendukung modus dominan autosomal dari warisan. Penelitian lain mendukung pengaruh kuat

environnemental. Sehingga menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan memiliki peran dalam pengembangan astigmatisme. Sifat dari mekanisme ini masih belum sepenuhnya dipahami. Silindris dapat dibagi menjadi kategori kongenital dan didapat. Ketika diakuisisi, mungkin menjadi sekunder untuk kondisi penyakit tertentu atau akibat dari operasi mata ataupun trauma. Astigmatisme disebabkan oleh berbagai patologi kornea berhubungan dengan lesi tinggi, seperti keratoconus atau Sallzmann nodular degenerasi. Penyebab lain astigmatisme termasuk trauma kornea dan infeksi. Selain itu ada beberapa penyakit dan sindrom yang berkaitan dengan peningkatan prevalensi astigmatisme. Selain itu, ada juga yang menyatakan astigmatisme disebabkan berbagai macam factor . yaitu:8

Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.

Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty Trauma pada kornea Tumor

F. Klasifikasi 1,6,10,11 Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut: 1) Astigmatisme Reguler Terdapat dua meridian utama, dengan orientasi dan kekuatan konstan disepanjang lubang pupil sehingga terbentuk dua garis focus. Selanjutnya astigmatisme didefinisikan berdasarkan posisi garis focus ini terhadap retina. Apabila meridian-merdian utamanya tegak lurus dan sumbu-sumbunya

terletak didalam 20 derajat horizontal dan vertical, astigmatisme dibagi lagi menjadi Astigmatisme With the Rule Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal. Astigmatisme Against the Rule Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertikal. Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut: 1. Astigmatisme Miopia Simpleks Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Hipermetropia Simpleks Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina.

Astigmatisme Hiperopia Simpleks 3. Astigmatisme Miopia Kompositus Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus

4. Astigmatisme Hipermtropia Kompositus Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

Gambar 6. Astigmatisme Hipermetropia Kompositus 5. Astigmatisme Mixtus Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

Gambar 7. Astigmatisme Mixtus

2) Astigmatisme Irreguler Daya atau orientasi meridian-meridian utamanya berubah

disepanjang lubang pupil.

Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2

meridian saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan

oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal. Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomy). G. Tanda Dan Gejala2,7,12 Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut : Sakit kepala pada bagian frontal. Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata. Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi. Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca. Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

H. Diagnosis Melaluli anamnesa , selanjutnya dilakukan pemeriksaan.

1) Pemeriksaan pin hole Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat gangguan media penglihatan.1

2) Uji refraksi i. Subjektif Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Cara pengabur (fogging technique) Uji silinder silang

ii. Objektif Autorefraktometer Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik. Keratometri Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.

10

3) Uji pengaburan9 Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.

Gambar 8. Kipas Astigmat.

4) Keratoskop Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea pasien. Pada

11

astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.9,12

I.

Terapi10,12

1) Koreksi lensa Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.seringkali dikombinasi dengan lensa sferis.

2) Orthokeratology Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.

3) Bedah refraksi Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari: Radial keratotomy (RK) Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi. Photorefractive keratectomy (PRK) Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih.

12

Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi.

13

BAB III KESIMPULAN Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik. Penyebab pasti astigmatisme masih belum diketahui. Satu penjelasan yang mungkin dari etiologi astigmatisme adalah bahwa kesalahan bias astigmatik ditentukan secara genetik. Astigmatisme juga dapat disebabkan karena kelainan pada lensa yaitu kekeruhan lensa, trauma ataupun tumor. Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien. Selain lensa terdapat juga pilihan bedah yaitu dengan Radial keratotomy (RK) dan Photorefractive keratectomy (PRK).

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas.S, dkk.Ed. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Dan Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke 2. CV.Sagung Seto: Jakarta 2. Refraksi : astigmatisme [ 30 September 2013] Available : www.perdami.or.id 3. Astigmatisme available from: marserohudy.wordpress.com/2011/01/05/ kelainan refraksi www

4. Gunawan.2006. Astigmatisme Miopi Simplek Yang Mengalami Ambliopia. Berita kedokteran masyarakat vol 22 No.3. Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM. Yogyakarta 5. Paramita,P. 2010. Perbedaan Derajat Astigmatisma Pasca Operasi Katarak Dengan Teknik Fakoemulsifikasi Metode Korneal Insisi Dan Skleral Insisi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung. Semarang

6. Ilyas,s. 2010. Ilmu Penyakit Mata. FKUI: Jakarta

7. Kaimbo,W..Astigmatism-Definition,Classification,

Diagnosis,And

Non

Surgical Treatment. Department of Opthalmologi University of Kinshasa. DR Kongo. Available from: www.intechopen.com 8. Astgimatisme . available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35045/4/Chapter%20II 9. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive Errors, Thieme, p. 127-136, 2000 dalam astigmatisme.FK USU available from: www. scribd.com 10. Riordan,P.Whitcher,J.2010. Vaughan and Asbury Oftalmologi Umum. EGC: Jakarta

15

11. Astigmatisme. Available from: www.optiknisna.info 12. Astigmatism available from www.scribd.com

16

You might also like