Professional Documents
Culture Documents
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak. Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit. Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat. Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian.Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian. Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat
mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis. Berikut ini dilaporkan sebuah kasus gastroenteritis akut di ruang Penyakit Dalam kelas III RSUD Kanjuruhan Kepajen
: : : : : : : :
2.2
2. Riwayat penyakit sekarang : Seorang pasien usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan
dengan keluhan diare sebanyak 7x/hari, demam(+), lendir (+),ampas (+) nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) muntah terutama setalah makan , pasien selalu merasa haus,pasien datang dengan diantar keluarga dalam keadaan pucat (+) ,mata cekung (+), dan kedua tangan serta kaki teraba dingin,badan terasa lemas, keluarga pasien mengatakan bahwa sejak sakit nafsu makan menurun sehingga BAK sedikit dan menurun dari
biasanya. Keluarga pasien mengaku sebelumya berat badan pasien adalah 47 kg, namun sekarang setelah ditimbang menjadi 45 kg. 3. Riwayat penyakit dahulu Riwayat sakit serupa :pasien sering mengalami diare
tetapi biasannya hanya sehari dan sembuh dengan sendirinnya. Riwayat mondok Riwayat sakit gula Riwayat penyakit jantung Riwayat hipertensi Riwayat kejang Riwayat alergi obat Riwayat alergi makanan : : : : : : : -
4. Riwayat sakit keluarga Riwayat sakit serupa : Riwayat mondok Riwayat sakit gula : : -
Riwayat penyakit jantung : Riwayat hipertensi Riwayat kejang Riwayat alergi obat Riwayat alergi makanan : : : : -
Riwayat pengisian waktu luang :pasien biasanya mengisi waktu luang dengan tidur dan menontot tv.
6. Riwayat sosial ekonomi: Pasien sudah tidak bekerja,pasien tinggal satu rumah dengan dua anak dan menntunya dengan keadaan sosial ekonomi yang cukup. 7. Riwayat gizi Pasien tampak kurus,dengan kesan gizi kurang
A. Anamnesa Sistem 1. 2. Kulit Kepala : kulit gatal (-), turgor kulit menurun. : sakit kepala(-), pusing(-),rambut kepala rontok (-),luka pada kepala (-), benjolan atau borok (-) 3. Mata : pandangan mata berkunang kunang, cekung (+), (-/-),pengelihatan kabur(-/-) , ketajaman mata dalam batas normal (+/+) 4. 5. Hidung Telinga : tersumbat (-/-), mimisan (-/-) : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-), keluar cairan (-/-)
6. 7. 8. 9.
: sariawan (-), mulut kering (-) : sakit menelan (-), serak (-) : sesak nafas (-), batuk lama(-) : berdebar debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-) : mual (+), muntah(+), diare(-),nafsu makan meningkat (-), nyeri perut(+),diare (5x)
10. Gastrointestinal
11. Genitouria
12. Neurologik
: emosi stabil, mudah marah(-) : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki(-),nyeri otot(-)
16. Ekstremitas bawah: Kanan: bengkak (-), sakit(-),luka(-) Kiri: bengkak (-), sakit(-),luka(-)
B. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum 2. Tanda vital : Lemas dan Pucat GCS 456 :
4. Kepala Bentuk kepala mesocephal, luka (-), rambut tdk mudah dicabut, keriput (-),makula(-),papula(-),nodula(-)
5. Mata Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), katarak -/-, tanda radang -/-,mata cowong (+/+)
6. Hidung
Nafas
cuping
hidung
(-/-),secret(-/-),epistaksis
(-/-),deformitas
hidung(-/-), hiperpigmentasi(-/-)
8. Telinga Nyeri tekan mastoid (-/-), secret(-/-), pendengaran berkurang(-/-), cuping telinga dalam batas normal
10. Leher JVP meningkat (-). Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), pembesaran kel.tiroid(-), lesi pada kulit (-).
P : iktus kordis tak kuat angkat P : batas kiri atas batas kanan atas batas kiri bawah : SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan bawah: SIC IV LPSD batas jantung kesan tidak membesar A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Sonor
Sonor
+ + +
12. Abdomen I : jejas diperut bagian tengah ,dinding perut sejajar dengan dinding
dada, venektasi (-) P : BU (+) meningkat P : hipertimpani seluruh lapang perut A : nyeri tekan (+)di perut bagian tengah, hepar dan lien tidak teraba 13. Ekstremitas Palmar eritema (-/-) Akral dingin Oedem Ulkus
+ + + +
- - -
- - -
10
14. Sistem genitalia Dalam batas normal 15. Pemeriksaan neurologik Kesadaran Fungsi Luhur : GCS 4 5 6 : dlm batas normal
16. Pemeriksaan psikiatrik Penampilan Kesadaran Afek Psikomotor Proses Pikir : perawatan diri baik : kualitatif tidak berubah; kuantitatif CM : appropriate : normoaktif : realistis
C. Resume Seorang pasien usia 55 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan dengan keluhan diare sebanyak 7x/hari, demam(+), lendir (+),ampas (+) nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) muntah terutama setalah makan , pasien selalu merasa haus,pasien datang dengan diantar keluarga dalam keadaan pucat (+) ,mata cekung (+), dan kedua tangan serta kaki teraba dingin,badan terasa lemas, keluarga pasien mengatakan bahwa sejak sakit nafsu makan menurun sehingga frekuensi BAK menurun dari biasanya. Keluarga pasien mengaku sebelumya berat badan pasien adalah 47 kg, namun sekarang setelah ditimbang menjadi 45 kg. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB 45 kg,TB
11
158 cm, Tekanan darah 110/80, pernafasan vesikuler dan suhu axila 38,2C. Bising usus meningkat dan hipertimpani.
D. Diferential Diagnostic Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan Disentri Basiler Disentri Ameoba Colitis
2.3
Pemeriksaan laboratorium (Penunjang) Darah lengkap: Hb Hematokrit Eritrosit Leukosit Hitung jenis neutrofil stab Hitung jenis lymphosit Hitung jenis monosit LED Trombosit DL : SGOT SGPT Ureum Kreatinin 40 35 150 5,20 : 14,1 (N: 12-15) : 41,0 (N: 37-48) : 5,1 juta (N: 4,2 juta-5,5 juta) : 14.900 (N: 4.000-10.000) :(N: 50-70) (N: 20-40) (N: 2-8) : 10 :7 : 45 : 238.000 (N: 150.000-400.000)
12
Konsistensi : cair Darah Lendir Mikroskopis Eritrosit Leukosit Amuba Telur : (+) : (+) : (+) E. Hystolitika : (-) : (-) : (+)
2.4
13
2.5
Penatalaksanaan Non medikamentosa a. Edukasi Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai : Makna perlunya pemantauan dan pengendalian penyakit Komplikasi dari diare akut maupun kronis Intervensi Farmakologi dan non- Farmakologi
b.Cukup Istirahat dan tidur Penderita sebaiknya tidur yang cukup 6-8 jam setiap harinya dan tidak memaksakan diri dalam melakukan aktivitas sehari- hari. c. Mengurangi stres dan beban pikiran Mengurangi/menghindari stres dengan lebih mendekatkan diri kepada allah dengan menyerahkan segala sesutunya kembali pada allah. 2. Medikamentosa : Infus : RL (20 tetes/menit)
14
PO:
2.6 Follow up Tanggal 06 Juli 2013 S : lemas (+),BAB (+ 5x/ hari) konsistensi cair, lendir (+), demam (+)
mual (+), nyeri abdomen (+) O : KU baik,tampak lemas dan pucat Tanda vital T N BB : : 120/70 : 68x/ menit : 45kg
15
RR S
: 24x/menit : 37,8C
Status Generalis : dalam batas normal Status Neurologis : dalam batas normal Status Mentalis : dalam batas normal
A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu di berikan pula terapi
non medikamentosa.
Tanggal 07 Juli 2013 S O : Mual (+), muntah (-), BAB dan BAK lancar, demam(-), : KU baik,tampak lemas dan pucat, gizi kesan baik Tanda vital N BB RR S :T : 120/60
Status Generalis : dalam batas normal Status Lokakis : ROM terbatas karena nyeri : dalam batas normal
Status Neurologis
16
Status Mentalis : dalam batas normal A P : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu di berikan pula terapi
non medikamentosa.
Tanggal 08 Juli 2013 S O : nyeri abdomen (-),lemas (+),BAB dan BAK lancar : KU baik,tampak lemas dan pucat Tanda vital T N BB RR S : : 130/80 : 80x/ menit : 45kg : 20x/menit : 36C
Status Generalis : dalam batas normal Status Neurologis : dalam batas normal Status Mentalis : dalam batas normal A : Gaetroenteritis akut dengan dehidrasi ringan P : terapi medikamentosa dilanjutkan, selain itu diberikan pula terapi non
medikamentosa.
17
Kesimpulan : Ada perbaikan pada tanda vital Ada perbaikan pada masalah diare
18
NO
Tanggal
Vital Sign
T: 110/80 N:80x/ menit RR:20 S: 38C T: 110/70 N:80x/ menit Rr:24 S: 37,8C T: 110/60 N:80x/ menit Rr:20 S: 36,5C T: 120/70 N:80x/ menit Rr:18 S: 36C
BB/TB
BMI
Keluhan
Rencana
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup 2.penyuluhan tentang pasien pada keluarga. penyakit
05-07-13
45/158
18
2.
06-07-13
45/158
18
nyeri perut,badan lemas dan ngilu.,diare sudah mulai berkurang ,demam mulai turun
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup 2.penyuluhan tentang pasien pada keluarga. penyakit
3.
07-07-13
45/158
18
Badan masih terasa lemas dan sakitsakit,frekuansi BAB sudah mulai normal
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup 2.penyuluhan tentang pasien pada keluarga. penyakit
4.
08-07-13
45/158
18
1.Penyuluhan tentang gaya hidup sehat,teratur minum obat dan istirahat yang cukup 2.penyuluhan tentang pasien pada keluarga. penyakit
19
3.1 GASTROENTERITIS AKUT A. Definisi Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980),Diare juga merupakan suatu gejala klinis dari gangguan saluran pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (berulang-ulang) disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari feses menjadi lembek atau cair. (Bambang Subagyo, 1997). Jadi dari kesemua pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang pathogen. B. Patofisiologi Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
20
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
21
C. Gejala Klinis
a. Diare. b. Muntah. c. Demam. d. Nyeri abdomen e. Membran mukosa mulut dan bibir kering g. Kehilangan berat badan h. Tidak nafsu makan i. Badan terasa lemas
D. Komplikasi
a. Dehidrasi b. Renjatan hipovolemik c. Kejang d. Bakterimia e. Mal nutrisi f. Hipoglikemia g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
22
c. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara: BD plasma, dengan memakai rumus : Kebutuhan cairan = BD Plasma 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml 0,001 Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis : - Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB - Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB - Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor:
23
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter 15 Goldbeger (1980) mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan: Cara I : Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu. Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu. Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental seperti bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7 -14% atau sekitar 3,5 7 liter pada orang dewasa dengan berat badan 50 Kg. Cara II : Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4 Kg pada fase akut sama dengan defisit air sebanyak 4 liter. Cara III : Dengan menggunakan rumus : Na2 X BW2 = Na1 X BW1, dimana :
24
Na1 BW1
= Kadar Natrium plasma normal; = Volume air badan normal, biasanya 60% dari berat badan untuk pria dan 50% untuk wanita ;
Na2 BW2
F. Penatalaksanaan Medis a. Pemberian cairan. b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan asi. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
Obat-obatan.
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim
enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini
25
tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak. Kelompok opiat Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan. Kelompok absorbent Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit. Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk
26
kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada diare akut dewasa seperti terlihat pada table.
27
G. Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum a. Cairan per oral. Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut. b. Cairan parenteral. Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. 1. Dehidrasi ringan. 1jam pertama 25 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral 2. Dehidrasi sedang. 1jam pertama 50 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari. 3. Dehidrasi berat. Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg
28
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit. 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10 15 kg. - 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ). - 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25 kg. -1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). -16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral. c. Diatetik ( pemberian makanan ). Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal hal yang perlu diperhatikan :
29
d. Obat-obatan. Obat anti sekresi. Obat anti spasmolitik. Obat antibiotik. H. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. a. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik. I. Komplikasi Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka
30
dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi. Sindrom Guillain Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain Barre, 20 40 % nya menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain Barre tetap belum diketahui. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp. J.Prognosa Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare
31
infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.
K.Pencegahan Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air. Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi.
32
Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak. Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.
3.2 DEHIDRASI
A. Definisi Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air dalam tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (contoh: minum). Dehidrasi dapat berupa : 1. Hilangnya air lebih banyak dari zat natrium (dehidrasi hipertonik), 2. Hilangnya air dan isotonik), 3. Hilangnya zat natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi hipotonik). zat natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi
33
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Namun karena mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia sudah sangat unik dan dinamis maka tidak setiap kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh dehidrasi. Beberapa mekanisme bekerja sama untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Salah satu yang terpenting adalah mekanisme haus. Jika tubuh memerlukan lebih banyak air, maka pusat saraf di otak dirangsang sehingga timbul rasa haus. Rasa haus akan bertambah kuat jika kebutuhan tubuh akan air meningkat, mendorong seseorang untuk minum dan memenuhi kebutuhannya akan cairan. Mekanisme lainnya untuk mengendalikan jumlah cairan dalam tubuh melibatkan kelenjar hipofisa di dasar otak. Jika tubuh kekurangan air, kelenjar hipofisa akan mengeluarkan suatu zat ke dalam aliran darah yang disebut hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik merangsang ginjal untuk menahan air sebanyak mungkin. Jika tubuh kekurangan air, ginjal akan menahan air yang secara otomatis dipindahkan dari cadangan dalam sel ke dalam aliran darah untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah, sampai cairan dapat digantikan melalui penambahan asupan cairan. Jika tubuh kelebihan air, rasa haus ditekan dan kelenjar hipofisa hanya menghasilkan sedikit hormon antidiuretik, yang memungkinkan ginjal untuk membuang kelebihan air melalui air kemih. A. KLASIFIKASI DEHIDRASI Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, atau berat. 1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan) Gejala :
34
Muka memerah Rasa sangat haus Kulit kering dan pecah-pecah Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya Pusing dan lemah Kram otot terutama pada kaki dan tangan Kelenjar air mata berkurang kelembabannya Sering mengantuk Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan) Gejala: Gelisah, cengeng Kehausan Mata cekung Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula. Tekanan darah menurun Pingsan Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
35
Kejang Perut kembung Gagal jantung Ubun-ubun cekung Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan) Gejala: Berak cair terus-menerus Muntah terus-menerus Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk Tidak bisa minum, tidak mau makan Mata cekung, bibir kering dan biru Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik Kesadaran berkurang Tidak buang air kecil Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
36
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
B. FAKTOR PENYEBAB DEHIDRASI Ada 3 hal yang dapat menyebabkan dehidrasi: 1. Pemasukan cairan yang kurang. Setiap harinya tubuh manusia memerlukan cairan, baik melalui makanan ataupun minuman. Tubuh kita tidak hanya membutuhkan cairan tetapi juga elektrolit seperti natrium, kalium, dan lain-lain. Apabila pemasukan cairan kurang, maka dapatterjadi dehidrasi. 2. Pengeluaran cairan yang berlebihan. Pengeluaran cairan yang berlebihan juga dapat menimbulkan dehidrasi. Pada keadaan normal, setiap harinya bayi dan anak mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, tinja. 3. Karena sebab lain. Anak juga bisa mengalami dehidrasi akibat demam tinggi karena infeksi. Demam menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat. Pada keadaan-keadaan lainnya seperti diabetes atau gangguan ginjal, dehidrasi juga dapat terjadi
C. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orangtua maupun guru, antara lain:
37
Biasakan anak minum teratur setiap hari, terutama bila dia banyak beraktivitas paling tidak 8 gelas sehari. Anda dapat memberinya dalam bentuk kombinasi aneka jenis cairan, seperti jus buah, buah segar, sup, dan lain-lain. Berilah minuman sebelum anak mulai beraktivitas, seperti bermain di halaman dan tetaplah beri minuman, sekalipun dia tidak begitu haus.
Jangan beri anak minuman yang mengandung kafein, misalnya es teh dan minuman jenis softdrink yang mengandung soda, terutama ketika ia sedang giat-giatnya beraktivitas dan banyak mengeluarkan keringat. Kafein dapat menambah beban pada aliran darah. Akibatnya, darah jadi kental dan produksi keringat pun berkurang.
Bila udara panas dan cuaca terik, ingatkan anak yang sedang asyik bermain untuk menghentikan aktivitasnya sejenak di tempat yang sejuk sambil mengonsumsi berbagai cairan.
Anak yang mengalami dehidrasi dengan gangguan gastroenteritis maka sebaiknya berikan minuman khusus yaitu cairan rehidrasi oral (ORS) yang mangandung kombinasi gula dan garam. Beri pertolongan pertama, berupa larutan oralit, bila balita muntah atau diare
Jika memungkinkan, aturlah jadwal kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.
Setelah anak rehidrasi, kembali ke pola makan normal, tapi tetap hindari makanan berlemak dan minuman jus/bersoda. Jangan terpengaruh dengan mitos penangan dehidrasi dengan berpuasa selama lebih dari 24 jam dan menggantinya dengan diet khusus (pisang, buah, jus apel, dan roti bakar). Jangan berikan sembarang obat. Bila dehidrasi masih berlanjut maka segera bawa ke dokte
38
DAFTAR PUSTAKA
Goldfinger SE : Constipation, Diarrhea, and Disturbances of Anorectal Function, In : Braunwald, E, Isselbacher, K.J, Petersdorf, R.G, Wilson, J.D, Martin, J.B, Fauci AS (Eds) : Harrisons Principles of Internal Medicine, 11th Ed. McGraw-Hill Book Company, New York, 1987, 177 80. Ilnyckyj A : Clinical Evaluation and Management of Acute Infectious Diarrhea in Adult, Gastroenterology Clinics, Volume 30, No.3, WB Saunders Company, September 2001. Turgeon DK, Fritsche, T.R : Laboratory Approachs to Infectious Diarrhea, Gastroenterology Clinics, Volume 30, No.3, WB Saunders Company, September 2001. Schiller LR : Diarrhea, Medical Clinics of North America, Vol.84, No.5, September 2000. Suthisarnsuntorn U : Bacteria Causing Diarrheal Diseases & Food Poisoning, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand. Montgomery L : What is the best way to evaluate acute diarrhea ?, Journal of Family Practice, June, 2002, From : http://www.cebm.jr2.ox.ac.uk/docs/levels.html Goroll AH, Mulley AG : Acute and Travelers Diarrheas, In : Primary Care Medicine, 4th ed. Lippincort Eilliams & Wilkin, A Walter Kluwer Company, Philadepihia, 2000 Bookmark URL : /das/book/view/24549268/920/1.html/top
39
Tantivanich S : Viruses Causing Diarrhea, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand. Sirivichayakul C : Acute Diarrhea in Children, In : Tropical Pediatrics for DTM&H 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol Univesity, Bangkok, Thailand,1-13. 10.Pitisuttithum P : Acute Dysentry, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand. Waikagul J, Thairungroj M, Nontasut PA et al : Medical Helminthology, Department of Helminthology, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand, 2002. 12. Wingate D, Phillips SP, Lewis SJ, et al : Guidelines for adults on self-medication for the treatment of acute diarrhoea, Aliment Pharmacol Ther, 2001: 15;771-82. 13. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of Gastroenterology, Vol.92, No.11, November 1997.
40