You are on page 1of 22

Terminologi

1. Populasi : wilayah generalisasi yang terdiri atas ; obyek/subyek, yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. : bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya.

2. Sample

3. Instrument penelitian : cara dan ataupun alat mengumpulkan data dalam penelitian 4. Cross sectional : penelitian yang melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat tertentu. Mencari hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lain yg terdapat pada satu populasi yang sama. : penelitian yang dilakukan dengan mengidentifikasi subyek yang merupakan kasus (subyek dengan karakter positif), kemudian diikuti secara retrospektif. Ada tidaknya factor resiko yg berperan. Jika 2 atau lebih keadaan yang ingin dijelaskan berasal dari 2 populasi yang berbeda dan dilihat hubungannya satu dengan yang lain (jika yang ingin diketahui penyebab). : penelitian yg mengidentifikasi kausanya terlebih dahulu, kemudian subyek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada tidaknya efek. : teruji kebenarannya. : mewakili ciri2 sample yang berkaitan dengan tujuan penelitian sama atau hampir sama dengan ciri2 populasinya. : instrument yg bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yg sama.

5. Case control

6. Cohort

7. Valid 8. Representative

9. Reliabilitas

Concept Mapping
JENIS
100 80

SUBYEK 40 PENELITIAN
20 0 1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

60

East West North

INSTRUMENT PENELITIAN

HASIL PENELITIAN (DATA)

Learning Issue
1. Jenis-jenis penelitian
a. Berdasarkan hasil/alasan yang diperoleh : i. Penelitian dasar : penelitian yang mempunyai alasan intelektual dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan secara tidak langsung untuk digunakan. ii. Penelitian terapan : penelitian yang mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui, bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik,lebih efektif, dan efisien. b. Berdasarkan bidang yang diteliti : i. Penelitian social : penelitian yang secara khusus meneliti bidang social, seperti ekonomi, pendidikan, hukum,dsb. ii. Penelitian eksakta : penelitian yang secara khusus meneliti bidang eksakta, seperti kimia, fisika, dsb. c. Berdasarkan tempat penelitian : i. Penelitian lapangan : penelitian yang langsung dilakukan di lapangan/pada responden. ii. Penelitian kepustakaan : penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature/kepustakaan, baik berupa buku,catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. iii. Penelitian laboratorium : penelitian yang dilaksanakan pada tempat tertentu/laboratorium dan biasanya bersifat eksperimen/percobaan.

d. Berdasarkan teknik yang digunakan : i. Penelitian survey : penelitian yang tidak melakukan perubahan terhadap variabel2 yang diteliti. ii. Penelitian percobaan : penelitian dimana dilakukan perubahan terhadap variable2 yang diteliti. e. Berdasarkan keilmiahannya : i. Penelitian ilmiah : penelitian yang dalam pelaksanaannya menggunakan kaidah2 ilmiah. ii. Penelitian non ilmiah : penelitian yang dalam pelaksanaannya tidak menggunakan metode/kaidah2 ilmiah. f. Berdasarkan spesialisasi ilmu garapannya : i. Penelitian bisnis : penelitian yang dilaksanakan dalam bidang bisnis ii. Penelitian komunikasi :penelitian yang dilaksanakan dalam bidang komunikasi. iii. Penilitian hukum : penelitian yang dilaksanakan dalam bidang hukum. iv. Penelitian pertanian :penelitian yang dilaksanakan dalam bidang pertanian. v. Penelitian ekonomi :penelitian yang dilaksanakan dalam bidang ekonomi. vi. dll g. Secara umum,penelitian dibagi : i. Penelitian survey : penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta2 dari gejala2 yang ada dan mencari keterangan2 secara factual, baik tentang institusi social, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Penelitian survey dibagi menjadi 6,yaitu : Penelitian penjajagan (exploratif) : Penelitian yang bersifat terbuka dan masih mencari2. Penelitian deskriptif : penelitian yang mempelajari masalah2 dalam masyarakat,serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi2, termasuk tentang hubungan, kegiatan2, sikap2, pandangan2, serta proses2 yang sedang berlangsung dan pengaruh2 dari suatu fenomena. Penelitian evaluasi : penelitian yang mencoba mencari jawaban,sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai/mempunyai tanda2 akan tercapai. Penelitian eksplanasi (penjelasan) : penelitian yang menggunakan data yang sama, di mana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel2 melalui pengujian hipotesis. Penelitian prediksi : penelitian yang digunakan untuk meramalkan keadaan/fenomena sosial tertentu. Penelitian pengembangan sosial : penelitian yang dikembangkan berdasarkan survei2 yang dilakukan secara berkala. ii. Grounded research : penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan menggunakan analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep2, membuktikan teori dan mengembangkan teori, dimana pengumpulan data dan analisis datanya berjalan pada waktu yang bersamaan.

iii. Studi kasus : penelitian mengenai status subyak penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik/khas dari keseluruhan personalitas. iv. Penelitian eksperimental : penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakannya control terhadap variable tertentu. v. Analisis data sekunder : data yang berasal dari hasil survey yang belum diperas yang kemudian dianalisis sehingga menghasilkan sesuatu yang amat berguna, juga dapat berupa studi perbandingan dari studi2 yang telah dilakukan. (Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM) Penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan : a. Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian : i. Penelitian klinik ii. Penelitian lapangan iii. Penelitian laboratorium b. Berdasarkan pada waktu : i. Penelitian transversal (cross sectional) ii. Penelitian longitudinal c. Berdasarkan pada substansi : i. Penelitian dasar ii. Penelitian terapan d. Berdasarkan pada ada/tidaknya analisis hubungan antar variable : i. Penelitian deskriptif :Penelitian yang bertujuan untuk melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor resiko maupun efek/hasil. ii. Penelitian analitik :Penelitian yang berupaya mencari hubungan antara variabel e. Desain khusus : i. Uji diagnostik ii. Analisis kesintasan (survival analysis) iii. Meta analisis [DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2, Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A(K)] Berdasarkan tujuannya Penelitian eksploratif : untuk menemukan hal yang baru. Penelitian pengembangan : untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Penelitian verifikatif : untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Berdasarkan penerapannya Penelitian dasar (Basic Research) : Yaitu penelitian tentang ilmu dasar sehingga dengan demikian belum dapat diterapkan di klinik. Misalnya : Daun Mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus. Penelitian terapan (Applied Research) :

Yaitu penelitian yang hasilnya langsung dapat digunakan dalam klinik. Applicable Research adalaha riset yang dapat diterapkan dalam klinik meskipun sebetulnya riset tersebut adalah hasil dari riset dasar. Meskipun dianjurkan bahwa universitas menjadi pusat riset dasar dan lembaga di luar universitas merupakan pusat riset terapan, namun pada saat ini dalam kenyataan lebih banyak dilakukan riset terapan di universitas yang kemudian memberi umpan diadakannya riset dasar. Contoh : telah diteliti oleh penulis efek hipoglikemik dan hipolipidemik dari buncis, bawang merah dan bawang putih, yang akhirnya memberi umpan untuk melaksanakan riset dasar untuk mengetahui komponen apa yang menyebabkan efek metabolik dari buncis dan bawang tersebut. Demikian pula penelitian profil lemak pada diabetes mellitus (FX Budhianto Suhadi, 1982) ternyata merupakan applicable research, dari hasil penelitian tersebut kita dapat mengobati hiperlipidemia pada penderita diabetes mellitus dengan cara regulasi gula darah yang baik. Berdasarkan taraf penelitian Penelitian deskriptif Yaitu penelitian yang hanya menggambarkan keadaan suatu penyakit tanpa kesimpulan umum. Penelitian inferensial Yaitu penelitian yang mempunyai taraf menggambarkan suatu obyek atau peristiwa yang lebih mendalam, dan kesimpulannya diupayakan berlaku umum. Berdasarkan pelaksanaan dan pendekatannya Penelitian longitudinal (Longitudinal Study) Penelitian yang dilakukan secara terus menerus dengan mengikuti kondisi subyek penelitian, misalnya selama satu bulan atau satu tahun. Penelitian cross sectional (Transversal Study) Penelitian yang dilakukan pada saat tertentu saja tanpa ada kelanjutan di saat lain. Berdasarkan desain dan bobot penelitian Penelitian primer 1. Penelitian Observasional = Penelitian Non Eksperimental (dapat bersifat transversal, retrospektif, atau prospektif). Penelitian retrospektif yang sering dilakukan di rumah sakit dengan menganalisa catatan medik penderita disebut Ex Post Facto Study. 2. Penelitian Eksperimental (selalu prospektif) Yaitu penelitian yang penelitinya memberikan suatu perlakuan, treatment, atau eksperimen. Beberapa desain penelitian eksperimental antara lain : 1) Pretest-Posttest Control Group Design 2) Solomon Four Group Design. 3) Completely Randomized Controlled Design = Parallel (Non crossover) Design.

4) Randomized Crossover Design (Single Blind, Double Blind). 5) Latin Square Design (Double Blind). Penelitian sekunder Penelitian sekunder yaitu penelitian yang hanya memproses dan membuat analisa data yangs sudah tersedia. (Askandar Tjokroprawiro, dkk, 2002. Pedoman Penelitian Kedokteran. Surabaya : Airlangga University Press.) Secara garis besar : Penelitian historical Disain penelitian historical dipilih jika tujuan penelitian adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang suatu keadaan yang telah lampau yang bersifat sejarah. Penelitian survai Disain penelitian survai dipilih jika tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan satu atau beberapa keadaan dan atau menjelaskan hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lainnya dari suatu peristiwa yang terjadi bukan sebagai hasil perbuatan si peneliti. Penelitian eksperimental Disainpenelitian eksperimen dipilih jikan tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan sesuatu dan atau hubungan antara sesuatu dengan sesuatu lainnya dari suatu peristiwa yang terjadi karena hasil tindakan (intervensi) si peneliti. (Azrul Azwar dan Joedo Prihartono, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara.) Berdasarkan atas proses bagaimana variabel penelitian diiamati, penelitian kedokteran dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu a. Penelitian ekspreimental Ialah penelitian yg observasinya dilakukan terhadap efek dari manipulasi peneliti terhadap satu atau sejumlah ciri (variabel) subyek penelitian. Dikenal 2 macam penelitian eksperimental : 1) Penelitian eksperimental MURNI Ialah penelitian yg memungkinkan peneliti mengendalikan hampir semua variabel luar (variabel pengacau), sehingga perubahan yg terjadi pada efek (variabel yg dipelajari) hampir sepenuhnya karena pengaruh perlakuan (variabel eksperimental). 2) Penelitian eksperimental KUASI/ SEMU Ialah bila peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan yg terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan. b. Penelitian non eksperimental Ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti.

Dalam bidang kedokteran, dikenal beberapa macam penelitian yang terpilah secara tumpang-tindih, yaitu a. Penelitian epidemiologik Adalah jenis penelitian kedokteran yg mengkaji problema kesehatan dengan menggunakan pendekatan komunitas. Dengan penelitian ini dapat diungkap : - kejadian, distribusi dan determinan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu dalam masyarakat. - Faktor2 risiko apa yg berperan pada suatu status kesehatan atau penyakit tertentu. Secara umum, penelitian epidemiologik mempunyai 3 kegunaan : 1) Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun diagnosis komunitas atau diagnosis kelompok. 2) Untuk kepentingan penelusuran patogenesis penyakit, yaitu mempelajari aspek etiologi dan perkembangan penyakit 3) Untuk kepentingan evaluasi program, yaitu sebagai sarana untuk menilai suatu tindakan pelayanan kesehatan masyarakat tertentu. Dikenal 2 macam penelitian epidemiologik, yaitu : 1. Penelitian epidemiologik intervensi Adalah penelitian eksperimental yg dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek perlakuan tsb diobservasi, baik secara individual maupun kelompok. Dalam kaitan fungsi penelusuran patogenesis penyakit, penelitian intervensi mempunyai potensi untuk mengungkap mekanisme sebab-akibat antara faktor resiko (penyebab penyakit) dengan efek (penyakit atau status kesehatan tertentu). Sebagai contoh terhadap angka kematian anak balita di suatu daerah. 2. Survei epidemiologik Surve epidemiologik, baik deskriptif maupun analitik (sbg penelitian epidemiologik non eksperimental) kedalaman analisis mekanisme sebab-akibat tidak dapat diperoleh. Hal ini disebabkan karena pada survei epidemiologik observasi dilakukan pada fenomena kesehatan (faktor2 risiko dan efek) dalam keadaaan apa adanya, tanpa manipulasi. Survei deskriptif. Ialah suatu penelitian yg tujuan utamanya melakukan eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan masyarakat, baik yang berupa faktor resiko maupun efek. Penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena tsb, tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tsb terjadi. Sebagai contoh misalnya, survei angka kematian dan angka kelahiran pada suatu daerah tertentu, atau survei tentang insidensi dan prevalensi peyakit tertnetu di suatu daerah.

Survei analitik. Pada survei epidemiologik analitik, peneliti mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat itu terjaid, yaitu dengan melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomen, baik antara faktor risiko dengan defek, antar faktor risiko, maupun antar efek. Dari analisis korelasi tsb dapat didekati seberapa besarkontribusi fakktor tertentu terhadap kejadian efek yg dipelajari. Dikenal 3 macam survei epidemiologik analitik, yaitu a) Penelitian cross sectional Merupakan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor2 resiko dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat, atau point time aproach. Dengan pendektan :satu saat bukan dimaksudkan semua subyek diamati tepat pada saat yang sama melainkan tiap subyek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atua variabel subyek pada saat pemeriksaan. b) Penelitian case control Model pendekatan yg digunakan pada penelitian ini dan cohort ialah pendekatan waktu secara longitudinal, atau period time approach. Karakter subyek yang diobservasi bukan hanya status pada saat dilakukan penelitian, tetapi dilihat perkembangannya pada periode tertentu, baik ke belakang (retropsektif) maupun ke depan (prospektif). Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi subyek2 yg merupakan kasus case adalah subyek dengan karakter efek positif kemudian diikuti secara retrospektif ada tidaknya faktor risiko (kausa) yg diduga berperan. Penetapan ada tidaknya kontribusi pengaruh faktor risiko terhadap terjadinya efek dilakukan dengan membandingkan adanya faktor2 risiko tsb pada subyek kontrol, yg juga dilihat secara retrospektif. Kelompok subyek kontrol dipilih dari individu yg sejauh mungkin sama kondisinya dengan subyek kasus (dipilih secara matching), kecuali individu tsb tidak menunjukkan adanya penyakit atau status kesehatan tertentu yg diteliti control adalah subyek dengan karakter efek negatif. c) Penelitian cohort Pada penelitian cohort bukan efek yang dipegang dulu, tetapi kausa (faktor risiko) diidentifikasi, kemudian diikuti secara prospektif sampai periode tertentu untuk kemudian ditentukan ada tidaknya efek (penyakit atau status kesehatan tertentu yg diteliti). Berbeda dengan case control pada penelitian cohort yg diidentifikasi dulu justru individu yg tidak berpenyakit (karakter efek negatif), kemudain dari mereka dipilih subyek2 dengan faktor risiko (kausa) positif. Sebagai kelompok kontrol, diambil individu2 yg tanpa kasus. Kedua kelompok diikuti perkembangannya sampai periode tertentu, selanjutnya dibandingkan banyaknya subyek yg

kemudian menjadi berpenyakit (efek positif) antar kedua kelompok tsb. b. Penelitian evaluatif Adalah penelitian yg dimaksudkan untuk menilai tingkat kesehatan, usaha penyehatan atau tindakan medik tertentu yg ada pada masyarakat maupun di klinik. Dikenal 2 macam penelitian evaluatif, yaitu : 1. Reviu program Bertujuan untuk menilai kelengkapan sarana atau uupaya peningkatan kesehatan dalam masyarakat. Reviu program tidak mengobservasi bagaimana tingkat kesehatan anggota masyarakat, melainkan mengobservasi program atau pelayanan penyehatan tertentu. Sebagai contoh upaya yg dinilai ialah : imunisasi, abatisasi air, puskesmas atau institusi pelayanan kesehatan lain. Dari uraian diatas diketahui bahwa sesungguhnya reviu program bukan merupakan suatu penelitian, tetapi lebih merupakan suatu observasi atau survei superfisial. 2. Trial Trial benar2 suatu jenis penelitian, oleh karena langkah2 metodologik sebagaimana diuraikan didepan dilalui. Tujuan utama trial ialah menilai atau menguji suatu tindakan medik tertentu, baik yg dilakukan terhadap individu maupun terhadap masyarakat Dikenal 2 macam trial yaitu trial yang ditujukan pada individu, disebut trial klinik dan yang ditujukan pada masyarakat disebut trial program. c. Penelitian laboratorium Adalah penelitian yg pelaksanannya dilakukan di laboratorium. Penelitian bukan merupakan jenis penelitian mandiri atau eksklusif, melainkan dapat merupakan penelitian apa pun yang pengukurannya terutama dilakukan dilaboratorium. (DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN DAN KESEHATAN. A. WATIK P)

2. Pembagian populasi
Populasi target (Target Population) Populasi target merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian. Disebut pula ranah atau domain populasi target ini bersifat umum, yang pada penelitian klinis biasanya dibatasi oleh karakteristik demografi (kelompok usia, jenis kelamin) dan karakteristik klinis. Populasi terjangkau (Accessible Population) atau Populasi Sumber (Source Population) Populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti. (Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)

3. Pertimbangan dalam menetapkan populasi penelitian


Ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan populasi penelitian : a. Pertimbangan keterkaitan atau ketergayutan subyek dalam populasi dengan permasalahan penelitian. Perimbangan ini terutama menyangkut substansi atau ikhwal yg akan diteliti. Pertanyaan yg perlu dijawab dalam rangka pertimbangan tersebut ialah : apakah dengan memilih populasi yang dimaksudkan inti permasalahan dapat dijawab? b. Pertimbangan yang menyangkut prosedur atau jenis penelitian yg dilakukan. Pertimbangan ini terutama menyangkut aspek teknik metodologik, maksudnya ialah apakah variabel2 penelitian yang akan dimunculkan atau diukur dengan menggunakan teknik penelitian (eksperimental dan non) dapat diperoleh dari subyke dalam populasi yg dimaksud ? Dalam penetapan populasi penelitian terkandung 3 pengertian yaitu 1) Identifikasi kesatuan analisis Kesatuan analiss ialah satuan subyek terkecil yang akan diamati dalam penelitian secara individual. Contoh, pada penelitian tentang karies gigi, apakah kesatuan analisisnya gigi (masing2) ataukah penderita kariesnya (terdiri atas banyak gigi). 2) Penetapan batas2 keluasan populasi Batas keluasan populasi penelitian dapat menyangkut berbagai aspek, misalnya : Aspek geografis Apakah subyek penelitian dari suatu kabupaten, propinsi atau seluruh Indonesia atau bahkan satu desa atau mereka yang datang berobat ke Rumah Sakit saja? Aspek subyek sendiri Batas jenis kelamin (wanita, atau laki2 atau keduanya), bats umur, batas rasial dsb. Kalau yang digunakan hewan coba misalnya, batas strain, warna komplikasi penyakit dsb Penyakit subyek Batas jenis penyakit, batas perkembangan atau komplikasi penyakit dsb. 3) Pemahaman tentang kondisi subyek dalam penelitian. Yang dimaksud dengan kondisi subyek dalam populasi ialah yang menyangkut ciri2 populasi, terutama yang menyangkut sifat homogenitasnya. Apakah karakter subyek dalam populasi terdistribusi secara homogen atau heterogen? Kalau heterogen, bagaimanakah keadaan heterogennya? Ciri lain misalnya, adakah sudah diketahui bagaimana variasi ciri (variabel) subyek tertentu dalam populasi (variansnya)? Demikian pula ciri2 populasi yg lain.

(DASAR2 METODOLOGI KESEHATAN. A. WATIK P)

PENELITIAN

KEDOKTERAN

DAN

4. Syarat2 sample yang baik


a. Representatif : apabila ciri2 sampel yang berkaitan dengan tujuan penelitian sama/hampir sama dengan ciri2 populasinya. 2 syarat pokok kerepresentatifan : a. Kecukupan jumlah sample Artinya jumlah sample cukup besar untuk mewakili populasi yang menjadi sasaran penelitian. b. Metoda sampling berdasarkan equal chance Artinya setiap individu yang terdapat dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample penelitian. (Azrul Azwar dan Joedo Prihartono, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara.)

b. Memadai : apabila ukuran sampelnya cukup untuk menyakinkan kestabilan ciri2nya. (Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

5. alasan pemilihan sample


a. Objek penelitian yang homogen. Di dalam menghadapi objek penelitian yang hamper homogen atau 100% homogen, maka populasi tidak perlu, cukup hanya dengan mengambil sample untuk mendapatkan dat yang diperlukan. Contoh objek yang bersifat homogen adalah darah dalam tubuh seseorang, kadar garam dalam air laut, dan sebagainya. b. Objek penelitian yang mudah rusak. Di dalam menghadapi objek penelitian yang mudah rusak, maka populasi tidak mungkin diambil, sebab akn merusak seluruh objek yang akan diselidiki, oleh karenanya diambillah sample. c. Penghematan biaya dan waktu. Biaya yang dikeluarkan untuk mengambil populasi sebagai objek penelitian jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan sample, sehingga penggunaan populasi banyak melakukan pemborosan, sedangkan penggunaan sample lebih simple, ini disebabkan objek populasi yang diteliti jauh lebih banyak, dibandingkan dengan objek sampel yang diteliti. Demikian pula halnya dengan waktu. Waktu yang digunakan untuk meneliti populasi lebih lama, jika dibandingkan dengan waktuyang digunakan untuk meneliti sample, sehingga penelitian sample lebih cepat diselesaikan. d. Masalah ketelitian. Mengingat banyaknya objek yang harus diteliti pada populasi dibandingkan dengan sample, maka keakuratan hasil penelitiannya juga berkurang. Pengalaman mengatakan bahwa makin banyak objek yang diteliti, makin kurang pula ketelitian yang dihasilkan. e. Ukuran populasi. Seperti diketahui bahwa populasi itu, berdasarkan ukurannya dapat berupa populasi terhingga dan populasi tak hingga. Untuk populasi tak hingga (popilasi yang memiliki

objek tidak hingga banyaknya, penelitiannya tidak mungkin dilakukan). Untuk populasi terhingga, tetapi memiliki objek yang sedemikian besarnya, penelitiannya juga sulit untuk dilakukan. Dengan demikian, untuk keadaan seperti itu, maka penelitian sample yang dikerjakan. f. Faktor ekonomis. Faktor ekonomis di sini diartikan, apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan untuk penelitian itu ataukah tidak. Jika tidak, mengapa harus memilih populasi yang menggunakan biaya, waktu dan tenaga yang banyak. Dan sebagai alternatifnya lebih dipilih sampel. (Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, 2002, Ir. M. Iqbal Hasan, M.M. Jakarta : Ghalia Indonesia)

6. Langkah 2 pengambilan sample (prosedurnya)


a. Menentukan tujuan penelitian b. Menentukan populasi penelitian c. Menentukan jenis data yang diperlukan d. Menentukan tehnik sampling e. Menentukan besarnya sampel (Sample Zise) f. Menentukan unit sampel yang diperlukan g. Memilih sampel (Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta : Rikena Cipta)

7. cara pemilihan sample (teknik sampling)


a. Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Teknik ini meliputi : i. Simple random sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sample anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Contoh : Misalkan sebuah sekolah dasar memiliki murid sebanyak 300 orang dan hendak diperiksa 50 murid untuk kelainan jantung dan paru. Pertama-tama murid diberi nomor dahulu dari 1 sampai 300, kemudian berdasarkan Tabel random numbers dipilih 50 murid sekolah. ii. Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Contoh : Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sample

yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut diambil secara proporsional. iii. Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sample, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Contoh : Pegawai PT tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bil dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP. iv. Cluster sampling (Area Sampling) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sample bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk dari suatu Negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Contoh : Di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. b. Nonprobability sampling Nonprobability Sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sample ini meliputi : i. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik penentuan sample berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Contoh : Anggota populasi terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 5, 19, 15, 20, dan seterusnya sampai 100. ii. Sampling kuota Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Contoh : Akan dilakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat

memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang. iii. Sampling Aksidental Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. iv. Sampling Purposive Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Contoh : Akan dilakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja. v. Sampling Jenuh Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. vi. Snowball Sampling Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan Sampel purposive dan Snowball. (Prof. DR. Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.)

8. hubungan antara sample, populasi dan subyek yang diteliti


Perlu diperhatikan hal-hal berikut : Pemilihan populasi terjangkau. Pemilihan ini semata-mata didasarkan pada kenyataan faktual, bukan merupakan bagian dari statu proses pemilihan yang sistematis. Penetapan subjek terpilih. Proses ini dapat, dan harus, dilakukan dengan prosedur tertentu, hingga akan diperoleh sampel yang representatif terhadap populasi terjangkau. Subjek yang benar diteliti. Disini menyangkut apakah subjek yang telah dipilih menolak diteliti, atau terdapat drop out atau loss to follow-up. (Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)

9. faktor2 yang mempengaruhi besarnya sample


a. Derajat keseragaman dari populasimakin seragam populasi itu, makin kecil sample yg dapatt diambil. Jika populasi seragam, maka satu-satuan

elementer saja dari seluruh populasi sudah cukup representatif untuk diteliti. Sebaliknya jika populasi tidak sseragam, maka hanya sensuslah yg dapat memberikan gambaran yg representatif. b. Presisi yg dikehendaki peneliti Presisi adalah keadaan yg memperlihatkan pengelompokkan harga2 sebuah statistik sekitar parameternya. Makin mengelompok data (mendekati presisi), maka presisi makin besar/tinggi. Presisi makin tinggi, maka desain makin tinggi Jika biaya sama, presisi lebih tinggi, maka desain lebih baik Makin besar sample, makin tinggi presisi. Makin tinggi tingkat presisi yg dikehendaki, makin besar sample yg harus diambil. Jadi, sample yg besar cenderung memberikan pendugaan yg lebih mendekati nilai sebenarnya (true value). Semakin besar sample yg diambil, semakin kecil kesalahan atau penyimpangan dari nilai populasi yg didapat. c. Rencana analisis Adakalanya besarnya sample sudah mencukupi sesuai dengan presisi yg dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka jumlah sample tidak mencukupi. Oleh karenanya jumlah sample harus diperbesar. Begitu juga untuk perhitungan analisis yg menggunakan perhitungan statistik yg rumit. d. Tenaga, waktu dan biaya Apabila menginginkan presisi yg tinggi, maka jumlah sample harus besar. Tetapi jika tenaga, waktu dan biaya (dana) terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil sample yg besar dan ini berarti bahwa presisinya akan menurun (POKOK-POKOK MATERI METODOLOGI PENELITIAN DAN APLIKASINYA, Ir. M. IQBAL HASAN, MM) Membatasi populasi Mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi Menentukan sampel yang akan dipilih Menentukan teknik sampling (Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta : Rikena Cipta)

10.
a.

Kegunaan sample dalam penelitian


Lebih murah :meneliti sebagian subyek dari populasi memerlukan biaya yang jauh lebih murah dibanding dengan meneliti seluruh populasi. b. Lebih mudah :penelitian akan menjadi lebih mudah dengan melakukan pengukuran pada sebagian subyek dari populasi. c. Lebih cepat :dengan meneliti lebih sedikit subyek,maka diharapkan juga lebih cepat diperoleh.

d. Lebih akurat :Diharapkan dengan pemeriksaan/pengukuran terhadap sedikit subyek sampel,memungkinkan pemeriksaan menjadi lebih teliti dibandingkan dengan pemeriksaan terhadap seluruh sampel. e. Mewakili populasi :bila dipilih dengan cara yang benar,maka sampel dapat mewakili populasi,sedangkan inferensi hasilnya dapat dilakukan dengan tingkat kesalahan yang ditetapkan. f. Lebih spesifik :Banyak penyakit memiliki manifestasi klinis yang bervariasi.Dengan memilih sampel,maka dapat direkrut pasien dengan sifat tertentu,sehingga dapat diperoleh data pada kelompok pasien yang lebih homogen. [Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2,Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A(K)] Menghemat biaya Mempercpat pelaksanaan Menghemat tenaga Memperluas ruang lingkup penelitian Memperoleh hasil yang lebih akurat (Metodologi Penelitan Kesehatan, 2002, Dr. Seokidjo Notoatmodjo, Jakarta : Rikena Cipta)

11. Criteria inklusi dan eksklusi


a. Kriteria inklusi : karakreristik umum subyek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau b. Kriteria Eksklusi : Terdapat keadaan atau peyakit lain yang menggangu pengukuran atau interpretasi Terdapat keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan, seperti pasien yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, hingga dapat di pastikan akan sulit ditindaklanjuti Hambatan etis Subyek menolak berpartisipasi (Dasar-Dasar Metodologi Penelitian klinis edisi ke-2 Prof .DR.Dr.Sudigdo Sastroasmoro.Sp.A(K), Prof.Dr.Sofyan Ismail, Sp.A(K))

12.

Syarat2 instrumen penelitian yang baik


a. Reliabilitas (keandalan/dapat dipercaya) Tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen. b. Validitas (sahih) Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. c. Sensitivitas Kemampuan sebuah instrumen untuk melakukan diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. d. Obyektivitas

Sebagai tingkat dimana pengukuran yang dilakukan bebas dari penilaian subyektif, bebas dari pendapat, bebas dari bias dan perasaan orang2 yang menggunakan intrumen tsb. e. Fisibilitas Berkenaan dengan aspek2 keterampilan, penggunaan sumber daya dan waktu. (Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

13.

Macam dan jenis instrument penelitian

menurut jenis variabel yang akan diukur secara garis besar dapat dibedakan dua jenis instrumen yaitu : 1. instrumen untuk mengukur variabel dengan skala nominal dan ordinal (data kualitatif) 2. instrumen untuk mengukur skala interval dan rasio (data kuantitatif) menurut metode pengumpulan data , instrumen penelitian dapat dibedakan menjadi alat untuk : 1. melakukan observasi 2. mengumpulkan data melaluui dokumentasi 3. wawancara 4. angket 5. mengumpulkan data kuantitatif (misalnya timbangan , alat pengukur Hb darah , barometer ) sumber : panduan penelitian oleh : Dr.B.Sandjaja , MSPH 2) Wawancara Wawancara dipergunakan jika sumber dan atau responden penelitian adalah manusia. Di sini diajukan pertanyaan-pertanyaan untuk kemudian dijawab oleh responden. Tergantung dari alat bantu yang dipergunakan ketika mengajukan pertanyaan maka wawancara dibedakan atas dua macam, yakni : a. Wawancara bebas Wawancara dilakukan tanpa bantuan alat apapun, kecuali hanya berupa percakapan atara si pewawancara dengan responden. Jawaban yang disampaikan oleh responden direkan dalam ingatan dan ataupun catatan seperlunya. b. Wawancara terpimpin Wawancara dilakukan dengan pertolongan daftar pertolongan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jawaban dapat disampaikan secara bebas (pertanyaan terbuka) dan atau pun dalam bentuk memilih salah satu dari yang telah ditentukan (pertanyaan tertutup). Khusus tentang daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, dapat pula dipergunakan bukan pada wawancara, melainkan dikirimkan melalui pos kepada responden. Penelitian melalui pos ini (mailing survey) dipergunakan jika ingin mencakup responden yang besar, tetapi dana, sarana dan tenaga yang tersedia amat terbatas. Mudah dipahami bahwa daftar pertanyaan yang akan dipergunakan pada penelitian melalui pos ini harus disusun sedemikian rupa sehingga mudah dijawab. Dianjurkan pertanyaan yang dicantumkan jangan terlalu banyak, karena akan membuat responden enggan menjawab. Ada baiknya pengiriman daftar pertanyaan disertai dengan penjelasan singkat tentang

maksud dan tujuan penelitian. Kalau dapat disertai dengan surat berpengaruh, misalnya dari seseorang yang disegani atau dari instansi yang sesuai. Agar wawancara dapat memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan tentu dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam berkomunikasi. Membina hubungan yang baik, menimbulkan kepercayaan serta menghindari pertanyaan yang tidak dimengerti adalah beberapa dari prinsip komunikasi yang harus diperhatikan dalam wawancara. 3) Pemeriksaan Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan dalam bidang Kedokteran banyak jenisnya. Beberapa yang terpenting adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kedokteran khusus (misalnya EEG, ECG, Ultrasonografi, scanning dsb.), pemeriksaan setempat (sering dilakukan pada penelitian kesehatan lingkungan) dan atau pun pemeriksaan catatan medik. 4) Pengamatan Pengumpulan data dapat pula dilakukan dengan cara pengamatan. Syarat pokok yang harus dipenuhi pada teknik pengamatan ini adalah jelasnya kriterian yang akan diamati serta konsistensi pengamat dalam menilai kriteria yang telah ditetapkan. Apabila kriteria tidak jelas serta tidak terdapat konsistensi dalam melakukan pengamatan, akan mudah timbul bias sehingga data yang terkumpul tidak banyak artinya. Teknik pengamatan banyak dipergunakan pada penelitian sosial yang umumnya memerlukan jangka waktu yang cukup lama. 5) Peran Serta Pengumpulan data dengan cara peran serta dilakukan dalam bentuk melibatkan diri dalam kegiatan obyek yang akan diteliti. Jelasnya kriteria serta terdapatnya sikap yang konsisten dalam menilai kriteria merupakan syarat pokok dalam mengumpulkan data dengan peran serta ini. Sama halnya dengan pengamatan, teknik peran serta banyak dipergunakan pada penelitian sosial serta waktu yang diperlukan juga cukup lama. (Azrul Azwar dan Joedo Prihartono, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara.)

14.

Langkah2 membuat instrument penelitian

a. Tentukan variabel2 yang terpakai dalam penelitian. b. Variabel2 tadi dicarikan jabarannya dalam bentuk sub variabel yang diketahui dari teori/penelitian terdahulu. c. Sub variabel dicarikan jabarannya dalam bentuk indikator2, jika ada, d. Indikator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub indikator, jika ada. e. Jika sub indikator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen kecil, maka komponen2 ini dijadikan sebagai butir2 pertanyaan. f. Seluruh butir2 pertanyaan yang telah selesai, ditentukan pada gilirannya akan ditempatkan pada lembaran2 instrumen seperti angket (kuesioner) (Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

15.

Cara menguji validitas

a. Validitas eksternal (empiris) : Dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data/informasi lain, yang mengenai variabel penelitian yang dimaksud. b. Validitas internal (rasional) : Dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian2 instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. (Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

16.

Metode pengukuran validitas

a. Validitas butir : Memiliki validitas tinggi apabila butir2 yang membentuk instrumen tsb tidak menyimpang dari fungsi instrumen tsb. b. Validitas faktor : Memiliki validitas tinggi apabila faktor2 yang merupakan bagian dari instrumen tsb tidak menyimpang dari fungsi instrumen. (Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

17.

Langkah2 dalam merancang studi cross sectional

a. Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang sesuai. b. Mengidentifikasi variable bebas dan tergantung. c. Menetapkan subyek penelitian. d. Melaksanakan pengukuran. e. Melakukan analisis. [Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2,Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A(K)]

18.

Kelebihan & kekurangan studi cross sectional


a. Kelebihan : i. Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum ii. Relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh. iii. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus. iv. Jarang terancam loss to follow up (drop out). v. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort/eksperimen,tanpa/dengan sedikit sekali menanmbah biaya. vi. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusif. b. Kelemahan : i. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan. ii. Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat sembuh/cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi. iii. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang dipelajari banyak.

iv. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis. v. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang. vi. Mungkin terjadi bias prevalens/bias insidens karena efek suatu faktor resiko selama selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit. [Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2,Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A(K)] 19. Langkah2 dalam merancang case control a. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai. b. Mendiskripsikan variable penelitian :factor resiko dan efek. c. Menentukan populasi terjangkau dan sample (kasus dan control), dan cara untuk pemilihan subyek penelitian. d. Melakukan pengukuran variable efek dan factor resiko. e. Menganalisis data. [Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2,Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A(K)]

20.

Kelebihan & kekurangan case control

a. Kelebihan : i. Studi case control dapat/kadang bahkan merupakan satu2nya cara untuk meneliti kasus yang jarang/yang masa latennya panjang. ii. Hasil dapat diperoleh dengan cepat. iii. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit. iv. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor resiko sekaligus dalam 1 penelitian. b. Kelemahan : i. Data mengenai pajanan factor resiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat/catatan medik. ii. Validasi mengenai informasi kadang2 sukar diperoleh. iii. Oleh karena kasus maupun kontrol dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam berbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya. iv. Tidak dapat memberikan incidence rates. v. Tidak hanya dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya berkaitan dengan 1 penyakit/efek. [Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2,Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A(K)]

21.

Hal2 yang dapat membuat penelitian case control menjadi bias


menurut sackett yaitu: a. informasi tentang factor resiko atau factor perancu (confounding factor) mungkin terlupa oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias).

b. Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih sering melaporkan factor resiko dibandingkan subyek yang tidak terkena efek (kontrol) c. Peneliti kadang sukar menentukan dengan cepat apakah pejanan suatu agen menyebabkan penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen. d. Identifikasi ubyek sebagai kasus maupun control yang represestatif sering kali sangat sukar. DASAR-DASAR METEDOLOGI PENELITIAN KLINIS. ed,dua. Sostroasmoro, sudigso. Soyyan ismail.

22.

Langkah2 dalam merancang cohort

a. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis. b. Menetapkan kohort. c. Memilih kelompok kontrol. d. Menentukan variabel penelitian. e. Mengamati terjadinya efek. f. Menganalisis hasil. [Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2,Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A(K)]

23.

Kelebihan & kekurangan cohort


a. Kelebihan : i. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit/efek yang diteliti. ii. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara temporal. iii. Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif. iv. Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor resiko tertentu. v. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat. b. Kelemahan : i. Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama. ii. Sarana dan biaya biasanya mahal. iii. Studi kohort seringkali rumit. iv. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang. v. Terancam drop out/terjadinya perubahan intensitas pajanan/faktor resiko dapat mengganggu analisis hasil. vi. Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti membiarkan subyek terkena pajana yang dicurigai/dianggap dapat merugikan subyek.

[Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2,Prof.DR.dr.Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A(K)] kelemahan : 1. memerlukan waktu yang cukup waktu 2. memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit 3. kemungkinan adanya subyek penelitian yang droup out dan akan mengganggu analisis hasil 4. karena faktor risiko yang ada pada subyek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis sumber : metodologi penelitian kesehatan oleh Dr.Soekodjo Notoatmojo

You might also like