You are on page 1of 9

TUGAS KARYA TULIS ILMIAH ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT VI

AGA SATRIA NURRACHMAN NIM. 021011012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013

I.

LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan didefinisikan sebagai sebuah konsep positif yang menekankan

sumber daya sosial dan personal, serta kemampuan fisik. Hal ini melibatkan kapasitas individu dan bagaimana persepsi mereka terhadap kemampuan mereka untuk berfungsi dan untuk mengatasi lingkungan sosial dan fisik mereka, serta penyakit tertentu dan kehidupan pada umumnya (WHO, 1984; Baggott, 1994). Saat ini instansi pemerintah baik di tingkat global seperti WHO hingga tingkat lokal misalnya departemen kesehatan di kota atau kabupaten, berkomitmen untuk menghilangkan kesenjangan kesehatan yang terdapat di masyarakat, seperti yang ditunjukkan melalui perbandingan angka kematian anakanak dan tingkat harapan hidup masyarakat antar satu daerah dengan suatu daerah lainnya yang berbeda jauh. Analisis kebutuhan dapat menjadi media yang berguna dalam kasus ini melalui penargetan layanan dan dukungan terhadap kelompokkelompok dengan tingkat kesehatan masyarakat yang rendah (DH, 2003). Kebutuhan merupakan konsep penting dalam kesehatan masyarakat. Dengan menganalisa kebutuhan masyarakat, hal ini dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam perencanaan dan pengelolaan layanan kesehatan, termasuk peningkatan kesehatan, alokasi sumber daya, dan ekuitas. Mengidentifikasi kebutuhan seseorang atau suatu masyarakat yang menjadi sasaran program promosi kesehatan terutama dalam kaitannya dengan perubahan perilaku, merupakan proses yang sangat kompleks. Tidak seluruh kebutuhan dapat dipenuhi, oleh karena itu diperlukan skala prioritas untuk menentukan kebutuhan mana yang lebih penting. Sebuah analisa kesehatan harus dapat membandingkan dan menyeimbangkan antar satu kebutuhan dengan kebutuhan lainnya. Data atau informasi yang dihasilkan dari analisa tersebut kemudian dapat dijadikan dasar untuk memulai suatu pelayanan kesehatan. Sebelum melakukan analisa kebutuhan pelayanan kesehatan, konsep dasar kebutuhan merupukan hal yang sangat penting untuk dipahami dan dimengerti bagi kita semua guna memenuhi kebutuhan akan perubahan perilaku seseorang atau suatu masyarakat yang menjadi target. Kebutuhan akan perawatan kesehatan akan ada apabila seseorang menderita suatu penyakit atau keterbatasan (disability)

yang dimana kemudian terdapat perawatan yang efektif dan memungkinkan untuk dilakukan (Matthew, 1971). Pada tugas mandiri ini diberikan sebuah kasus seperti berikut : Hasil survey di kecamatan Sukolilo diketahui prevalensi karies, penyakit periodontal dan stomatitis = tinggi, dibanding kecamatan lain, maka didirikanlah rumah sakit gigi dan mulut di wilayah tersebut untuk memberi layanan kesehatan yang optimal. Pertanyaan : Apakah kasus tersebut merupakan normative need, felt

need, real need atau comparative need?


Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dasar kebutuhan itu sendiri.

II. LANDASAN TEORI Kebutuhan merupakan penilaian tentang diri sendiri terhadap apa yang sebenarnya diinginkannya, dan yang berhubungan dengan usaha mencari solusi untuk menangani masalah yang dihadapinya. Konsep kebutuhan itu sendiri merangkum beberapa penilaian efektifitas dengan berbagai akibat yang ditimbulkannya, sehingga untuk menentukan perkembangan kebutuhan seseorang atau masyarakat, selalu mengacu pada perkembangan pola masalah yang menimpa seseorang (Bradshaw, 1972). Kebutuhan adalah sesuatu yang berhubungan dengan efektifitas suatu pelayanan masyarakat, seperti efektifitas pelayanan kesehatan yang ada, apakah dapat mencukupi kebutuhan masyarakat, apabila terjadi masalah kesehatan yang menimpa masyarakat (Matthew, 1971). Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa (Tjiptoherijanto, 2008). Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada.

Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya. Kebutuhan bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Kebutuhan adalah sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan dalam kasus ini pertumbuhan kebutuhan tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008). Terdapat 4 jenis kebutuhan yang dapat dideteksi pada individu atau masyarakat, yaitu (Bradshaw, 1972 cit Ewless & Simnett, 1994) : 1. Normative need adalah suatu kebutuhan oleh seorang ahli

(professional) atau motivator sesuai kerangka rujukannya, yang menetapkan bahwa kebutuhan itu ada. Artinya bahwa kebutuhan tersebut dipandang dari kacamata professional, bukan dari sudut pandang individu atau masyarakat. 2. Felt need (kebutuhan yang dirasakan) adalah jenis kebutuhan yang diidentifikasi oleh individu atau masyarakat, sebagai sesuatu yang sangat ia atau mereka rasakan atau inginkan sesuai kerangka rujukannya (frame of reference) 3. Real need adalah apa yang orang atau masyarakat katakan sesuai yang mereka butuhkan, artinya bahwa kebutuhan tersebut diungkapkan secara verbal sesuai kenyataan yang mereka alami. Demand ini disebut juga dengan expressed need, artinya kebutuhan yang dikonversikan ke dalam bentuk permintaan, misalnya seseorang menyatakan mencari pelayanan ke dokter di Puskesmas untuk mengobatkan keluhan sakitnya. Jadi apabila kita memandang suatu kelompok masyarakat tidak menyatakan membutuhkan layanan kesehatan, bukan berarti bahwa mereka sebenarnya tidak

membutuhkan, tetapi karena kita kurang serius dalam menggali apa yang sebenarnya mereka butuhkan. 4. Comparative need adalah kebutuhan yang ditetapkan untuk

membandingkan antara dua orang atau dua kelompok masyarakat yang sudah mendapat layanan kesehatan dengan yang belum

mendapat layanan kesehatan. Atau manakala satu kelompok orang di masyarakat dengan status kesehatan tertentu tidak mendapat layanan kesehatan, sedangkan kelompok lain dengan status kesehatan yang identik mendapat layanan kesehatan. Tabel 1. Jenis-jenis kebutuhan berdasarkan Bradshaw (1972)

Tabel 2. Contoh-contoh kebutuhan berdasarkan Bradshaw (1972)

Model pendekatan analisis kebutuhan pelayanan kesehatan kemudian dikembangkan oleh Stevens dan Rafferty pada tahun 1994. Model pendekatan ini didasarkan dari asal sumber informasi yang kemudian menjadi dasar untuk analisis kebutuhan masyarakat. Model pendekatan ini dapat langsung

dihubungkan ke model kebutuhan Bradshaw. Model pendekatan tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Komparatif Model ini membandingkan tingkat layanan antara populasi yang berbeda. Dalam hal ini harus mempelajari karakteristik penduduk setempat (demografi, mortalitas, morbiditas). 2. Korporat Model ini didasarkan pada kebutuhan, keinginan dan perspektif pihak yang berkepentingan (menggunakan penilaian dari profesional, politik dan umum). Pendekatan ini didorong oleh Reformasi 1989 dan saat ini menekankan pada kemitraan dan kerjasama, serta keterlibatan publik. Kelemahan dengan pendekatan ini ialah hal ini mengaburkan perbedaan antara kebutuhan dan permintaan dan antara ilmu pengetahuan dan kepentingan. 3. Berdasarkan Epidemiologi Model pendekatan ini menggabungkan pendekatan epidemiologi dengan perspektif pasien, penilaian efektivitas dan mungkin efektivitas biaya intervensi.

Tabel 3. Hubungan dan Sumber Informasi dalam menentukan jenis kebutuhan yang dikembangkan oleh Stevens dan Rafferty (1994)

III. PEMBAHASAN Berdasarkan literatur, kasus di atas tersebut dapat digolongkan sebagai normative need. Hasil survey di kecamatan Sukolilo diketahui prevalensi karies, penyakit periodontal dan stomatitis tinggi dibanding kecamatan lain, maka didirikanlah rumah sakit gigi dan mulut di wilayah tersebut untuk memberi layanan kesehatan yang optimal, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan tersebut jelas didasarkan dari penglihatan para ahli/professional. Apabila dikaitkan dengan pengembangan model jenis kebutuhan dari Stevens & Rafferty pada tahun 1994, maka kasus tersebut di atas termasuk jenis normative need melalui pendekatan epidemiologik. Data analisa kebutuhan kesehatan didapatkan dari adanya sebuah survey yang dimana survey tersebut dilakukan oleh para ahli/professional hingga kemudian mencetus didirikannya sebuah rumah sakit gigi dan mulut guna tercipta kesehatan masyarakat yang baik. Contoh kasus lainnya yang sama dengan seperti kasus di atas ialah ketika ada seorang dokter gigi meneliti bahwa prevalensi periodontitis masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai sangat tinggi, sehingga kemudian dibangunlah sebuah klinik kesehatan gigi dan mulut oleh dokter gigi tersebut. Bagaimanapun, sistem normatif memiliki beberapa kekurangan dalam menilai kebutuhan pelayanan masyarakat (Hooper dan Phil, 2002). Kekurangan tersebut antara lain ialah: 1. Kurangnya objektivitas dan reliabilitas. Pertimbangan profesional dalam kebutuhan normatif tidak objektif. Yang disebut penilaian obyektif seringkali tergantung pada musyawarah mufakat dari sejumlah pendekatan subyektif. Oleh karena itu, objektivitas tidak dapat dianggap sebagai ukuran status kesehatan dan kebutuhan yang dinilai secara normatif. 2. Mengabaikan aspek psikososial dan kualitas konsep kehidupan. Definisi global kesehatan (WHO, 1948) mengadopsi perspektif yang lebih luas dibandingkan dengan kebutuhan normatif dan

menggabungkan konsep fungsional, psikologis dan kesejahteraan sosial. Norma standar ukuran penyakit yang diterima oleh dokter gigi tidak selalu sama dengan norma dalam hal fungsional atau sosial

masyarakat. Masalah kesehatan mulut berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari biasa dan mempengaruhi kenyamanan pribadi individu dan kualitas hidup. Penilaian kesehatan oleh awam orang berbeda dari para profesional. Selain itu, ada perbedaan dalam konsep kesehatan dan penyakit di kalangan orang awam dalam budaya yang berbeda. Akibatnya , tindakan normatif gagal untuk menilai tingkat kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan. 3. Kurangnya pertimbangan atas perilaku kesehatan dan kepatuhan dari pasien. Kriteria normatif tidak dapat menentukan kebutuhan perawatan karena tidak memperhitungkan sikap dan perilaku pasien, yang kemudian dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap efektivitas pengobatan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut. 4. Pengabaian hak-hak konsumen/masyarakat. Kebutuhan dibenarkan oleh penilaian murni dari profesional dipertanyakan dari sisi masyarakat atau konsumen. Definisi klinis, berdasarkan analogi penyakit, jarang bertepatan dengan apa yang dimaksud konsumen. 5. Perkiraan yang tidak realistis dalam perencanaan pengobatan. Hal ini sangat penting sesuai dengan penggunaan kebutuhan normatif. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut (Jefkins, 2002).

IV. KESIMPULAN Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkannya. Pada kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa hal itu termasuk ke dalam kebutuhan normatif (normative need). Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan merupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian

untuk menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Baggott, R. (1994) Health and healthcare in Britain. London: Macmillan. Bradshaw J. (1972) A taxonomy of social need. in McLachlan G

(ed.) Problems and progress in medical care. Seventh series NPHT/Open University Press. DH (2003). Tackling health inequalities: a programme for action. London: Department of Health. Ewless, Linda & Simnett, Ina (1994). Diterjemahkan dr. Ova Emilia,M.Med. Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis, Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hooper, Judith and Phil Longworth, (2002). National Institute of Clinical Excellence's (NICE) Health Needs Assessment: A Practical Guide, Health needs assessment Workbook at www.nice.org.uk and University of

Birmingham approach. Jefkins, F, (2002). Public Relations. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Matthew GK. (1971) Measuring need and evaluating services . in McLachlan G (ed.) Portfolio for health: the role and programme of the DHSS in health services research Sixth series London: Oxford University Press, for the Nuffield Provincial Hospitals Trust: 27-46. Stevens, A. and Rafferty, J. (1994) Health Care Needs Assessment: The Epidemiologically Based Needs Assessment Reviews, Vol. 1. Oxford: Radcliffe Medical Press. Tjiptoherijanto, Soesetyo,( 2008). Ekonomi Kesehatan. Cetakan kedua. PT Rineka Cipta, Jakarta. WHO (1984). Report of the working group on the concepts and principles of health promotion. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe.

You might also like